SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Halo Pembaca BANGSAONLINE ! Saya baru saja melakukan perjalanan ke Sumenep, Madura, Jawa Timur. Di Kabupaten ujung timur Pulau Madura itu ternyata banyak pohon siwalan.
Selama ini siwalan itu identik dengan Tuban dan Gresik. Bahkan Tuban dikenal sebagai kota legen dan tuak. Tertuama karena masyarakatnya suka minum tuak. Tak aneh, jika di pinggir jalan, banyak orang menjual legen dalam kemasan botol air mineral, disamping buah siwalan yang sudah dikupas.
Baca Juga: Satpol PP Gresik Gagalkan Pengiriman Miras asal Bali ke Pulau Bawean
Ternyara di pinggir jalan raya di Sumenep juga sama, meski tak sebanyak di Tuban. Saya berhenti. Saya menghampiri seorang ibu yang menjual legen dan buah siwalan itu.
“Berapa Bu harga siwalannya,” tanya saya.
“Rp 10 ribu dapat empat,” jawab ibu penjual buah siwalan dan legen itu. Maksudnya dapat empat kantong plastik. Satu kantong plastik berisi empat buah siwalan. Murah, memang.
Baca Juga: Di Pasar Baru Gresik, Khofifah Panen Dukungan dan Gelar Cek Kesehatan Gratis
“Rp 10 ribu lima ya,” kata saya menawar.
“Mau beli berapa?,” tanya ibu itu kemudian.
Saya bilang Rp 30 ribu. Ibu itu dengan cekatan menghitung buah siwalan yang sudah dikemas dalam kantong plastik putih. Saya dapat 15 kantong plastik.
Baca Juga: Diduga Korsleting Listrik, Toko Budi Snack di Manyar Gresik Terbakar
Saya kemudian tanya harga legen.
Ibu itu menjawab, “Yang botol kecil Rp 5 ribu. Yang botol besar Rp 10 ribu.”
Legen itu memang dalam dua kemasan botol air mineral. Yang satu dalam botol ukuran 600 ml. Satunya lagi dalam kemasan botol besar, 1.500 ml.
Baca Juga: Jalankan Putusan PN, Kejari Gresik Keluarkan Nur Hasim dari Rutan Banjarsari
“Mau beli legen yang mentah atau yang masak?,” tanya penjual itu lagi.
Nah, ini saya bingung. Baru kali ini saya dengar ada legen mentah dan legen masak. Selama ini saya tahunya hanya legen asli dan tidak asli.
“Apa bedanya?,” tanya saya.
Baca Juga: Terobosan Baru, Kanwil Kemenkumham Jatim Hadirkan Immigration Lounge di Gresik
“Kalau legen yang mentah belum dimasak (dijerang). Ini baru diambil dari pohonnya. Kalau legen yang masak, sudah dijerang, sudah dimasak,” jelasnya.
(Tampak legen mentah selalu mengeluarkan buih atau busa. Foto: MMA/bangsaonline.com)
Baca Juga: PT Sentral Harapan Jaya di Gresik Terbakar, Kerugian Capai Rp20 Miliar
Saya pun langsung menangkap perbedaan dua jenis legen yang ditaruh dalam puluhan botol itu. Legen yang mentah terus mengeluarkan busa atau buih. Tampak segar sekali. Bahkan beberapa tawon hinggap dan mengerubuti tutup botolnya.
“Kalau ini (legen mentah) botolnya tak boleh ditutup rapat,” kata ibu kemudian.
“Kenapa?,” tanya saya penasaran.
Baca Juga: Kejari Gresik Belum Ungkap Peran 11 Penyedia di Kasus Korupsi Hibah UMKM
“Meledak,” kata ibu itu.
“Ini untuk obat ginjal,” katanya lagi. Saya sudah mendengar soal khasiat legen itu. Salah satunya memang untuk memperkuat ginjal.
