BangsaOnline.com - Untuk pertama kalinya sejak diselenggarakan pada tahun 1979, para peraih
Adhikarya Pangan Nusantara, yaitu penghargaan kepada sejumlah tokoh
yang berjasa dalam mewujudkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan
pangan, menerima penghargaan tersebut di tengah sawah.
Presiden
Joko Widodo (Jokowi) yang menyerahkan penghargaan tersebut di pematang
sawah di Balai Besar Tanaman Padi, Subang, Jawa Barat, Jumat (26/12),
sempat menyindir kemungkinan adanya pihak yang kecewa lantaran menerima
penghargaan di tengah sawah.
“Kelihatannya ada yang agak kecewa
karena tidak ke Istana. Saya mengerti wong tiap hari ke sawah kok ke
sawah lagi. Nanti saya undang ke Istana,” kata Presiden Jokowi seraya
berjanji nanti akan mengundang secara khusus ke Istana para penerima
penghargaan itu, pada Januari mendatang.
Setelah menyerahkan
penghargaan, Presiden Jokowi mengutarakan kekecewaannya, negara yang
sangat kaya, sawahnya sangat luas ini masih impor beras. “Saya malu
waktu ketemu Presiden Vietnam di ASEAN Summit ditanyakan, 'Presiden Jokowi kapan beli beras lagi dari Vietnam',” ujarnya.
Presiden
menegaskan tidak ingin ada pertanyaan seperti itu lagi. Karena itu,
maksimal dalam waktu 3 (tiga) tahun, Presiden Jokowi memerintahkan
Menteri Pertanian agar bisa mewujudkan swasembada pangan, termasuk
beras. Ia menilai, Indonesia memiliki kemampuan untuk swasembada pangan.
Menurut
Presiden, problem utama pertanian kita adalah rendahnya tingkat
produksi. “Saya kalau ke daerah selalu tanya, 1 hektar panen berapa ton,
jawabannya paling 4,5 ton sampai 6 ton. Enggak pernah 8 ton,” ungkap
Jokowi.
Presiden menilai, salah satu persoalan rendahnya tingkat
produksi pertanian itu adalah karena tidak ada insinyur yang mendampingi
para petani di sawah. Karena itu, Presiden Jokowi meminta kepada
Menteri Pertanian Amran Sulaiman supaya para insinyur pertanian tidak
dikandangkan di kantor.
“Saya titip ke Mentan agar para insinyur
pertanian jangan kebanyakan di kantor, harus turun ke lapangan. Beri
bimbingan,” pesannya.
Menurut Jokowi, bila petani tidak
dibimbing, maka hasil panen tidak maksimal. Imbasnya, Indonesia akan
terus impor beras dan tidak bisa swasembada pangan. “Saya enggak mau
kayak gitu, kita harus kompetisi. Karena saya lihat di lapangan, kita
mampu,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News