BANGSAONLINE.com - Ide family office terkait investasi dalam negeri yang diusulkan Menkomarves Luhut Binsar menuai pro dan kontra. Meskipun ide ini disambut baik oleh Presiden Jokowi.
Family office atau kantor keluarga adalah firma penasihat manajemen kekayaan swasta yang melayani individu dengan kekayaan bersih sangat tinggi.
Baca Juga: Pesan Pj Gubernur Jatim saat Terima Yankes Bergerak di Grahadi
Yang harus diketahui, satu family office mengelola kekayaan satu individu atau keluarga.
Saat ini, Singapura saja memiliki 15.500 family office. Namun, Indonesia tidak punya satu pun.
Oleh karena itu, menurut Luhut, family office perlu dibentuk mengingat tingginya permintaan.
Baca Juga: Menko Marves Resmikan Bandara Dhoho, Pemkab Kediri Dorong Percepatan Sarpras Pendukung
Diketahui, Luhut menyebut dalam Rapat Kerja Badan Anggaran DPR RI beberapa waktu lalu, jika Indonesia membentuk family office maka negara bisa meraup dana hingga US$ 200 juta atau setara dengan Rp 3,2 triliun.
Santer dibicangkan, jika family office rencananya akan diterapkan di Bali.
Bukan tanpa alasan. Karena Bali merupakan destinasi wisata unggulan Indonesia. Banyak dilirik oleh investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Baca Juga: Pj Bupati Bangkalan Serahkan Bantuan Modal Usaha untuk IKM dari DBHCHT 2024
Apakah Family Office bisa diterapkan di Madura?
Meskipun wacana penerapan family office ini masih di Bali, akan tetapi semua wilayah di Indonesia juga harus bersiap dengan hal ini.
Apalagi di setiap daerah pasti ada orang kaya yang memenuhi syarat untuk masuk dalam Family Office dengan kekayaan yang mencapai ratusan juta bahkan triliunan rupiah.
Baca Juga: Billboard Paslon Moh Baqir-Taufadi Bertebaran Jelang Pilkada Pamekasan 2024
Pengamat ekonomi Madura, Dr. Jakfar Sadik mengatakan dengan adanya family office di Madura memiliki beberapa manfaat.
“Keluarga kaya yang tertarik investasi di Indonesia, atau sebaliknya. Nah, presiden mencoba untuk menarik orang Indonesia investasi di Indonesia sendiri dan orang kaya di dunia juga minat untuk investasi di indonesi. Dan ini masih diuji bobakan di Bali. Karena konsepnya, orang asing itu berinvestasi sambil berwisata,”kata Jakfar melansir RRI, Kamis (4/7/2024).
Dirinya juga menyinggung masalah lapangan pekerja. Mengingat bahwa permasalahan ekonomi salah satunya adalah tersedianya lapangan pekerjaan. Tentu penerapan family Office di Madura sangat diharapkan.
Baca Juga: Deklarasikan Dukungan, Santri dan Kiai ‘Aspek’ Madura Pastikan Khofifah-Emil Tak Tertandingi
“Jika diberlakukan di seluruh Indonesia, Madura salah satunya, maka di Madura akan tercipta banyak lapangan pekerjaan. Dan kita harus meningkatkan layanan investasinya,"ujarnya .
“Bagus malah. Putra - putra Madura nanti tidak perlu jadi imigran. Karena lapangan pekerjaan sudah tersedia di tanah sendiri,"sammbungnya.
Jika benar, Family Office ini nantinya diterapkan, maka Madura tinggal menunggu giliran.
Baca Juga: Wakil Rektor III Surokim Memotivasi Maba UTM agar Miliki Resiliansi yang Tinggi demi Kesuksesan
Tentu yang menjadi pertanyaan, seberapa manfaatkah bagi masyarakat Madura penerapan Family Office ini.
“Dana yang dikelola oleh Family Office akan disalurkan pada sektor real yang ramah lingkungan yang mengadopsi green economy yang kemudian bisa membuka lapangan pekerjaan bagi kaum milenial,"ungkap pak Jakfar.
Hal ini tidak terlepas dari masyarakat madura terutama kaum muda yang masih merantau untuk mencari pekerjaan. Akan tetapi, dampak buruknya juga perlu dipikirkan.
Baca Juga: Lagi, Penyair Legendaris Asal Madura Dapat Penghargaan
Akan tetapi, perlu juga dipertimbangkan dampak buruk yang mungkin terjadi. Misalnya, liberalisme.
Dan tersingkirnya anak Madura sendiri karena banyak orang luar Madura yang masuk dan mengambil alih lahan pekerjaan yang ada.
“Ada potensi Indonesia yang hanya dijadikan suaka pajak atau pencucian uang,"lanjut
Baca Juga: Cuaca Buruk, Nelayan di Bangkalan Takut Melaut
Dan tentu hal tersebut juga berlaku di Madura. Yang nantinya akan menyebabkan kemunduran dari sisi ekonomi karena ternyata penerapan Family Office ini hanya memperkaya personal saja.
“Takut tidak diinvestasikan di sektor real yang berdampak pada pembukaan lapangan pekerjaan. Hanya diinvest di saham, dll. Yang hanya memperkaya personal saja,"pungkasnya. (van)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News