SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Fenomena bediding merupakan kondisi yang ditandai dengan suhu udara terasa sangat dingin pada malam hingga pagi hari.
Ida Pramuwardani selaku Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mengatakan bahwa fenomena bediding ditandai dengan suhu udara yang turun drastis pada malam hingga dini hari.
Baca Juga: Apakah Daun Pepaya Baik untuk Kesehatan Kulit? Simak Penjelasannya
Sebutan bediding berasal dari kata serapan Bahasa Jawa yakni "Bedhidhing" artinya perubahan suhu yang mencolok, khususnya di awal musim kemarau.
Ida mengatakan bahwa perubahan suhu tersebut bisa mencapai titik beku.
"Fenomena bediding umum terjadi di Indonesia. Puncaknya terjadi pada musim kemarau terutama pada Juli sampai September," ujar Ida.
Baca Juga: Benarkah Ubi Jalar Bagus untuk Gula Darah Tubuh? Ini Penjelasannya
Fenomena bediding termasuk hal normal karena berkaitan dengan kondisi atmosfer yang terjadi saat musim kemarau.
Fenomena bediding disebabkan oleh beberapa faktor yaitu udara kering, langit cerah dan topografi.
Selama musim kemarau, hujan jarang terjadi sehingga membuat langit menjadi lebih cerah.
Baca Juga: Resep Kue Apem Kelapa Muda Gurih dan Lembut
Menurut Ida, langit cerah pada malam hari menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa hambatan. Hal itu mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan.
"Pada musim kemarau, udara cenderung lebih kering karena kurangnya uap air. Udara kering memiliki kapasitas panas yang lebih rendah sehingga lebih cepat kehilangan panas pada malam hari," tutur Ida.
Selain itu, fenomena bediding dipicu oleh tidak adanya angin yang menghambat pencampuran udara. Akibatnya, udara dingin tetap terperangkap di dekat permukaan bumi.
Baca Juga: 5 Manfaat Labu Kuning untuk Mengobati Penyakit
Pada daerah dataran tinggi atau pegunungan, memasuki musim kemarau akan lebih dingin dikarenakan tekanan udara akan lebih rendah dan kelembapan udara yang lebih sedikit.
Fenomena bediding umum terjadi di Indonesia, khususnya di wilayah yang berdekatan dengan khatulistiwa hingga bagian utara.
Pada wilayah tersebut, meski pagi hari cenderung terasa lebih dingin, namun udara di siang hari akan terasa lebih panas.
Baca Juga: Kemenkes RI akan Sediakan Layanan Skrining Kanker Payudara secara Gratis
Pasalnya, ketiadaan awan dan kurangnya uap air saat musim kemarau menyebabkan radiasi langsung Matahari akan lebih banyak yang mencapai permukaan bumi.
Menurut Ida, fenomena bediding pada bulan Juli 2024 sudah melanda daerah dataran tinggi di Indonesia, khususnya bagian selatan.
"Fenomena bediding terjadi di daerah dataran tinggi di Indonesia bagian selatan, seperti Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT)," jelas Ida.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini 1 November 2024
(ans)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News