Siapapun Gembosi PKB Harus Dilawan, Warga NU Jangan Dorong Mobil Mogok

Siapapun Gembosi PKB Harus Dilawan, Warga NU Jangan Dorong Mobil Mogok KH Imam Jazuli, LC, MA. Foto: disway

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - KH Imam Jazuli, alumnus Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur yang kini pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia (BIMA) Cirebon Jawa Barat benar-benar pasang badang untuk Partai Kebangkitan Bangsa (). Padahal saat kuliah di Universitas Al Azhar Mesir dialah yang mendirikan Partai Demokrasi Indonesia (Perjuangan) sekaligus jadi ketuanya. 

Apa alasan dia gigih membela sekaligus ? Wartawan kondang, Dahlan Iskan, mewawancarai kiai muda tersebut. Inilah tulisan Dahlan Iskan di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, Kamis (19/5/2022).Selamat menikmati:

Baca Juga: Syafiuddin Minta Menteri PU dan Presiden Prabowo Perhatikan Tangkis Laut di Bangkalan

TERBIT lagi kaus oblong seri kedua: "NU Kultural Wajib Ber-, NU Struktural Sakkarepmu."

Yang memproduksi sama: Kiai ''kaos oblong'' Imam Jazuli. Ia kiai besar dari Cirebon. Pengasuh pondok pesantren Bina Insan Mulia (Bima) yang terkenal itu. Yang kalau menerima tamu hampir selalu pakai kaus oblong putih. Digandengkan dengan bawahan sarung.

Kiai Jazuli tentu NU. Ia lulusan pesantren ''bintang sembilan'' Lirboyo Kediri. Ia meraih gelar doktor di Al-Azhar, Kairo, Mesir. Waktu kuliah di sana Kiai Jazuli mendirikan PDI-Perjuangan. Cabang Mesir. Ia jadi ketuanya.

Baca Juga: Menteri Rame-Rame Minta Tambah Anggaran, Cak Imin Rp 100 T, Maruar Rp 48,4 T, Menteri Lain Berapa T

Kini Kiai Jazuli menjadi tokoh utama untuk membesarkan Partai Kebangkitan Bangsa (). Logikanya: warga NU itu berjumlah 90 juta. "Masak partai NU kalah besar dari PKS. Malu-maluin NU saja," begitu ia sering mengatakan.

Kaus edisi kedua ini lebih menohok. Ada unsur menyerang tapi juga penuh kepasrahan. Terutama tetap khas NU: santai dan humoris. Di oblong edisi pertama hanya ditulis "Warga NU Wajib Ber-". Di edisi kedua, ''warga NU'' itu ia bagi dua: NU yang kultural dan NU yang struktural.

Baca Juga: Hadiri Kampanye Akbar Luluk-Lukman di Gresik, Cak Imin akan Sanksi Anggota DPRD yang tak Bergerak

(KH Imam Jazuli, LC, MA dan para santri BIMA Cirebon. Foto: MMA/BANGSAONLINE.com)

Oblong kali ini lebih merangkul ke NU yang kultural. Yang jumlahnya lebih besar. Yang disasar adalah NU struktural. Yang jumlahnya dinilai hanya 5 persen dari yang kultural.

Apakah intensitas Kiai Jazuli menjadi ''panglima perang'' ini tidak akan merugikan reputasi pesantren yang ia pimpin?

Baca Juga: Napak Tilas Jejak Santri, Ratusan Banser di Jombang Kirab Merah Putih 300 Meter

"Saya ikhlas. Saya tidak takut. Terserah pada Allah. Saya terima segala risikonya," ujarnya.

Saya meneleponnya dua hari lalu. Semula ingin minta kaus itu. Tapi kok minta-minta. Kan bisa mencetak sendiri. Toh tidak akan digugat melanggar hak paten.

"Insya Allah tidak sampai berpengaruh ke pesantren saya," ujar Kiai Jazuli. "Yang penting harus kuat. Harus bisa menjadi partai tiga terbesar," ujarnya. "Dengan demikian bisa mengusung calon presidennya sendiri. Bukan hanya melulu menunggu dilamar untuk jabatan wapres," tambahnya.

Baca Juga: PKB Gelar Konsolidasi Pemenangan Paslon Luman dan Mudah di Pasuruan

Pesantren Bima memang sudah besar. Bermutu tinggi. Orientasinya: lulusan Bima harus bisa diterima di universitas di luar negeri.

Tidak mudah bisa masuk pesantren Bima. "Sekarang sudah harus inden dua tahun," kata Kiai Jazuli. Berarti sejak masih kelas 1 SMP (akhir) sudah harus membayar untuk bisa mendaftar masuk SMA Bima.

