SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Satlantas Polrestabes Surabaya akhirnya membangun tugu knalpot Suroboyo, yang terbuat dari knalpot brong hasil pengamanan di beberapa wilayah di Kota Pahlawan.
Monumen ini, dibuat sebagai pengingat bagi masyarakat, agar tidak menggunakan knalpot brong yang meresahkan masyarakat. Selain itu, monumen ini, dibuat seperti ikon Kota Surabaya, yaitu Suro dan Boyo.
Baca Juga: Kampung Narkoba di Jalan Kunti Surabaya Kembali Digerebek: 23 Pecandu Direhab, 2 Pengedar Ditangkap
Knalpot itu, berasal dari penindakan yang dilakukan oleh Satlantas Polrestabes Surabaya dengan jumlah yang tidak sedikit. Terlebih, saat itu, razia dilakukan saat malam pergantian tahun.
“Sebenarnya Knalpot hasil sitaan akan dimusnahkan, namun kami berpikir untuk bisa dimanfaatkan,” ungkap Kasatlantas Polrestabes Surabaya, Arif Fazlurrahman, Kamis (20/6/2024).
Justru, kasatlantas ini, terpikir untuk mengoptimalkan sehingga menjadi salah satu ikon di Kota Surabaya.
Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Janda Dibunuh Kekasih di Surabaya, Dipicu Surat Gadai Emas
"Lebih bermanfaat daripada hanya sekedar dimusnahkan," tambahnya.
Ide tersebut, ia sampaikan ke jajarannya, ternyata salah satu anggota kebetulan mengenal perajin di Tuban yang bisa mewujudkan keinginan tersebut. Bentuk monumen itu, diminta agar sama dengan patung Suro dan Boyo.
Arif mengatakan, jumlah knalpot yang tersimpan di gudang, mencapai 2.064 buah. Knalpot itu, disita sejak Januari 2023.
Baca Juga: 3 Kontroversi yang Membuat Publik Sangsi soal Penangkapan Ivan Sugianto oleh Polisi
"Dimana 1.348 di antaranya disita pada periode Desember," tambah Arif Fazlurrahman.
Ia juga berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Surabaya, dalam pembuatan monumen itu, agar bisa ditempatkan di lokasi strategis. Dengan harapan, nantinya bisa menjadi ikon baru di Surabaya.
Monumen itu, awalnya akan diletakkan di Jalan Tunjungan, namun dengan pertimbangan jalan tersebut sudah menjadi landmark metropolis, serta setelah dilakukan pengecekan, area tersebut, tidak memingkinkan karena terdapat utilitas yang sulit digunakan sebagai pondasi.
Baca Juga: Pelaku Curanmor di Surabaya Diduga Tewas Overdosis
Pondasi itu, menurut Arif sangat penting, karena keberadaan tidak boleh mengabaikan faktor keamanan.
"Monumennya berat sekali karena dari besi. Menurut perajinnya sekitar dua ton," paparnya. "Tinggi 10 meter dan lebar 3 meter," sambungnya.
Dari diskusi itu, tempat baru bagi monumen akhirnya diputuskan di kawasan Frontage Jalan A. Yani.
Baca Juga: Unit PPA Satreskrim Polrestabes Tangani Kasus Pembuangan Bayi
"Di pintu masuk kota. Jadi, akan langsung terlihat masyarakat yang datang," jelasnya.
Arif menyebut, monumen knalpot brong itu bukan yang pertama, namun akan lebih spesial karena bentuknya berupa karya seni.
"Biasanya monumen kecelakaan dari kendaraan yang terlibat," ujarnya.
Baca Juga: Terlibat Judi Online, Ketua RT dan 2 Warga Mojo Klanggru Lor Ditangkap
Lebih lanjut, Arif menyebutkan, monumen itu tidak hanya jadi penanda ketegasan polisi dalam menindak pengguna knalpot brong, namun juga pengingat kepada masyarakat, agar tidak menggunakan pada kendaraan.
"Memungkinkan juga untuk menjadi spot foto," katanya.
Menurut Arif, penggunaan knalpot brong adalah fenomena sosial yang meresahkan, dari suara bising yang ditimbulkan, dapat mengganggu kenyamanan sekitar.
Baca Juga: Ibu yang Tega Buang Bayi di Atap Rumah Ditangkap Polsek Tambaksari
"Polusi udaranya luar biasa. Memekakkan telinga," tuturnya.
Selain itu, lanjutnya, knalpot brong juga bisa menjadi pemicu aksi kekerasan. Tidak jarang orang yang tersinggung dengan suaranya main pukul.
"Akhirnya jadi sebuah perkelahian," terangnya.
Baca Juga: Darurat Pengemudi Mabuk di Surabaya, Polisi Gelar Razia
Knalpot brong pun kerap menjadi pemicu pengendara kebut-kebutan. Pasalnya, suara yang dihasilkan akan lebih nyaring ketika kendaraan melaju kencang.
"Hampir semua motor balap liar pasti memakai knalpot yang tidak standar," ujarnya.
Menurut dia, pengerjaan monumen itu sebenarnya ditarget selesai akhir bulan lalu. Tujuannya sebagai kado Hari Jadi Kota Surabaya. Namun, pihak Pemkot Surabaya meminta agar ada perbaikan. Sebab, kepala Suro dinilai terlalu ke bawah sehingga tidak identik dengan patung Suro dan Boyo yang sudah ada.
"Target selesai secepatnya," ungkapnya. (rus/rif)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News