Teater Kolosal Sri Tanjung UM: Revitalisasi Legenda Lewat Seni Kontemporer

Teater Kolosal Sri Tanjung UM: Revitalisasi Legenda Lewat Seni Kontemporer

KOTA MALANG, BANGSAONLINE.com - Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang (UM), kembali menggelar Pesta Rakyat sebagai ajang ekspresi budaya dan kreativitas mahasiswa. 

Salah satu acara utama tahun ini adalah pertunjukan teater kolosal bertajuk Mewangi dalam Luka Sri Tanjung Asmaraloka, yang mengangkat kisah klasik Banyuwangi, Sri Tanjung-Sidopekso, dalam balutan estetika kontemporer. Pementasan ini akan digelar pada Sabtu (1/11/2025) di Graha Cakrawala UM.

Sutradara pertunjukan, Musthofa Kamal, menyampaikan bahwa karya ini merupakan bentuk nyata kontribusi civitas akademika dalam pelestarian budaya lokal melalui seni pertunjukan.

"Ya, pementasan ini tidak hanya sekadar menampilkan kembali kisah rakyat yang melegenda. Karya ini berupaya merevitalisasi nilai-nilai lokal agar tetap hidup dan bermakna bagi penonton masa kini," ujarnya, Kamis (30/10/2025).

Pertunjukan ini melibatkan sekitar 75 mahasiswa dan sejumlah dosen, digarap dengan pendekatan dramaturgi tradisi kontemporer. Kamal merancang struktur pementasan yang dinamis dan komunikatif, mempertemukan kekuatan narasi klasik dengan sensibilitas penonton modern.

“Pertunjukan ini bukan hanya soal menampilkan cerita lama, tetapi bagaimana kami membangun kembali roh legenda itu agar bisa berdialog dengan masyarakat hari ini,” kata Musthofa.

Tema yang diangkat menyoroti pentingnya sikap kritis dalam menerima informasi, merujuk pada nasib tokoh Sidopekso yang terjebak oleh kabar menyesatkan. Pesan ini menjadi relevan di era keterbukaan informasi dan media sosial.

Kekuatan artistik pertunjukan terletak pada perpaduan musik gamelan dengan instrumen modern, menciptakan atmosfer musikal baru yang tetap berakar pada tradisi. 

Gerak tari memperkuat suasana dramatik, menggambarkan dinamika batin tokoh dan lanskap emosional cerita. Nyanyian dan pembacaan puisi turut memperdalam makna dramatik serta memberi ruang bagi ekspresi puitik khas Sastra Indonesia.

Dengan konsep kolosal yang menggabungkan unsur musik, gerak, puisi, dan dramaturgi, Mewangi dalam Luka Sri Tanjung Asmaraloka menjadi refleksi kreatif tentang bagaimana tradisi dapat diolah menjadi medium pembelajaran, hiburan, dan perenungan bagi generasi masa kini.

Sementara itu, Dekan Fakultas Sastra UM, Moch. Syahri, turut memberikan apresiasi terhadap pementasan ini. Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya mewadahi mahasiswa dalam melestarikan budaya bangsa. (asa/mar)