JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Indonesia saat ini dinilai tak berdaulat. Karena pembangunan disetir oleh segelintir orang yang nafsunya berlebih. Atas nama pembangunan, tapi yang terjadi sebenarnya merusak Indonesia dan peradaban.
"Semua orang meyakini itu," ungkap Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberikan sambutan pembukaan acara Tanwir I bertajuk 'Meninggikan Akhlak Membumikan Dakwah untuk Indonesia yang Berkemajuan' di Hotel Narita, Tangerang, Senin (28/11).
Baca Juga: Alasan PDIP Pecat Jokowi dan Kelucuan Pidato Gibran Para-Para Kiai
Termasuk Presiden Jokowi yang meyakini demikian. Bahkan, sambung Haedar, dalam pertemuan di kantor PP Muhammadiyah, presiden menyatakan lebih ekstrem. Yang segelintir orang itu kurang dari 1 persen warga Indonesia.
"Kehidupan kita tak maju-maju, bukan karena sekadar uang, tapi ada nafsu yang berlebih yang tak puas-puas. Akhirnya yang dirugikan rakyat," jelasnya.
Karena itu, kalau Indonesia ingin maju, para elite harus menjadi negawaran, berpijak pada agama dan Pancasila. Selain mengawal NKRI sesuai yang dicita-citakan para founding fathers, yang lebih penting para elite harus menjadi tauladan.
Baca Juga: Sidang Restitusi, Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Tuntut Rp17,5 M dan Tagih Janji Presiden
"Makanlah makanan halalan thoyyiban. Bangun demokrasi yang berkeadaban. Insya Allah 10, 20 tahun ke depan, Indonesia berkemajuan akan terwujud," ungkapnya.
Karena itu dia mengingatkan, perlu ada perbaikan. Dan perbaikan harus dimulai dari hulu.
"Dan kalau sampai hari ini tidak ada kesadaran baru, bahwa ikan busuk di mulai dari kepala, berkah Allah tidak akan turun untuk bangsa ini. Dan itu kita tidak hendaki," ucapnya.
Baca Juga: Rocky Gerung Ajak Pemuda di Surabaya Kritis Memilih Pemimpin
Dalam kesempatan tersebut, Haedar mengingatkan dengan mengutip QS Al Isra ayat 16: Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah). Tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku padanya ketentuan kami. Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan Indonesia saat ini telah dirusak para politikus yang dikendalikan negara asing. Para politikus tersebut telah menodai semangat nasionalisme di Indonesia.
Gatot mengatakan, masyarakat Indonesia tidak lagi memiliki budaya sopan-santun seperti yang telah diwariskan turun-temurun. Budaya saling menghargai dan menghormati diganti dengan budaya baru yang sangat berbeda.
Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik
"Masyarakat Indonesia saat ini memiliki budaya yang berbeda, mereka lebih suka marah-marah, parahnya itu semua dipelopori oleh politikus yang dikendalikan dari luar oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab,” ujar Gatot dalam seminar nasional bela negara di Hotel Sheraton Makassar, Sulawesi Selatan beberapa bulan berselang seperti dilansir tribunnews.com.
Gatot Nurmantyo menganggap ancaman politisi dari dalam negeri jauh lebih berbahaya daripada ancaman langsung dari negara asing. Dikatakannya orang atau para politikus dapat merusak tatanan negara dari dalam dan itulah yang dimanfaatkan pihak asing. Mereka mengendalikan orang-orang penting di negara ini untuk merusak Indonesia. (trb/rmol/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News