Sunan Gus Dur dan Nabi Khidir

Sunan Gus Dur dan Nabi Khidir M. Mas'ud Adnan

Oleh: M Mas’ud Adnan... 

BANGSAONLINE.com - Ketika membahas sikap zuhud pimpinan NU saya lalu ingat Gus Dur. Banyak sekali kisah-kisah unik dan menarik dari cucu pendiri NU Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari itu. Suatu ketika Gus Dur diberiuang seorang anggota DPR sebesar Rp 15 juta. Gus Dur menerima uang itu lalu meletakkan di lacinya. Gus Dur kemudian ngobrol ngalor ngidur dengan anggota DPR itu. Tiba-tiba ada tamu seorang wanita datang. Ia mengeluh karena kesulitan uang.

Tanpa pikir panjang Gus Dur mengambil uang itu dan memberikan kepada wanita tersebut. Anggota DPR itu terperanjat. Dari ekpsresi wajahnya ia tampak tak ikhlas. “Saya maunya kan ngasih Gus Dur, bukan dia. Lah, kok Gus Dur dengan enteng memberikan uang itu kepada dia. Tahu gitu ndak saya kasih dulu,” katanya.

Tapi itulah Gus Dur. Setiap ada orang ngasih uang selalu diterima, tapi setelah itu dikasihkan orang lain. Karena itu Sulaiman, ajudan Gus Dur, mengistilahkan Gus Dur selalu “Terima Kasih”. Uang di-Terima, lalu di-Kasih-kan pada orang lain. Beda dengan kita, uang kita-Terima, tapi tak di-Kasih orang lain, sebaliknya kita umpetkan di saku.

Sikap Gus Dur yang ”Terima Kasih” itu kerap disaksikan para aktivis NU. Suatu ketika Gus Dur kedatangan tamu. Orang itu memberi amplop besar berisi uang Rp 35 juta. Tiba-tiba ada tamu Gus Dur masuk. Entah ia tahu kalau ada orang baru ngasih uang kepada Gus Dur atau hanya kebetulan masuk. Yang pasti ia mengeluh kepada Gus Dur kalau dirinya sedang kesulitan uang untuk membangun rumahnya. Gus Dur langsung mengambil uang yang Rp 32 juta itu lalu diberikan kepada orang tadi. Begitu terima uang ia langsung ngacir. Para tamu yang berada di sekitar Gus Dur bisik-bisik. Bahkan ada yang mengingatkan Gus Dur bahwa orang tadi tak jujur dan sering menipu.

Bagaimana respon Gus Dur? ”Saya sudah tahu. Kan lebih baik menipu saya daripada menipu orang lain,” kata Gus Dur enteng. Menyaksikan sikap sufi Gus Dur itu para tamu terperangah.

Gus Dur juga selalu bersikap kontroversial dan bahkan melawan arus ketika massa gegap gempita memujinya. Tampaknya ini sesuai dengan risalah sufi dalam kitab al-Hikam di mana seorang sufi selalu berusaha untuk menutup kebaikannya dengan seolah-olah berperilaku buruk. Konsekuensinya ia dikecam oleh berbagai pihak.

Abu Bakar Ba’asyir, tokoh Islam aliran keras, mengecam Gus Dur murtad. Bahkan tokoh PKNU itu menerbitkan buku 9 Alasan Kiai Menolak Gus Dur. Lucunya, saat Gus Dur wafat, politisi ini nangis-nangis di pusara Gus Dur.

Memang buku itu sangat politis dan untuk memprovokasi kiai-kiai agar pisah dengan Gus Dur. Tapi tampaknya hanya sedikit kiai yang terpengaruh. Buktinya, kiai-kiai dan warga NU tetap menghormati Gus Dur. Kewalian dan derajat tinggi Gus Dur kian terbukti ketika tokoh Islam itu wafat. Penghargaan masyarakat luar biasa tinggi. Bahkan semua orang merasa kehilangan, termasuk yang non-muslim.

Lihat juga video 'Mobil Dihadang Petugas, Caketum PBNU Kiai As'ad Ali dan Kiai Asep Jalan Kaki ke Pembukaan Muktamar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO