BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur menjadi satu dari 15 pemerintahan daerah di dunia yang lolos seleksi pada ajang Open Government Partnership (OGP) Subnational Government Program atau Percontohan Pemerintah Daerah Terbuka beberapa waktu lalu. Bahkan, Bojonegoro sejajar dengan Kota Paris, Madrid, Skotlandia, Buenos Aires, Jalisco (Meksiko), dan Sao Paolo.
Saat ini disejajarkan dengan Paris dan Madrid karena Bojonegoro yang dulu merupakan daerah termiskin, kini telah berkembang dan menjadi kabupaten terkaya nomer lima se-Jawa Timur. Selain karena ada industrialisasi migasnya terbesar se-asia, melambungnya nama Bojonegoro di kancah internasional itu karena suksesi kepemimpinan Bupati Suyoto selama dua periode.
Baca Juga: Deklarasi Relasi Jamur, Ketua Dekopinwil: Jangan Sampai Jatim Dipimpin Selain Khofifah
Namun, catatan-catatan manis di atas sepertinya tidak dengan sesuai dengan realitas di lapangan. Sebab, di Kota Ledre ini masih banyak orang-orang pengangguran, orang miskin dan keterbatasan lainnya. Mbah Sular (70) misalnya, salah satu potret warga miskin di kota kaya minyak yang belum menerima sentuhan bantuan dari pemerintahan Bupati Suyoto.
Rumah Sular yang terletak di lingkungan RT 04 RW 05 Gang Caraka VII, Kelurahan Ledok Kulon, Kota Bojonegoro ini bertolak belakang dengan rumah tetangganya. Genting yang menutupi rumahnya sudah berongga. Kala hujan tiba, air menetes di mana-mana. Kayu peyangga rumah sudah lapuk. Hampir seluruh dinding berlapis debu sudah lama tak dibersihkan. Ia sudah mendiami rumah itu sejak tahun 1976 silam.
Berbagai barang rongsokan berada halaman samping rumah bisa menyiutkan mata orang yang melihatnya. Empat poster kusam bertahan terpasang di dinding papan rumah, yaitu, poster Ir Soekarno, Michael Owen, personel grup band Sheila On 7, Winnie The Pooh, dan Spiderman.
Baca Juga: Peletakan Batu Pertama Masjid Darussalam Trucuk Bojonegoro, Khofifah Bahas soal Perdamaian Gaza
Di tengah hidup miskin, Sular hanya memiliki dua benda berharga, yaitu, radio kuno di atas meja dan becak berkarat terparkir di samping rumah. Sebuah lampu dop warna kuning menerangi ruang tamu. Tak ada tempat tidur yang layak ditempati. Sebuah sofa lapuk berlapis sarung lusuh menjadi tempat istirahatnya kala malam tiba.
Sular adalah satu-satunya orang termiskin di lingkungan RT 04 RW 05 Gang Caraka VII, Kelurahan Ledok Kulon. Selama ini, ia seolah terlupakan oleh aparat pemerintah Bojonegoro. Tak ada bantuan satu pun yang diterimanya. Sular harus menanggung pengobatan sendiri ketika sakit menjangkitinya.
“Pernah dilaporkan ke desa untuk dibantu memperbaiki rumah, katanya akan dibantu bupati, tapi sampai saat ini tidak ada realisasinya,” kata Sular bertelanjang dada dan hanya mengenakan sarung saat ditemui di rumahnya, Kamis (12/5).
Baca Juga: Berangkatkan Jalan Sehat Hari Koperasi di Bojonegoro, Khofifah: Penggerak Ekonomi Kerakyatan
Kendati hidup di tengah kemiskinan, Sular tak pernah meminta-minta kepada orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, ia bekerja sebagai tukang becak. Kadangkala, ia juga mencari rosokan untuk dijual.
“Kadang masih mengayuh becak, tapi sekarang orang-orang sudah bawa kendaraan sendiri,” ujarnya terbata-bata.
Pria lanjut usia itu memiliki lima anak. Istrinya, Sumarah sekitar setahun lalu memilih tinggal di Dusun Pede, Desa Sidonganti, Kecamatan Ngraho, Bojonegoro. Dua anaknya telah meninggal dunia, dua anak lainnya tinggal di Kalimantan dan Sumenep, sedangkan satu anaknya tinggal bersamanya, tapi mengalami gangguan jiwa.
Baca Juga: Baru Sebulan Musim Kemarau, Satu Desa di Bojonegoro Sudah Terdampak Kekeringan
“Saya tinggal di sini bersama Selamet (anaknya,red), tapi dia sakit. Pernah saya ajak berobat, tapi biaya mahal, sekitar dua jutaan,” tukas kakek yang tubuhnya sudah kurus ini.
Keadaan ekonomi Sular bertolak belakang dengan kondisi kekayaan minyak yang dimiliki Bojonegoro. Di kabupaten yang terkenal dengan makanan khas ledre itu, beberapa perusahaan berskala internasional mengeksploitasi kekayaan alam tersebut. Dari eksploitasi itu, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro mendapatkan ratusan miliar hingga triliunan dari dana bagi hasil minyak dan gas bumi.
Ketua RT 04 RW 05 Gang Caraka VII, Kelurahan Ledok Kulon, Edy Budiono mengatakan, kondisi kehidupan Sular paling miskin di antara 96 keluarga yang lain di RT itu. Edy membenarkan Sular tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Baca Juga: Ratusan Jemaah MCA Bojonegoro Gelar Salat Iduladha dan Sembelih Hewan Kurban Hari ini
“Pak Sular pernah dapat raskin (beras miskin), itu pun sebenarnya bukan jatahnya. Di sini yang dapat raskin hanya ada dua orang. Memang, Pak Sular ini tidak pernah mendapatkan bantuan apapun, kalau warga kiri dan kanan memang kadang memberi makanan,” papar Edy yang rumahnya berjarak sekitar 10 meter dari rumah Sular.
Kata Edy, kadang anak dan istri Sular menjenguknya. Beberapa hari lalu, anaknya yang di Kalimantan bernama Khairum mengjenguknya dan akan membawa adiknya, Selamet berobat ke sebuah pengobatan alternatif. Tapi batal karena untuk mengobatkan Selamet, pengobatan alternatif mematok biaya Rp 600.000 per bulan.
“Selama ini, pihak desa belum pernah ke sini. Mungkin karena saya belum lapor,” katanya. (nur/rev)
Baca Juga: Pasar Desa Pungpungan Bojonegoro Dihebohkan Penemuan Mortir, Ternyata...
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News