Anggaran Rp 20 Triliun, Kartu Prakerja Laris Manis

Anggaran Rp 20 Triliun, Kartu Prakerja Laris Manis Dahlan Iskan

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Salah satu isu paling seksi di negara kita adalah lapangan pekerjaan. Bahkan warga Indonesia yang sudah bekerja pun masih banyak yang merasa belum mapan karena merasa penghasilannya masih belum memadai. Maka mudah dipahami jika setiap ada program “berbau” selalu diserbu.

Kartu Prakerja tampaknya tak lepas dari masalah ini. Tak aneh, jika program pemerintah itu laris manis. Benarkah? Seberapa laris?

Ikuti tulisan wartawan sekaligus penulis produktif, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA, Kamis pagi ini, 1 Desember 2022. Atau di BANGSAONLINE.com di bawah ini:

DIA berhenti dari jabatan yang begitu tinggi: Deputi Ekonomi Kepala Staf Kepresidenan. Dia ingin konsentrasi penuh di lembaga baru: Kartu Prakerja.

Dia memang jadi sasaran digebuki. Dari segala arah. Tapi dia meyakini sejak awal: misi Kartu Prakerja sangat mulia.

Namanyi: Dr Denni Puspa Purbasari. Setelah lulus dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Denni ke Amerika. Ke Boulder, ke University of Colorado. Juga ke Urbana. Ke University of Illinois, dekat Chicago.

Denni, anak Semarang ini, mendapat gelar doktor ekonomi di sana. Berarti Denni satu almamater dengan Menkeu Sri Mulyani. Caranyi bicara, kecepatannyi merespons, cara berpikirnyi memang mirip Sri Mulyani.

Denni seperti mendapat Piala Citra ketika akhirnya ada tokoh dunia yang memuji Kartu Prakerja: Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti dari Belanda. Sang ratu menjabat sebagai utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Inklusi Keuangan. Pujian itu disampaikan di forum B20 di Bali. Yakni forum bisnis yang menyertai KTT G20 di pulau Dewata itu.

Ratu Maxima tahu: sampai November lalu sudah 16.4 juta orang yang memanfaatkan Kartu Prakerja. Mereka datang dari 514 kabupaten/kota.

Lebih banyak lagi yang sudah mendaftar tapi belum bisa dilayani. Email yang mendaftar 99 juta tapi yang lengkap semua data dirinya diverifikasi, 45,2 juta.

Jumlah dan jenis ''kursus'' yang diselenggarakan di Kartu Prakerja ternyata juga sangat banyak. Lebih dari 1.200 jenis pelatihan. Praktis, mau kursus apa pun ada di situ. Kursus masak, misalnya, sampai puluhan macam. Demikian juga kursus kecantikan. Sampai pun masalah keuangan, marketing sampai teknik.

Melihat hebohnya dulu, Kartu Prakerja ini saya pikir akan gagal. Ternyata laris sekali. Bahkan sejak malam pertama.

Denni bercerita penyiapan teknis program itu terlalu pendek. Denni hanya diberi waktu 3 minggu. Organisasi belum ada. Programmer belum direkrut. Apalagi kantor.

Justru itulah yang membuat Denni nekat. Begitu diangkat jadi ketua program ini dia mundur dari deputi KSP. Jabatan resminyi menjadi: Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja. Di bawah Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan.

Seperti halnya Sri Mulyani, Denni pun berambut pendek. Bahkan lebih pendek. Sejak kapan? “Rasanya saya tidak pernah punya rambut panjang... hahaha," kata Denni. "Kalau berambut pendek lupa sisiran pun masih tolerable," tambahnyi.

Denni lantas meneguhkan diri: inilah saat yang tepat baginyi berhenti sebagai akademisi. Untuk sepenuhnya memperdalam dunia nyata. Sangat menantang. Denni pun mencari siapa yang akan bertanggung jawab pada masalah teknologinya. Dia temukan Hengki Sihombing. Ia salah seorang eksekutif bidang IT di grup Sinar Mas. Hengki berpengalaman melahirkan startup. Jadilah Hengki Direktur Operasional dan Teknologi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja.

Dalam tiga minggu program sudah harus jalan. Malam pertama diluncurkan, ternyata langsung ''meledak''. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang mengumumkannya pukul 19.00. Malam itu juga, sebelum tengah malam, sudah 3 juta pendaftar. Hengki harus menambah terus kapasitas server-nya. Untung tidak sempat jebol. "Setiap ada laporan mulai melambat, langsung tambah server," ujar Hengki.

Tentu tidak semua pendaftar bisa diterima. Jumlah yang mendaftar jauh melebihi kapasitas pelatihan. Maka pendaftar yang memiliki bobot tertinggilah yang diterima lebih dulu. Yang terkena PHK memiliki bobot lebih tinggi.

Sebelum itu telah ditentukan dulu kuota per provinsinya. Itu disesuaikan dengan jumlah penduduk, jumlah penderita Covid-19 dan jumlah yang terkena PHK.

Maka dari pendaftar tiap provinsi, dilihat dulu siapa yang terkena PHK, muda, dan kriteria lain. Masing-masing ada bobotnya. Sampai jumlahnya memenuhi kuota per-gelombang.

Sekarang ini misalnya, sudah melakukan pelatihan gelombang ke-47. Itu gelombang terakhir tahun ini. Satu gelombang ini saja yang diterima 1,4 juta peserta. Jumlah penerimaan tiap gelombang tidak sama. Tergantung alokasi anggaran yang tersedia saat itu.

Yang jelas sampai dengan November lalu sudah 16 juta lebih yang memanfaatkan Kartu Prakerja. Tiap orang mendapat jatah kursus senilai Rp 1 juta. Peserta yang sudah mendapat pelatihan diberi dua hal: sertifikat dan uang insentif.

Sertifikat diberikan secara digital tapi bisa dicetak sendiri-sendiri. Sedang uang insentif besarnya Rp 2,4 juta. Tidak dibayarkan sekaligus, melainkan 4 kali (4 bulan).

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO