NGAWI, BANGSAONLINE.com - Aparat kepolisian dari Polsek Widodaren hingga kini masih melakukan koordinasi internal yang melibatkan TNI, Muspika dan para tokoh antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Majelis Tafsir Al Qur’an (MTA). Menyusul adanya kegiatan dari dua kelompok keagamaan tersebut dalam satu lokasi yakni di Dusun Ngrampal, RT 04/RW 03, Desa Sidolaju, Kecamatan Widodaren, Ngawi, pada Rabu ini (24/02/2016).
“Kita masih melakukan rapat koordinasi dari semua unsur pada malam ini hingga besok pagi. Tentang rencana kegiatan kajian rutin MTA yang bakal digelar besok itu (Kamis besok-red) di Desa Sidolaju kepastianya mendasar hasil koordinasi nantinya. Namun pada hari ini (Rabu-red) kegiatan pengajian dan isthigosah serta doa bersama warga NU sudah selesai dilakukan dengan aman dan lancar,” terang Kapolsek Widodaren AKP Juwahir saat dihubungi BANGSAONLINE melalui via selular, Rabu (24/02).
Baca Juga: Polsek Paron Gelar Diklatsar Kelalulintasan ke Puluhan Anggota Banser Ngawi
Dikatakan AKP Juwahir, pihaknya terus melakukan kontak komunikasi dengan jajaran diatasnya terutama dengan Kapolres Ngawi AKBP Suryo Sudarmadi demikian juga dengan Kabag Ops Kompol Suwarno maupun pihak terkait lainya. Langkah itu masih penjelasan AKP Juwahir, tidak lepas dari peran kepolisian dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang prima.
“Kita sedari awal siap dalam mengayomi masyarakat semuanya baik warga NU maupun warga MTA jangan sampai terjadi perselisihan. Kalau itu sampai terjadi yang rugi masyarakat semua, intinya kita memberikan pelayanan yang terbaik bagi saudara-saudara kita ini,” tegas Kapolsek Widodaren.
Memang tampak kurang harmonis diantara Banser dengan MTA, hal ini terlihat sewaktu menjelang diadakannya pengajian oleh dua organisasi tersebut di daerah Sidolaju yang terpampang spanduk didaerah Sidolaju yang intinya menolak kegiatan dari MTA. Seperti dikabarkan sebelumnya, di Dusun Ngrampal, RT 04/RW 03, Desa Sidolaju, Kecamatan Widodaren, dalam waktu yang bersamaan akan ada dua kegiatan yakni NU maupun MTA. Dimana untuk warga nahdliyin atau NU itu menggelar pengajian dan isthigosah serta doa bersama dirumah Sunyoto yang dihadiri sekitar 500 jamaah yang dilakukan tetap sesuai jadwalnya yakni Rabu sore, (24/02).
Baca Juga: Sesat! PC GP Ansor Ngawi Laporkan Akun Youtube Sunnah Nabi
Kemudian, hanya berjarak beberapa meter dari kegiatan warga NU yang didalamya ada Barisan Ansor Serbaguna (Banser) tersebut akan digelar juga kajian warga MTA Cabang Widodaren tepatnya dirumah Sukarmin yang diikuti kurang lebih 20 orang. Mengingat jarak terlalu dekat dua kegiatan yang dilakukan NU maupun MTA pihak aparat pun langsung turun tangan mengambil kebijakan untuk menunda salah satunya terutama dari pihak MTA.
Sementara dalam kegiatan pengajian dan istighosah warga NU di rumah Sunyoto dipimpin langsung oleh Kyai Solikhin. Dalam tausyiahnya, sesungguhnya Allah SWT telah memperintahkan hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya. Bahkan juga memerintahkan kepada Rosul-Nya, dimana Allah SWT memperkenankan umat Islam mendoakan saudaranya yang masih hidup apalagi yang sudah meninggal.
Ungkapan yang sama juga dikatakan Ustadz Arif Santoso dalam tausyiahnya, bahwa NU sejak awal mempertahankan tradisi Islam nusantara. Artinya, bagaimana ajaran Islam mampu berbaur dengan tradisi yang ada di Indonesia sejak dahulu. Bahkan dalam awal perjuangan dan terbentuknya Republik Indonesia, kehadiran ulama NU selalu tampil dalam sumbangsihnya membangun peradaban bangsa ini.
Baca Juga: Cerita Amas, Anggota Banser yang Jalan Kaki Ngawi-Surabaya Demi Bertemu Gubernur Khofifah
Selain itu tandasnya, warga di Desa Sidolaju mayoritas NU tulen sehingga jangan sampai keyakinan tersebut diganggu dengan keyakinan lain yang bersifat kontra dengan ajaran ahlul sunnah wal jamaah. Ditegaskan Ustadz Arif Santoso sebenarnya dan menjadi kewajiban warga NU sejak awal selalu hadir dan tampil sebagai garda terdepan dalam memberikan toleransi kehidupan beragama lain sebagai bentuk kebhinekaan akan bangsa dan kecintaan terhadap Indonesia. .
Ulasnya,kepada pihak lain baik itu kelompok maupun organisasi tertentu jangan sampai melakukan sesuatu hal sebaliknya apa yang dilakukan warga NU yang cukup toleransi itu. Sikap memfitnah apalagi menjelekan warga NU merupakan sesuatu perbuatan yang dzalim dan itu harus dicegah.
Hal yang sama juga ditegaskan Kyai Abdul Halim Ketua Rija’ul GP Anshor Kabupaten Ngawi, bahwa warga Desa Sidolaju merupakan jamaah tulen dari NU yang sudah turun temurun. Sehingga tidak dibenarkan apabila ada kelompok lain yang mencoba untuk mempengaruhi dengan faham lainya.
Baca Juga: Demi Bertemu Khofifah, Banser Jalan Kaki Ngawi-Surabaya
Sementara itu ungkap salah satu warga Desa Sidolaju yang enggan disebut namanya menjelaskan, pihaknya tidak mengehendaki adanya gesekan antar dua kelompok baik dari NU maupun MTA. Pada dasarnya menurut narasumber, warga Sidolaju memerlukan kenyamanan dalam bermasyarakat dan itu terjadi sejak dahulu. Apabila ada perselisihan semaksimal mungkin diselesaikan dengan kepala dingin dan dimusyawarahkan sesuai syariat jangan sampai adanya perbedaan pandangan menjadi jurang pemisah terhadap kesatuan bangsa ini utamanya. (nal)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News