PROBOLINGGO, BANGSAONLINE.com - Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jember memberikan perhatian khusus terhadap para korban tragedi kerusuhan di Wamena, Papua. ACT Jember mendatangi dua korban tragedi kemanusiaan untuk memberikan santunan kematian terhadap dua korban di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo.
Dani Ardissa, perwakilan ACT Jember menjelaskan kedua keluarga sudah ikhlas atas kejadian ini dan menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga korban.
Baca Juga: Polres Probolinggo Kota Selidiki Kasus Curanmor di Supermarket
“Kedua keluarga nampak ikhlas dan memaafkan, alhamdulillah. Pada takziah ini, kami turut menyampaikan santunan kepada keluarga korban, amanah dari para dermawan. Semoga santunan ini dapat meringankan duka dan beban keluarga yang ditinggalkan,” ujar Dani dari Tim ACT Jember.
Dani menambahkan, warga Kecamatan Leces yang berada di Wamena saat ini ada 200 orang. Sementara keseluruhan warga Probolinggo yang ada di Wamena sekitar 500 jiwa. Beberapa di antara mereka masih mengungsi karena keterbatasan dana untuk pulang ke kampung halaman.
Kedua warga Leces yang mendapat perhatian ACT itu adalah Sofyan (29) dan Subhan (38), yang bekerja sebagai pengemudi ojek di Wamena.
Baca Juga: Polres Probolinggo Kota Selidiki Kasus Pencurian di TK Ananda II
Sambil terisak, istri Sofyan, Rohena, menceritakan kejadian saat ia kebingungan mencari suaminya tanpa bekal apapun karena semua harta benda telah terbakar. Dengan berbekal informasi dari teman suaminya, Rohena meminta bantuan petugas untuk mencari suaminya di rumah sakit yang ada di Wamena. Sesampainya di rumah sakit, Rohena sudah melihat suaminya meninggal.
“'Saya punya bunga untuk kamu,' itu kata terakhir suami saya,” isak Rohena kepada tim ACT Jember saat takziah ke kediamannya.
Ia melanjutkan, saat konflik pecah pada Rabu (25/9), suaminya tengah berbelanja ke pasar untuk kebutuhan warung yang baru tiga hari mereka buka. Akan tetapi, Sofyan tak kunjung pulang. Saat itu juga, Rohena mencari suaminya ke Kodim dan Polsek setempat, namun tidak ada.
Baca Juga: Kejari Kabupten Probolinggo Geledah Rumah Kasus Korupsi Dana Hibah di Desa Satreyan
“Waktu itu saya takut karena tidak ada teman. Semua (rumah dan warung) sudah terbakar. Teman-teman suami bilang kalau suami saya meninggal, saya tidak percaya. Semua dalam kondisi takut, saya memberanikan diri meminta tolong ke petugas untuk mengantar mencari suami saya di rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, saya bertemu dokter dan ditunjukan ternyata saya lihat itu benar jenazah suami saya,” ungkap Rohena, ketika ditemui di kediamannya di Kecamatan Leces. Ia beberapa hari sebelumnya tiba di Probolinggo, membawa serta jenazah suaminya dari Wamena.
Sementara ibunda Subhan, Mahmudah Amilatun, juga menceritakan, sebelum kejadian tragedi sosial di Wamena, Subhan sempat meminta maaf kepada Mahmudah karena belum bisa membahagiakan ibunda tercinta. Mahmudah merasa ikhlas karena almarhum anaknya sempat meminta maaf dan ini tanda perpisahan terakhir Subhan dengan keluarga untuk selama-lamanya.
Baca Juga: Polisi di Probolinggo Ringkus 11 Pengedar Narkoba
Subhan wafat meninggalkan istri dan kedua anaknya yang duduk di bangku SD dan SMP. Baik Mahmudah maupun Rohena berharap kejadian serupa tidak akan pernah terjadi dan semuanya kembali damai dan kondusif. (ndi/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News