Tahun lalu sebanyak 86 lulusan Bima diterima di Al-Azhar. Dari tahun ke tahun jumlah itu terus meningkat. Kini, di pesantren itu, didirikan pula kelas VIP. Yang ruang kelasnya ber-AC, gotakan (kamar tidur)-nya juga ber-AC. Ada fasilitas kolam renang. Ada acara nonton bioskop bersama.

Baca Juga: Perseteruan PAN dan PKB di DPRD Kota Blitar, Koalisi Pilwali Terancam Bubar

Kenapa begitu getol membesarkan ?

"Saya tidak mau kita yang mayoritas ini hanya jadi daun salam. Setelah disesap rasanya, dibuang daunnya," katanya.

Baca Juga: Perlancar Pengambilan Sampah di Kampung, Anggota Fraksi PKB DPRD Kota Batu Bantu Ranmor Roda Tiga

"Jadi, siapa pun yang berusaha menggembosi harus dilawan," tegasnya. "Pada dasarnya mereka itu ingin merusak kekuatan politik NU," tambahnya.

Bunyi kalimat di kaus itu adalah salah satu bentuk perlawanan itu. Bunyi lengkapnya: Warga NU kultural wajib ber . Warga NU Struktural Sakkarepmu.

Kata ''Sakkarepmu'' berarti ''suka-suka kamu''. Bisa juga berarti ''tidak saya pedulikan''. Atau juga ''toh sikapmu itu tidak akan didengar''.

Baca Juga: Gandeng LBH Ansor dan KPAI, Pemkot Mojokerto Gelar Penyuluhan Hukum

Yang dimaksud semua itu adalah: NU struktural. Maksudnya: Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Yang punya ketua umum baru: KH Yahya C. Staquf. Yang punya kebijakan baru: pengurus NU tidak boleh merangkap di .

Tafsirnya: NU harus netral terhadap semua partai. Tidak ada ikatan lagi dengan .

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas adalah adik sang ketua umum. Sang adik adalah juga Ketua Umum Gerakan Pemuda . Yakni sayap pemuda yang sangat penting di NU selain Muslimat (sayap perempuan di NU). Sang adik juga punya kebijakan: / harus mendukung Erick Thohir sebagai capres mendatang. Erick sudah dilantik menjadi anggota . Bahkan sudah lulus menjalani ujian fisik sebagai anggota .

" dan harus tegak lurus. Apa kata pusat harus diterima sama sampai di daerah-daerah dan di semua anggota," tegasnya di acara ulang tahun bulan lalu.

Kata ''Sakkarepmu'' itu ternyata ada asbabun nuzul-nya. Di masa-masa nan lalu sikap PBNU memang dinilai tidak tecermin di hasil Pemilu. Ketika PBNU bersikap mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, NU kultural memenangkan Jokowi. Di Pemilu berikutnya sikap PBNU dan NU kultural sama: Jokowi menang luar biasa besar.

Boleh dikata, Kiai Jazuli berpendapat jangan memusingkan sikap PBNU. Yang penting bisa merangkul NU kultural.

Apakah Kiai Jazuli akan jadi pengurus atau calon anggota DPR dari ?

"Sama sekali tidak. Saya tidak mungkin cawe-cawe di politik, apalagi jadi caleg," jawabnya. "Saya akan istikamah fokus ngurus pesantren. Impian saya hanya satu: cetak kader/politikus hebat sebanyak mungkin," tambahnya.

Pesantren Bina Insan Mulia memang unik. Terutama kurikulumnya. Di tiap semester hanya mengajarkan tiga mata pelajaran. Membaca Quran, matematika, dan fisika. Lalu menghafal Quran, matematika, fisika. Bahasa Arab (gaya Al-Azhar), matematika, fisika. Bahasa Inggris, matematika, fisika. Lalu ada semester khusus menghadapi ujian nasional. Satu semester lagi khusus menyiapkan diri masuk perguruan tinggi di luar negeri.

"Saya bagian menyiapkan kader bangsa saja. Lewat Bina Insan Mulia ini," katanya. "Saya akan dorong santri NU di mana saja untuk jadi caleg. Bagi yang sangat potensial, justru akan saya bantu sampai finansialnya," ujar Kiai Jazuli.

Kiai Jazuli sudah melakukan itu di Pemilu yang lalu. "Akan lebih serius di Pemilu yang akan datang," katanya.

Kiai Jazuli tidak suka warga NU hanya jadi pendorong mobil mogok. Di setiap pemilu.

Dan kini kiai Jazuli sendiri yang tidak ingin partai warga NU ini menjadi mobil mogok. (Dahlan Iskan) 

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO