Kapal Brahma 12 yang dibajak dan 10 awaknya disandera.
JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Kelompok Abu Sayyaf memberikan ultimatum pembayaran tebusan bagi 10 WNI yang disandera. Tebusan mesti dibayarkan paling telat pada 8 April 2016. Sebagaimana diketahui, kelompok Abu Sayyaf membajak kapal Brahma 12 yang melewati perairan Filipina, Selasa (29/3).
Dikutip media Filipina, Inquirer, Rabu (30/3/2016), ada video yang diposting di akun Facebook yang memiliki koneksi dengan militan yang menyebutkan bila pembayaran itu tak dilakukan maka sandera akan dibunuh. Para penyandera meminta tebusan 50 juta peso, atau sekitar Rp 15 miliar.
Pemerintah Filipina sendiri sudah menegaskan pihaknya menganut no-ransom policy. Sementara pemerintah Indonesia sedang mengupayakan penyelamatan 10 WNI ini. Menlu Retno Marsudi menegaskan bahwa prioritas yang utama adalah keselamatan WNI.
10 WNI ini adalah awak kapal tug boat Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12 yang berisi 7.000 ton batubara. Tugboat dilepaskan tetapi kapal Anand 12 dan 10 WNI disandera.
Sementara Ratusan personel TNI dari berbagai matra sudah mendarat di Tarakan, Kalimantan Utara, Selasa (29/3) kemarin. Mereka akan berusaha menyelamatkan sepuluh WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf.
Komandan Gugus Tempur Armada Timur (Guspurlatim) Laksamana Pertama TNI I.N.G Ariawan mengaku mendapatkan perintah mengoordinasi kekuatan laut.
“Dalam operasi penyelamatan sandera nanti akan melibatkan lima KRI, satu helikopter, dua pesawat Fixed Wing, Sea Rider dan saat ini Pasukan Katak sedang menuju ke Tarakan untuk merapat di Pangkalan Aju,” ungkapnya.
Ariawan mengungkapkan, operasi penyelamatan sandera merupakan gabungan angkatan laut, udara dan darat. Dia juga mengaku siap tempur jika kelompok Abu Sayyaf melakukan perlawanan.
Namun, dia mengaku akan melakukannya sesuai dengan SOP dari Mabes TNI. “Akan saya lawan karena it’s my job,” tegas Ariawan.
Perkembangan terbaru mengenai keberadaan 10 WNI tersebut diduga berada di Pulau Jolo, Filipina Selatan. Lokasi itu selama ini memang menjadi salah satu basis kelompok itu.
Informasi yang diperoleh, Kamis (30/3), Pulau Jolo memang menjadi salah satu basis kelompok Abu Sayyaf. Pulau Jolo berada di gugusan Kepulauan Sulu. Kawasan ini merupakan daerah otonomi khusus di mana sebagian besar penduduknya Muslim.
Salah seorang keluarga awak kapal Brahma 12 yang disandera sempat diberi informasi kalau para sandera ada di sebuah pulau dan ditempatkan di rumah kosong.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengakui saat ini dia telah menerima informasi mengenai keberadaan 10 warga negara Indonesia yang disandera oleh kelompok milisi Abu Sayyaf.
Informasi tersebut diperoleh dari hasil koordinasi Panglima TNI dengan panglima angkatan perang negara Filipina, Hernando Iriberri. Namun, Jenderal Gatot enggan untuk menyebutkan lokasi pasti ke-10 WNI tersebut disandera.
"Berdasarkan hasil koordinasi dengan panglima tentara Filipina, lokasi sudah diketahui. Ada di wilayah Filipina. Mereka sudah tahu lokasinya," ujar Gatot saat di Markas Besar TNI, Cilangkap, Rabu (30/3).
Dia menjelaskan, saat ini dirinya masih terus berkoordinasi dengan Panglima Iriberri untuk mendapatkan perkembangan terakhir kasus penyanderaan WNI. Dia pun mengatakan, TNI siap memberikan bantuan apabila ada permintaan dari Filipina dalam menangani penyanderaan oleh Abu Sayyaf.
Sejauh ini, TNI hanya bisa melakukan pemantauan dan menunggu koordinasi dengan Filipina terkait upaya yang akan diambil untuk membebaskan sandera.
"Lokasinya ada di negara Filipina sehingga kami hanya memantau. Apa pun yang diperlukan oleh Filipina, kami siap mengirimkan bantuan. Saya sudah sampaikan ke panglima tentara Filipina. Siapnya bagaimana, itu adalah urusan saya," ungkapnya.
Dia juga menegaskan, saat ini prioritas TNI adalah menyelamatkan 10 WNI yang disandera. Semua satuan TNI sudah disiagakan dan terus melakukan koordinasi dengan tentara Filipina.
Menurut Gatot, TNI sudah memberikan bantuan dalam bentuk informasi kepada Filipina untuk mengetahui fraksi kelompok Abu Sayyaf yang melakukan penyanderaan.
"Kami masih terus berkoordinasi. Apa yang diperlukan oleh mereka kami siapkan, termasuk informasi soal Abu Sayyaf. Yang jelas prioritas utama menyelamatkan sandera WNI," katanya. (mer/det/kcm/rol/lan)













