SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Rutan Kelas IIB Gresik memberikan wadah bagi warga binaannya untuk mengekspresikan diri serta mengasah keterampilannya, salah satunya dengan membuka pelatihan konveksi sejak 3 pekan lalu. Karutan Gresik, Disri Wulan Agus Tomo, memastikan hal tersebut.
"Selama 3 pekan ini, kami telah memproduksi beberapa produk konveksi seperti celana tactical, rompi hingga double breasted jacked atau baju yang biasa digunakan chef/ juru masak," ujarnya, Senin (30/10/2023).
Baca Juga: Kampung Narkoba di Jalan Kunti Surabaya Kembali Digerebek: 23 Pecandu Direhab, 2 Pengedar Ditangkap
Ia menjelaskan, pihaknya melakukan kerjasama dengan PT Orange Jaya Makmur dalam kegiatan pembuatan celana tactical dan rompi, agar pelatihan yang diberikan mampu meningkatkan keterampilan warga binaan.
"Keterampilan yang mereka peroleh tidak hanya akan membantu mereka saat mereka akhirnya bebas nanti, tetapi juga memberikan peluang untuk membangun karir dan mendapatkan tempat di Masyarakat," paparnya.
Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Janda Dibunuh Kekasih di Surabaya, Dipicu Surat Gadai Emas
Selain keterampilan, Rutan Gresik juga memberikan insentif kepada warga binaan yang mengikuti pelatihan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-PP.02.01 Tahun 1990 tentang Dana Penunjang Narapidana dan Intensif Karya Narapidana, keuntungan dari penjualan produk yang dihasilkan dibagi secara adil.
"Sebanyak 50% dari keuntungan digunakan sebagai premi atau upah bagi warga binaan, 15% disetor sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan 35% diinvestasikan kembali untuk meningkatkan modal produksi," urai Disri.
Ia mengatakan bahwa premi atau upah yang diberikan kepada warga binaan adalah insentif yang sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas mereka. Hal ini mendorong mereka untuk menghasilkan karya yang lebih bernilai dan berkualitas.
Baca Juga: PT Umroh Kilat Indonesia, Prioritaskan Beri Edukasi ke Para Jemaah
"Ke depan pasti akan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Dengan cara ini, program pembinaan kemandirian di Rutan Gresik bukan hanya sekadar rutinitas, tetapi juga merupakan peluang bagi mereka untuk meraih masa depan yang lebih cerah," tuturnya.
Salah satu warga binaan yang mengikuti pelatihan adalah Agus Sulistiyono. Pria 37 tahun itu mengaku bersyukur. Karena dapat mengasah kembali ilmu menjahit di Rutan Gresik.
"Ketika SMA pernah belajar menjahit, tapi tidak mendalami, alhamdulillah sekarang bisa kembali menyalurkan bakat yang terpendam," kata pria yang terjerat kasus penyalahgunaan narkotika itu.
Baca Juga: Korban Tewas, Begal Perempuan di Surabaya Hanya Dikenakan Pasal Curat, Pengacara Beberkan Alasannya
Sedangkan warga binaan lainnya, Suhartono, berharap bisa membuka bisnis menjahit sendiri ketika bebas nanti. Pria asal Cerme, Gresik, itu merasa terbantu selama tiga pekan terakhir dibimbing petugas dan tenaga ahli dari pihak ketiga.
"Seminggu pertama diajari teknik-teknik dasar, minggu kedua dan ketiga ini langsung praktik, semoga semakin lancar ke depannya," ucapnya.
Disri mengatakan, selama 3 pekan ini, omzet yang dihasilkan sudah mencapai Rp12 juta. Dan diharapkan dapat terus berkembang ke depannya.
Baca Juga: Hearing Lanjutan soal RHU dan Efek Pengendara Mabuk, DPRD Surabaya Soroti SOP, Perizinan, dan Pajak
"Saat ini masih empat mesin dan warga binaan yang terlibat baru lima orang, ke depan kami berharap bisa semakin banyak yang terlibat dan mendapatkan manfaat," pungkasnya. (cat/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News