LONDON (bangsaonline)
Hadiah Nobel Kimia 2014 dimenangkan tiga ilmuwan yang melakukan penelitian untuk meningkatkan resolusi optik dari mikroskop dengan menembus "batas difraksi".
Baca Juga: Penemu Lubang Hitam Menangkan Nobel Fisika 2020
Eric Betzig, Stefan Hell, dan William Moerner menggunakan fluoresens untuk memperluas batas-batas cahaya mikroskop.
Ketiga ilmuwan akan berbagi hadiah sebesar 8 juta kronor (Rp13 miliar).
Kemenangan mereka diumumkan dalam jumpa pers di Swedia dan ketiganya masuk dalam daftar 105 pakar fisika lain yang mendapatkan penghargaan ini sejak 1901.
Baca Juga: Nobel Ekonomi untuk Pengaturan Kartel
Prof Betzig dan Moerner adalah warga Amerika Serikat, sementara Prof Hell adalah warga Jerman.
Tentang karyanya, Prof. Hell mengatakan, ia memang menganggap batas difraksi itu sebuah tantangan.
"Saya lalu menyadari pasti ada yang bisa dilakukan dengan mengakali molekul-molekul. Mencoba memadamkan dan menyalakan molekul, nyala dan mati, memungkinkan kita untuk melihat hal-hal yang berhimpitan yang kita tak bisa lihat sebelumnya."
Baca Juga: Peneliti Sistem Navigasi Otak Raih Nobel Kedokteran
Pengumuman pemenang Nobel Kimia 2014.
Ketua Komite Nobell Kimia, Prof Sven Lidin, seorang ahli kimia dati Universitas Lunds mengatakan, "karya para pemenang memungkinkan dilakukannya studi tentang proses molekul, pada saat itu juga."
Sebelumnya, mikroskop optis memiliki keterbatasan: tidak mungkin mendapat resolusi yang lebih baik dari setengah panjang gelombang cahaya -- yang dikenal sebagai batas diffraksi Abbe.
Baca Juga: Ceritakan Pendudukan Nazi atas Prancis, Raih Nobel Sastra
Lalu ketiga peneliti menggunakan molekul-molekul fluoresens untuk menembus batasan itu, membuat para peneliti bisa mengamati lewat mikroskop, dengan reslousi yang jauh lebih tinggi.
Ini akan membuat peneliti mampu memvisualilsasi aktivitas setiap individu molekul di dalam sel hidup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News