Ia juga menyarankan kalau saya beli legen mentah harus segera diminum habis. Karena legen mentah tak tahan lama.
Baca Juga: Tuntut Tenaga Kerja, Warga Mengare Komplek Gresik Demo Smelter PT Freeport Indonesia
"Rasanya berubah kecut (masam)," katanya.
"Dalam berapa jam?," tanya saya.
"Kalau sampai nanti malam masih bisa bertahan. Tapi setelah itu rasanya kecut," katanya.
Memang legen mentah mengalami fermentasi secara alami dalam jangka waktu satu hari atau sehari semalam. Setelah itu rasanya kecut. Legen pun berubah jadi tuak, sejenis minuman keras.
"Karena itu harus dimasak agar tetap manis," sarannya. Ia juga menjual legen yang sudah sudah dimasak. Bahkan jumlahnya lebih banyak. Ia tampakya tak mau ambil risiko.
Saya pun membeli dua botol besar dan satu botol kecil legen mentah itu. Kali ini saya tak nawar. Karena harganya sudah sangat murah.
Saya lalu kembali ke mobil. Sambil membawa legen dan buah siwalan. Saya langsung balik ke Surabaya. Kebetulan saat itu menjelang maghrib.
Di mobil, dalam perjalan balik ke Surabaya, terdengar adzan maghrib. Saya buka legen mentah dalam kemasan botol kecil. Saya minum. Masyaallah. Luar biasa enak rasanya. Manis, segar beraroma madu dan ada grecep-grecepnya.
Mohammad Sulthon Neagara, anak saya, yang menyetir mobil saya sodori. Maunya ia menolak. Alasannya belum makan.
“Perut saya masih kosong,” katanya. Ia memang berpuasa Kamis.
“Nggak apa-apa. Minum saja,” kata saya. Ia pun meminum legen mentah itu.
“Ya, benar-benar enak. Kayak ada madunya,” katanya kemudian.
Setelah itu saya sodori buah siwalan. Ia mengambil satu. Dimakan.
Saya pun lalu membrowsing legen di google. Banyak artikel yang mengulas legen dan siwalan.
Apa manfaatnya? Ternyata banyak sekali manfaat legen. Antara lain memperkuat ginjal, mengatasi diabetes, mengembalikan cairan yang hilang, mengembalikan stamina.
Selain itu juga melancarkan pencernaan, mengikis kalsium pada saluran kencing, bersifat antibiotik, mengurangi stres, mencegah impotensi, mengatasi asam urat dan kolesterol.
Luar biasa. Saya kemudian menjadikan legen mentah itu sebagai status atau story di HP saya. Yang penontonnya cukup banyak karena saya punya banyak teman dan jaringan.
Ternyata ada seorang ibu berkomentar. Namanya Bu Titik, senior saya saat kuliah.
Ia mengungkap pengalaman suaminya. “Dulu suami pernah kena batu ginjal. Disuruh operasi. Tapi setelah minum legen asli, batunya hancur sendiri. Jadi, alhamdulillah, tidak jadi operasi,” tulisnya dalam komentar itu.
Menurut dia, suaminya juga mengecek batu ginjal itu di laboratorium.
“Setelah dicek di laboratorium batunya sudah hancur,” ungkapnya.
Saya tanya, saat itu beli legen mentah atau asli di mana. “Pesan jamaahnya kakak saya di Gresik, (legen) yang asli dari pohonnya,” katanya.
Ia menuturkan saat itu harganya mahal. “Mahal memang tapi gak apa-apa daripada operasi,” katanya lagi. “Alhamdulillah semua itu petunjuk Allah, bisa sembuh tanpa operasi,” tambahnya.
Saya tanya lagi. Apa legen itu cukup diminum saja. Batu ginjal itu hancur setelah minum legen mentah berapa kali atau berapa hari?.
“Satu minggu,” jawab Bu Titik.
Subhanallah. Luar biasa. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News