BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Seorang janda di Desa Pacing, Kecamatan Sukosewu, Bojonegoro nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di dalam rumahnya, Senin pagi (14/9). Korban yang diketahui bernama Kasni (58) itu diduga depresi, hingga nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Korban diketahui hidup sebatang kara setelah lama bercerai dengan suaminya.
"Dia juga tidak mempunyai anak, jadi setiap hari dia tinggal sendiri dirumah," ujar Kepala Desa (Kades) Pacing, Didik Purwahyono ketika dihubungi BANGSAONLINE.com, Senin siang.
Baca Juga: Diduga Kecanduan Game Online, Pegawai BMT NU di Bojonegoro Gantung Diri dan Tinggalkan Wasiat
Peritiswa itu diketahui sekitar pukul 05.30 WIB ketika tetangganya Muzaini (47), merasa curiga dengan kondisi rumah korban. Saat itu lampu teras rumah masih menyala dan seluruh pintu rumah dalam keadaan terkunci meskipun hari sudah pagi. Kemudian Muzaini mencoba mengitip melalui dinding rumah terbuat dari anyaman kayu bambu.
Betapa terkejutnya Muzaini saat melihat korban sedang tergantung di ruang tamu menggunakan tali tampar berwarna biru. Lalu saksi berteriak meminta tolong dan memanggil perangkat desa. ''Kemudian warga mendobrak pintu rumahnya, tapi tidak berani menurunkan korban karena menunggu petugas medis dan polisi,'' terang Didik.
Jasad korban baru diturunkan ketika petugas medis dan polisi tiba di lokasi kejadian perkara (TKP). Saat itu korban sudah tidak bernyawa. Sementara berdasarkan hasil pemeriksaan medis tidak ditemukan bekas tanda-tanda penganiayaan. Korban dipastikan tewas gantung diri. ''Kalau tanda-tanda penganiyaan tidak ada,'' ujarnya.
Baca Juga: Dua Warga Bojonegoro Tewas Bunuh Diri Tenggak Arak Oplosan Fanta dan Obat Flu, Makamnya Dibongkar
Didik mengatakan, korban diduga nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri itu karena depresi. Sudah berhari-hari korban terlihat seperti orang linglung. Setiap tengah malam selalu keluar sendiri. Disinyalir, kata dia, anak pertama dari enam besudara itu merasa bingung terhadap sikap keluarganya.
Karena saudara lainnya tidak setuju bila sapi milik korban dititipkan kepada saudara nomor dua. Alasannya, korban takut bila dibohongi, sehingga korban menjadi bingung. Akibatnya, setiap tengah malam, korban selalu mengecek sapinya yang dititipkan saudaranya nomor dua tersebut. Padahal jarak rumahnya sekitar 200 meter. ''Saudara lainnya merasa iri. Jadi sapinya tidak boleh dititipkan ke saudaranya nomor dua,'' lanjutnya.
Sementara itu, Kapolsek Sukosewu, AKP Rasito belum dapat dikonfirmasi. Ketika dihubungi nomor ponselnya terdengar nada aktif, tapi tidak menjawab. Ketika dikirimi pesan singkat juga tidak membalas. (nur/rvl)
Baca Juga: Pamit Mau Hajatan, Pria di Ngraho Bojonegoro Kendat di Pohon Asam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News