Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie
Rubrik Tafsir Al-Quran Aktual ini diasuh oleh pakar tafsir Dr KH A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Abiya: 34-35. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca ini:
Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan
Perkara ada kisah yang mengatakan, bahwa Nabi Khadlir A.S. itu hidup terus sepanjang masa karena dianugerahi meminum “ma’ al-hayat” (air keabadian), itu bukan nash. Tapi cerita yang viral di kalangan ahli kitab, ilmuwan Yahudi dan Nasrani, lalu ditransfer oleh sebagian munafassir yang memang hobi kisah israiliyat.
Disiplin ulum al-tafsir menunjuk, bahwa kisah israiliyat itu “bebas”. Silakan dipercaya atau tidak. Tapi ada kaidah, bahwa kisah israiliyat disebut berindikasi benar dan boleh dipercaya, “jika tidak berlawanan dengan nash, al-Qur’an maupun al-Hadits”. Silakan, Anda membaca Nabi Khadlir ini, gimana..?.
Perkara ada kiai tertentu yang mengaku pernah bertemu, pernah bersalaman, bahkan pernah menggendong seperti kisah KHM. Hasyim Asy’ari saat mesantren di Kiai Khalil Bangkalan tempo dulu, maka jawaban Tafsir Al-Quran Aktual begini: Bahwa bisa saja seseorang dari umat Nabi Muhammad SAW berjumpa dengan Nabi Khadlir A.S. Tapi itu bukan “ashalah”, bukan wujud asli, bukan bodi alami seperti pada masa hidupnya dulu, melainkan secara ruhiyah atau jelmaan sukma yang dianugerahkan Tuhan. Ya, karena para nabi dan orang-orang shalih itu hidup, “fahuw hay, bal ahya’”.
Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa
Ulama tempo dulu sudah biasa bertemu dengan Rasulullah SAW dalam keadaan terjaga. Seperti al-Imam Jalaluddin Abd al-Rahman al-Suyuthy pernah bertutur : “Kunt usa’iluh yaqadzah..”. ketika saya ragu, tidak paham terhadap sebuah tesis agama, al-Qur’an maupun al-Hadits, maka saya sering bertanya langsung kepada Rasulullah SAW dan beliau hadir menjawab. Itu terjadi dalam keadaan terjaga, tatap muka, bukan mimpi.
Jika pendapat bahwa nabi Khadlir A.S. itu hidup abadi, maka timbul berbagai pertanyaan. Pertama, saat hidup era Nabi Muhammad SAW, maka, apa status atau jabatan beliau..?. Apa sebagai seorang sahabat seperti para sahabat yang lain..?. Atau sebagai nabi tersendiri yang punya misi tersendiri..?.
Terhadap pertanyaan pertama, masih mendingan bila dijawab sebagai sahabat biasa. Meskipun itu susah dijabarkan lebih detail, di mana tempat tinggalnya, kehidupan kesehariannya, berstatus manusia atau bukan, mengikuti syariah nabi atau tidak, termasuk sahabat anshar atau muhajirin dan lain-lain.
Baca Juga: Kedudukan Pers Sangat Tinggi dalam Undang-Undang, Wartawan Harus jaga Marwah Pers
Sedangkan, terhadap pertanyaan kedua, jika dianggap sebagai nabi tersendiri, dengan misi tersendiri, maka itu akan mengganggu eksistensi kerasulan Muhammad SAW sebagai nabi pamungkas, nabi penutup, nabi akhir zaman, khatam al-anbiya wa mursalin. Lha kalau nabi Khadlir hidup terus, lalu matinya kapan. Mosok bareng hari kiamat..?. Allah a’lam. (bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News