
KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kediri terus memperkuat program pembinaan kemandirian bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).
Salah satu program unggulan yang kini berkembang adalah budidaya jamur tiram, yang berhasil mencatatkan panen perdana sebesar 30 kilogram dari 500 diklop dalam kurun waktu satu bulan.
Kalapas Kediri, Solichin, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata pembinaan di bidang pertanian yang tidak hanya memberikan keterampilan praktis, tetapi juga menumbuhkan semangat kewirausahaan.
“Budidaya jamur tiram tidak hanya membekali WBP dengan keterampilan praktis, tetapi juga menumbuhkan semangat kewirausahaan yang akan sangat bermanfaat ketika mereka kembali ke masyarakat,” ungkapnya, Kamis (11/09/2025).
Ia menambahkan, program ini akan terus dikembangkan melalui pendampingan intensif agar hasil panen semakin optimal dan keterampilan WBP semakin meningkat. Ia berharap masyarakat sekitar juga dapat merasakan manfaat dari hasil produksi tersebut.
Program budidaya ini tidak hanya berfokus pada hasil pertanian, tetapi juga menjadi sarana pembinaan berkelanjutan. Para WBP sebelumnya telah mengikuti pelatihan khusus yang bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja (BLK), mencakup persiapan media tanam, perawatan harian, hingga pengendalian hama dengan metode organik.
“Materi pelatihan mencakup persiapan media tanam, perawatan harian, hingga pengendalian hama dengan metode organik,” kata Solichin.
Dalam praktiknya, perawatan dilakukan setiap pagi dan sore melalui penyiraman rutin. Pupuk organik berbahan dasar bawang merah yang dihaluskan digunakan untuk menjaga kualitas dan ketahanan jamur terhadap hama.
“Metode ini terbukti mampu meningkatkan ketahanan jamur terhadap hama sekaligus menjaga kualitas hasil panen,” ucap Solichin.
Panen dilakukan secara berkala setiap dua hari sekali. Dengan pola tanam 500 diklop, masa produksi jamur tiram dapat berlangsung stabil selama tiga hingga lima bulan. Saat ini, panen baru berjalan selama satu bulan setelah masa pembibitan.
“Hasil panen kemudian didistribusikan langsung kepada masyarakat sekitar dengan harga lebih terjangkau dibandingkan harga pasar. Hal ini diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi warga melalui ketersediaan produk segar dengan harga yang ekonomis,” urai Solichin. (uji/mar)