JEMBER, BANGSAONLINE.com - Tak henti hentinya Bank Indonesia (BI) memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait penyatuan transaksi nontunai atau yang lebih dikenal dengan Quick Response Indonesia Stndard (QRIS). Bahkan, Bank Indonesia telah membidik empat sasaran untuk sosialisasi agar metode pembayaran dengan scan code QR itu lebih familiar bagi masyarakat.
Keempat sasaran tersebut yakni sektor pendidikan, toko modern, pusat perbelanjaan oleh-oleh dan UMKM, serta tempat-tempat peribadatan.
Baca Juga: Tekan Inflasi, Disperindag Jember Gelar Operasi Pasar Tiap Senin, Selasa, dan Sabtu
Kepada awak media, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Jember, Hestu Wibowo mengatakan, keempat sasaran ini yang menjadi prioritas dalam menyosialisasikan metode QRIS kepada masyarakat luas.
"Sektor pendidikan yang paling tepat dan strategis untuk bersosialisasi. Karena di sektor ini, audiensnya milenial (mahasiswa dan sekolah), sehingga lebih memudahkan dalam bersosialisasi," ungkap Hestu.
"Mereka biasanya sekali diajari, besok langsung digunakan. Mereka (milenial) lebih tanggap dan mudah menyesuaikan dalam setiap perkembangan teknologi," ujar Hestu Wibowo.
Baca Juga: Jelang Lebaran 2022, BI Jember Buka Layanan Penukaran Uang Baru
Pusat oleh-oleh dan pasar modern juga menjadi prioritas utama dalam mengenalkan sistem pembayaran nontunai dengan QRIS kepada masyarakat. Karena tempat ini banyak dikunjungi oleh masyarakat umum dan wisatawan. Sehingga pusat perbelanjaan oleh-oleh dan pasar modern harus menyediakan aplikasi QRIS untuk mempermudahkan pembayaran.
"Misalnya, ada orang Jakarta berkunjung ke Jember, dan mengunjungi pusat oleh-oleh khas Jember. Kalau mereka (pusat perbelanjaan) tidak menyediakan aplikasi QRIS ini akan menyulitkan sistem pembayaran," urainya.
Begitu pula di tempat peribadatan, juga menjadi bidikan sosialisasi QRIS, sehingga masyarakat yang mempunyai aplikasi sistem pembayaran nontunai, dapat mendonasikan uangnya tidak lagi menggunakan cara konvensional. "Cukup dengan cara scan kode yang tersedia di tempat peribadatan, mereka mendonasikan uangnya dengan aman," jelasnya.
Baca Juga: Sediakan Rp4,98 Triliun, BI Perwakilan Jember Buka 81 Titik Penukaran Uang
Menurut Hestu, merubah mindset masyarakat untuk melek teknologi tidak semudah membalik telapak tangan. Sehingga, dibutuhkan waktu untuk bersosialisasi.
"Kami bersama Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Mereka (PJSP) diharapkan ikut ekspansi di lapangan dan menawarkan serta memperkenalkan kepada masyarakat sistem pembayaran dengan menggunakan QRIS," terangnya.
"Kami berharap PJSP ini mempermudah dan mempercepat proses administrasi dan verifikasi kepada merchant yang mengajukan. Kalau dipermudah dan dipercepat prosesnya, makin banyak pedagang mikro dan outlet-outlet menggunakan QRIS. Ini sebuah proses, agar masyarakat bisa melek dan ngeh teknologi," harapnya.
Baca Juga: Pemkab Jember Bersama Puslitkoka Kembangkan Potensi Kopi Melalui HCE 2021
Hestu mengaku tidak ada target, tapi pihaknya akan semaksimal melakukan sosialisasi QRIS kepada merchant dan masyarakat luas.
Hestu membeberkan keunggulan transaksi menggunakan QRIS dibandingkan metode transaksi nontunai lainnya, seperti uang elektronik atau alat pembayaran memakai kartu (APMK). "Saat ini masyarakat masih dominan menggunakan transaksi tunai. Berdasarkan survei (2017), 95% masyarakat masih melakukan transaksi tunai. Padahal, bertransaksi nontunai dengan QRIS memiliki banyak keuntungan," ungkap Hestu kemarin.
"Pembayaran dengan QRIS lebih praktis, mudah dan cepat. Cukup berbekal HP berkamera dan memiliki aplikasi pembayaran, transaksi sudah bisa dilakukan. Merchant tidak repot dengan uang kembalian jika kita bayar tunai dengan uang pecahan besar, sementara transaksinya kecil. Bertransaksi nontunai juga lebih aman, karena masyarakat tidak perlu membawa uang tunai ke mana-mana," pungkasnya. (yud/rev)
Baca Juga: Mulai Tanggal 1 Oktober, Uang Pecahan Rp 75 Ribu Bisa Didapatkan di Bank Umum
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News