Pilgub Jatim 2018, Khofifah vs Gus Ipul Munculkan Polarisasi Internal NU

Pilgub Jatim 2018, Khofifah vs Gus Ipul Munculkan Polarisasi Internal NU Khofifah dan Gus Ipul

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Direktur Surabaya Survey Center (SSC), Mochtar memaparkan kemungkinan munculnya polarisasi atau pertentangan tajam di . Meski begitu, ia memprediksi peluang pertentangan yang menyentuh wilayah SARA sangat kecil, karena semua kandidat tergolong pribumi dan Islam, bahkan mayoritas sama-sama NU.

“Jadi potensi pertentangan yang kemungkinan besar muncul justru di internal NU terkait pencalonan Gus Ipul dan Khofifah yang sama-sama diklaim sebagai kader terbaik NU,” terang Mochtar, Kamis (10/8).

Baca Juga: Dukungan Para Pekerja MPS Brondong Lamongan untuk Menangkan Khofifah di Pilgub Jatim 2024

Sejauh ini, polarisasi yang mulai nampak adalah polarisasi antara NU struktural dengan NU kultural dalam hal dukungan ke kedua kandidat. Maka, jika psywar antara Cak Imin dan Khofifah itu berlarut bisa saja pertentangan itu akan melebar ke polarisasi antar wilayah, antar banom NU, antar pondok dan kiai yang pada gilirannya akan melebar ke santri sebagai akar rumput pendukung.

"Jika sudah begini potensi konflik horizantal bisa semakin memuncak," imbuh dia.

Dalam koonteks inilah kedua pihak, baik Cak Imin ataupun Khofifah, atau kedua belah pihak pendukung Gus Ipul dan Khofifah harus bijak mengelola isu. Karena salah-salah polarisasi itu akan menyeret pendukungnya ke arah konflik horizontal. Konflik dalam keluarga justru seringkali malah lebih menyakitkan dan lama sembuhnya.

Baca Juga: Blusukan di Pasar Sidoharjo Lamongan, Khofifah akan Tutup Kampanye di Jatim Expo

"Lebih dikhawatirkan lagi, sebagaimana akibat perang Paregreg, perang sesama anak kandung NU itu jika tidak terkelola dengan baik bisa berakibat bagi awal kemunduran NU," tegas Mochtar W Oetomo.

Ia memaparkan, kekuatan-kekuatan kultural di Jatim harus bisa mengambil peran jika hal itu benar terjadi, bukan justru sebaliknya, ikut-ikutan menjadi aktor polarisasi.

"Sesungguhnya bukankah sudah muncul desas-desus politik bahwa jika Gus Ipul didukung PDIP, maka Khofifah didukung Jokowi, jadi sama juga sami mawon. Jadi untuk apa sebenarnya Cak Imin dan Khofifah sampai berbaku statement sampai sedemikian rupa?," kelakar Mochtar.

Baca Juga: Ikhtiar Ketuk Pintu Langit, Khofifah Hadiri Shalawat Akbar Bersama Ribuan Masyarakat Gresik

Sebaliknya, pengamat politik dari Unijoyo lainnya, Surokim menyatakan, terlalu dini kalau mengatakan Presiden Joko Widodo bermain dua kaki dalam mendatang. Sebab track record Jokowi di Pilkada selama ini belum pernah berseberangan dengan Ketum DPP PDIP Megawati Soekarno Putri dalam hal dukungan personal terhadap kandidat.

"Saya pikir Pak Jokowi masih akan melihat respons DPP PDIP dulu baru mengambil sikap terkait dukungan personal," ujar Surokim.

Menurut Surokim, psywar Cak Imin dan Khofifah hanyalah ajang pemanasan untuk memancing respons Presiden Jokowi. "Saya pikir Presiden Jokowi belum akan terpancing untuk segera menanggapi pancingan itu. Sebab secara geopolitik, Jatim merupakan ajang pertaruhan dan harga diri parpol, termasuk PDIP, sehingga mereka tidak mau gegabah mengambil sikap dan tidak mengulang kekalahan di Pilgub DKI Jakarta," ungkapnya.

Baca Juga: Survei Poltracking Terbaru, Khofifah-Emil Melejit Tinggalkan Risma-Hans dan Luluk-Lukman

Di sisi lain, PKB tentu berkepentingan agar Khofifah tidak maju di dan menjadi pesaing paling kuat Gus Ipul yang didukung PKB. "Menurut saya itu sah-sah saja Cak Imin melontarkan pancingan itu karena jika Khofifah ikut running maka kompetisi akan ketat bahkan bisa membelah dukungan warga NU," imbuh Surokim.

Sebaliknya, jika dari sisi komunikasi politik, kata Surokim, pancingan Cak Imin itu memang kurang elegan karena seolah mau mendikte Presiden. Tapi itu efektif untuk memberi warning kepada Presiden Jokowi.

"Kalau Khofifah reaktif itu pertanda masuk perangkap dan mudah disudutkan. Sebaliknya kalau bisa menahan diri untuk tidak terpancing maka itu dapat menarik simpati dan dukungan," tambahnya.

Baca Juga: Survei ARCI: Khofifah-Emil Dominan di Mataraman

Dari politik praktis, ruang ini sebenarnya menguntungkan Khofifah karena ring politik diperlebar ke level nasional. Mengingat, di level Jatim pintu pintu sudah mulai tertutup. "Penting bagi Khofifah untuk cerdik bermain di level DPP dan harus bijak merespons pancingan politik dengan komunikasi politik yang elegan," pungkasnya. (mdr/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO