JAKARTA(BangsaOnline) Politisi PDI Perjuangan, Aria Bima, mencurigai upaya Koalisi Merah Putih (KMP), yang ngotot menguasai semua pimpinan DPR, MPR, dan alat kelengkapannya, mempunyai tujuan tertentu, yakni menggulingkan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) nantinya.
"Apakah ini dibuat satu paket untuk mengembalikan pemilihan presiden ke MPR? Dikembalikan pada proses MPR dan Jokowi tidak sampai selesai? Itu akan jadi sangat politis," kata Aria Bima di DPP PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (3/10/2014).
Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik
Aria menjelaskan, jika parlemen dikuasai oleh KMP, penggulingan Jokowi sangat mungkin untuk dilakukan. Salah satunya adalah dengan mengamandemen kembali Undang-Undang Dasar 1945 dan merevisi berbagai peraturan mengenai pemilihan dan pemberhentian presiden.
"Ini kan sudah pola permainan akal-akalan," ujarnya.
Untuk mengantisipasi hal ini, kata Aria, PDI-P akan menjalin komunikasi lebih lanjut dengan beberapa partai yang tergabung dalam KMP. Dia berharap titik temu bisa dicapai tanpa harus ada transaksi dan bagi-bagi kursi.
Baca Juga: Vinanda-Gus Qowim dapat Pesan Peningkatan Industri Pariwisata dari Jokowi
"Mau menang, mau kalah, yang jelas hal-hal prinsip yang kita lakukan. Kalau sekadar tambal sulam, bagi-bagi jabatan, enggak," ujar dia.
KMP sebelumnya berhasil mendapatkan empat kursi pimpinan DPR, yakni Setya Novanto (Golkar) sebagai Ketua DPR dan tiga Wakil Ketua DPR, yakni Fahri Hamzah (PKS), Taufik Kurniawan (PAN), dan Fadli Zon (Gerindra).
Fraksi Partai Demokrat mendapat satu kursi wakil ketua (Agus Hermanto) setelah mendukung paket pimpinan DPR yang diajukan KMP.
Baca Juga: Warisan Buruk Jokowi Berpotensi Berlanjut, Greenpeace Lantang Ajak Masyarakat Awasi Prabowo-Gibran
Sementara pengamat
politik Populi Center, Nico Harjanto, mengatakan, Pemerintahan Joko
Widodo-Jusuf Kalla akan menghadapi tantangan keras dari
parlemen. Terpilihnya lima elite dari partai politik Koalisi Merah Putih
sebagai pimpinan DPR dan dominannya koalisi pengusung Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa di parlemen akan menjadi ganjalan bagi Jokowi-JK
dalam menjalankan program yang juga butuh persetujuan DPR.
Ia menyebutkan, harapan bahwa
pemerintahan Jokowi-JK akan lebih stabil terancam pupus ketika masifnya
pelemahan dari lawan politik di parlemen. Sebagai "pemanasan", koalisi
Jokowi-JK mengalami kekalahan berturut-turut, mulai dari pengesahan
revisi UU MPR, DPR, DPRD, dan DPD (MD3), pengesahan RUU Pilkada, hingga
pemilihan paket pimpinan di DPR.
"Kekalahan berturut-turut itu menunjukkan bahwa Jokowi-JK nantinya akan menghadapi 'divided government'.
Situasi itu sangat mungkin menghambat program-program pembangunan.
Sebab, pemerintah sangat terkait dengan DPR untuk perumusan anggaran dan
legislasi," ujar Nico kepada Kompas.com, Jumat (3/10/2014) pagi.
Nico
memprediksi, efek dari manuver lawan politik Jokowi-JK ini akan sangat
terasa setelah keduanya resmi dilantik pada 20 Oktober mendatang.
Jokowi-JK membutuhkan persetujuan DPR untuk merevisi anggaran ataupun
penerapan kebijakan terkait subsidi. Selain itu, pemerintah juga butuh
bekerja sama dengan kepala daerah se-Indonesia, yang sebagian besar
berasal dari partai politik Koalisi Merah Putih. Pemerintahan Jokowi-JK,
kata Nico, terancam tak bertaring.
Nico menilai, kondisi ini
bisa saja dibayar mahal oleh pemerintahan Jokowi-JK dengan mengorbankan
prinsip tak transaksional yang selama ini selalu dikedepankan.
Menjalankan program-program, kata Nico, memang memerlukan proses
negosiasi dan transaksi politik yang melelahkan.
"Jika begitu,
bisa jadi pemerintahan Jokowi-JK akan lebih disibukkan dengan urusan
mendapatkan dukungan dari DPR dibanding menyelesaikan persoalan bangsa
yang kompleks," lanjut Nico.
Lemahnya posisi pemerintah
Jokowi-JK, lanjut Nico, juga diprediksi berimbas pada kepercayaan publik
terhadap pemerintahannya. Modal kepercayaan publik dan pasar ekonomi
atas kemampuan Jokowi-JK mengelola roda pemerintahan perlahan-lahan akan
terkikis lantaran tidak mampu menjawab persoalan bangsa dan larut dalam
transaksi politik.
Optimisme Jokowi
Meski "disandera" dengan kondisi politik, Jokowi menyatakan optimistis pemerintahannya akan berjalan baik.
"Sekali
lagi ya, pemerintahan baru di bawah Jokowi-JK optimistis pengelolaan
negara tetap akan berjalan baik. Jadi, jangan ada yang ragu," ujar
Jokowi di Balaikota, Jakarta, Kamis (2/10/2014) siang.
Jokowi
mengatakan, meski DPR dikuasai Koalisi Merah Putih, ia yakin hal-hal
terkait politik anggaran antara pemerintah dan DPR tak akan terhambat.
"Paling pengesahan anggarannya saja yang lama. Itu ndak masalah. Ya seperti di Jakarta saja. Kita (parpol pengusung Jokowi-Basuki) hanya 11 persen di parlemen, tapi ndak ada sesuatu yang masalah," lanjut dia.
Kuncinya,
ujar Jokowi, pemerintahannya akan melaksanakan program-program
pro-rakyat. Dengan demikian, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
meningkat. Jika begitu, siapa yang menghalangi program itu bakalan
mendapatkan sorotan publik.
"Kita sudah alami itu di Solo dan Jakarta. Asalkan program itu untuk rakyat, ndak akan ada masalah. Di situ saja prinsipnya. Masa program baik untuk rakyat ditolak? Logikanya ndak ada seperti itu," ujar Jokowi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News