Cadangan Devisa Tinggal USD 50 Juta, Pemerintah dan Penentangnya Sama Tak Berdaya

Cadangan Devisa Tinggal USD 50 Juta, Pemerintah dan Penentangnya Sama Tak Berdaya Dahlan Iskan. Foto: ist

JAKARTA, BANGSAONLINE.com memprihatinkan. Secara ekonomi. Cadangan devisa negeri itu, pekan lalu, tinggal USD 50 juta.

Tapi benarkah pemerintah dan penentangnya sama tak berdaya?

Baca Juga: Dituding Murtad, Dahlan Iskan Jawab dengan Shalat

Silakan baca tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA hari ini, Sabtu 2 Juli 2022. Atau di BANGSAONLINE.com di bawah ini. Selamat membaca:

BETAPA sulitnya orang kaya membayangkan susahnya orang miskin. Mungkin sama dengan Anda sekarang: apakah Anda bisa membayangkan sulitnya hidup di .

Negara itu tidak punya lagi . Artinya: tidak punya uang untuk impor. Termasuk impor BBM. Padahal negara itu tergantung 100 persen pada minyak impor.

Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad

Cadangan devisa negeri itu, pekan lalu, tinggal USD 50 juta. Kalah dengan tabungan sebuah perusahaan tambang batu bara kelas kecil di Indonesia.

Melihat kecilnya itu, tiba-tiba kita menjadi seperti negara kaya. Cadangan devisa kita mendekati USD 160 miliar. Miliar, bukan juta. Tertinggi dalam sejarah Republik Indonesia. Batu bara, sawit, dan nikel adalah tiga jagoan penghasil devisa Indonesia. Para eksporter kita, termasuk eksporter sarang burung dan sabut kelapa, telah membuat sejarah ekonomi bangsa.

Sedang sumber devisa hanya satu: kedatangan turis asing. Maka ketika Covid melanda sumber dolarnya langsung kering. Ada satu lagi: TKS –tenaga kerja . Tergerus pandemi. Remiten dari mereka tidak ada lagi.

Baca Juga: Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu

Sebenarnya punya sumber pendapatan dolar lainnya: teh. Dan sedikit karet. Tapi panen tehnya merosot drastis. Penyebabnya: menteri pertanian. Atau menteri perdagangan. Atau menteri keuangan. Negara itu mengurangi impor pupuk secara drastis. Sebagai ganti pemerintah menyerukan agar petani menggunakan pupuk yang ada di dalam negeri.

Kebijakan di bidang pupuk itu salah besar. Tapi yang lebih salah lagi adalah kebijakannya di bidang pajak. Presiden Gotabaya Rajapaksa menurunkan pajak PPN sangat drastis. Dari 15 persen menjadi hanya 8 persen.

Pajak pendapatan pun diturunkan dari 30 persen menjadi 24 persen. Rupanya Rajapaksa terpengaruh oleh kebijakan pajak rendah Presiden Donald Trump di Amerika.

Baca Juga: Tiongkok Banjir Mobil Listrik

Padahal bukan Amerika. Akibat kebijakan pajak itu kehilangan pendapatan hampir USD 1,5 miliar.

Bukan hanya menurunkan pajak. Gotabaya merombak sistem perpajakan. Istilah politiknya: menyederhanakan pajak. Lima atau enam jenis pajak dihapus! Kebijakan ekonomi tahun 2019 itu dikecam habis di seluruh dunia. Terutama oleh IMF, pemberi utang terbesar . Sampai rating turun.

Rajapaksa punya maksud yang sama dengan Trump: agar investor berbondong-bondong ke . Yang datang justru Covid-19. Dua bulan setelah keputusan itu Covid masuk .

Baca Juga: Hati Rakyat Sulit Dibeli, Partai Penguasa Gagal Menang

Maka dengan negara yang tinggal 50 juta dolar, tidak mungkin bisa impor BBM. Apalagi negara itu sudah tidak bisa lagi cari pinjaman baru. Harapannya tinggal berutang berdasar belas kasihan. India tersentuh oleh nasib tetangga dekatnya itu. India sanggup meminjami USD 1,2 miliar. Tapi dalam bentuk bahan. Tiongkok juga sanggup meminjami USD 1 miliar. Bentuknya juga bahan-bahan, termasuk bahan makanan.

Bank Dunia hanya menyanggupi 500 juta. IMF masih membicarakannya. Amerika belum keluar suara: berapa. G7 baru di tahap mulai bersimpati. Belum berani mengeluarkan angka.

Itu belum cukup. perlu uang setidaknya USD 5 miliar untuk bisa keluar dari kebangkrutan. Belum ada gambaran nyata dari mana bisa dapat dana sebanyak itu.

Baca Juga: Anak Muda Israel Full Stress

Yang sudah terpikir: menjual perusahaan negara n Airlines. Tidak seberapa tapi apa hendak dikata.

Maka kini di tidak ada guna lagi punya mobil. Tidak bisa dipakai. Tidak ada lagi yang jualan bensin untuk mereka. Kendaraan umum masih bisa dapat jatah, tapi harus antre berhari-hari.

Semua mobil dan sepeda motor milik pribadi, praktis harus ditinggal di garasi. Sampai 10 Juli nanti. Tanggal itu pun belum pasti. Belum ada gambaran harus impor BBM dari mana dan dengan cara apa.

Baca Juga: Doni Monardo Bekerja Habis-habisan

Sekolah-sekolah diliburkan. Agar tidak perlu naik kendaraan.

Listrik juga mulai byar-pet. Digilir. Diutamakan untuk rumah sakit. Bahan pangan juga menipis. Inflasi sudah mencapai 39 persen.

masih punya utang sekitar USD 50 miliar. Kepada Tiongkok saja USD 5 miliar –10 persen dari seluruh pinjaman. Tiongkok sudah memberi sinyal pembayaran bunga dan cicilan bisa dirundingkan.

Baca Juga: Di PSM Summit 2023, Gubernur Khofifah Dorong Lahirnya Sosok Inovator dari Kalangan Santri

Rajapaksa tidak mau mundur. Ia hanya mau mengganti perdana menteri –yang kakak kandungnya sendiri. Ditunjuklah jagoan lama: Ranil Wickremesinghe. Ranil diminta merangkap jabatan menteri keuangan. Sang Menkeu langsung kembali menaikkan pajak. Yang PPN dari 8 persen naik ke 12 persen. Tidak kembali ke 15 persen, tapi sudah satu persen lebih tinggi dari PPN kita –setelah barusan naik jadi 11 persen.

Yang pajak pendapatan dibalikkan lagi ke 30 persen, sama seperti kita sekarang. Kini Ranil mondar-mandir ke Amerika: ke IMF. Para pejabat IMF pun memanggilnya dengan nama depannya mengingat begitu sulit mengeja nama belakangnya.

Usia Ranil sudah 73 tahun. Ia ketua partai oposisi yang dirangkul jadi perdana menteri. Ini untuk kali ke 5 Ranil jadi perdana menteri. Perjuangannya ke IMF begitu berat. IMF tidak mudah mengulurkan bantuan. IMF mengenakan banyak syarat –termasuk mengembalikan kenaikan pajak tadi.

Kemerosotan kehidupan berjalan cepat. Bantuan penyehatan begitu lambat. Covid dan perang di Ukraina ibarat dua pukulan bagi negara yang sudah sempoyongan.

Kisah nestapa masih belum ada titik cahaya. Yang demo dan protes pun sudah tidak seberapa. Sudah kalah dengan jumlah yang antre untuk mendapatkan paspor di kantor imigrasi: mereka ingin pindah ke luar negeri. Semua sudah tidak berdaya. Termasuk pemerintah dan penentangnya.

Baru 12 tahun aman. Tidak ada lagi perang besar antar golongan di sana. Kini muncul musuh baru yang lebih berat untuk semua golongan.

Mendung tebal kini menggelayut rendah di atas . Disertai petir dan puting beliung. Tapi mendung itu tidak akan selamanya di sana. "Tidak pernah ada mendung yang setebal apa pun menetap di satu tempat". (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO