Gubes ITS Kembangkan Model Antrean pada Lintasan Sebidang Kereta Api

Gubes ITS Kembangkan Model Antrean pada Lintasan Sebidang Kereta Api Hera Widyastuti, ketika berdiskusi terkait tranportasi publik pada kegiatan Czech-Indo Ship Exhibition 2024. (Ist)

BANGSAONLINE.com - Penumpukan kendaraan ketika penutupan palang pintu perlintasan kereta api mendorong Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Hera Widyastuti, untuk mengembangkan Model of Queuing in the Railway Level Crossings.

Menurutnya, penutupan pintu perlintasan kereta api yang terlalu lama membuat pengguna jalan menjadi resah. Utamanya pada lintasan jalur ganda yang memiliki frekuensi kereta melintas lebih sering dibandingkan jalur tunggal, sehingga waktu penutupan pun lebih sering.

“Hal tersebut dapat menyebabkan penumpukan pada antrean kendaraan yang akan lewat,” jelas Hera, Rabu (12/3/2025).

Ia mengembangan model antrean berbasis data guna menganalisis dampak frekuensi kereta api terhadap lalu lintas jalan raya. Hera menjelaskan, untuk memperhitungkan durasi penutupan palang yang optimal, perlu mempertimbangkan dua faktor baru.

“Kedua faktor tersebut ialah kecepatan dan panjang rangkaian kereta api,” tuturnya.

Menurut Hera, kecepatan dan panjang rangkaian kereta api turut mempengaruhi durasi penutupan pintu perlintasan. Kereta yang melaju lebih cepat akan mempersingkat waktu penutupan, sementara rangkaian kereta yang lebih panjang akan memperlama waktu penutupan. Apabila palang tertutup saat antrean masih panjang, maka penumpukan kendaraan tidak dapat terhindarkan.

Selain itu, Hera juga melibatkan aspek sosial dengan meneliti harapan pengguna jalan terhadap durasi penutupan perlintasan. Dari hasil penelitian untuk orasi ilmiah pengukuhannya sebagai profesor, Hera menyimpulkan bahwa durasi 30 detik sebelum dan sesudah kereta api lewat palang pintu perlintasan merupakan durasi paling ideal untuk dilakukan penutupan.

“Dengan begitu, waktu tunggu sebelumnya bisa lebih tepat,” terangnya.

Untuk mewujudkan transportasi yang nyaman dan efektif, Hera menekankan pentingnya optimalisasi jalur ganda. Menurutnya, seringnya kereta yang melintas pada jalur ganda juga harus diimbangi dengan headway (selang waktu) antarkereta yang tepat agar tidak memperburuk penumpukan ketika terjadi penutupan palang.

“Dari hasil penelitian, headway yang baik adalah ketika memiliki durasi lebih dari 2,5 menit,” ungkap Hera.

Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa apabila headway antarkereta pada jalur ganda selama 3 menit, ketika terjadi penutupan dengan waktu 23 detik hasilnya tidak akan terjadi penumpukan apabila jumlah kendaraan kurang dari 80 persen kapasitas jalan.

Sebaliknya, pada penutupan berdurasi 152 detik dapat menyebabkan kemacetan jika volume kendaraan melebihi 10 persen dari kapasitas jalan.

“Oleh karena itu, pengaturan headway harus dioptimalkan,” tegasnya.

Terakhir, Kepala Laboratorium Transportasi dan Material Perkerasan Departemen Teknik Sipil ITS tersebut mengungkapkan bahwa riset ini juga membantu pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) 11 tentang Sustainable Cities and Communities. Hera berharap penelitiannya ini dapat menjadi rujukan bagi pemerintah dalam meningkatkan kapasitas lintas jalur kereta api.

“Semoga dengan riset ini juga dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas di perlintasan sebidang kereta api di Indonesia,” paparnya. (msn)