KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Buaya putih muncul lagi di Sungai Brantas, tepatnya di depan Rumah Sakit DKT, Jalan Mayjen Sungkono, Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota, Kota Kediri, Kamis (30/9) sekitar pukul 21.00 WIB.
Hal tersebut dibenarkan oleh Kabid Trantibum Satpol PP Kota Kediri, Nur Khamid. Menurut Nur Khamid, kemunculan buaya putih tersebut diketahui pertama kali oleh para pemancing. Begitu mengetahui ada buaya putih itu, para pemancing tersebut lalu mengabadikan dengan kamera di HP-nya.
Baca Juga: Buaya Berukuran Besar Gegerkan Warga Padangan Bojonegoro, BKSDA Turun Tangan
"Ada aduan masyarakat, bahwa di pinggir Sungai Brantas depan RS DKT muncul buaya," kata Nur Khamid via aplikasi percakapan WhatsApp (WA), Kamis (29/9).
Perlu diketahui, kemunculan buaya putih di Sungai Brantas ini adalah yang kedua kalinya dan dapat diabadikan dengan kamera HP oleh warga. Hewan ini sebelumnya pernah terlihat warga saat muncul di belakang pusat perbelanjaan di Kelurahan Ringinanom, Kota Kediri, Selasa, 4 Februari 2020.
Merujuk pada foto yang diambil warga waktu itu, buaya itu diduga berjenis alligator mississippiensis dan sarcosuchus hartti. Masyarakat awam kerap menyebutnya dengan buaya muara.
Baca Juga: Tawuran Antar Gangster, 14 Pelajar di Kediri Diamankan Polisi
Saat itu, petugas BKSDA Jawa Timur sempat terjun ke lokasi kemunculan buaya di Sungai Brantas untuk menyelidiki kemungkinan habitat mereka.
Sungai Brantas sendiri merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Sungai Brantas ini berhulu di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Baru. Aliran Sungai Brantas bersumber dari simpanan air Gunung Arjuno yang mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Mojokerto.
Konon, pada era kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Jawa, Sungai Brantas menjadi lalu lintas perdagangan dunia. Sungai Brantas memiliki panjang sungai utama 320 km dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 11.800 kmĀ² atau seperempat dari total luas keseluruhan Provinsi Jawa Timur. Kawasan DAS ini telah lama dimanfaatkan sebagai area pertanian sejak abad ke-8.
Baca Juga: Cegah Radikalisme di Kediri, Mas Dhito Kukuhkan Duta Pancasila
Benarkah di Sungai Brantas memang ada Kerajaan Ratu Buaya Putih?
Berdasarkan cerita rakyat, bahwa di Sungai Brantas ada kerajaan ratu buaya putih. Sejak lama, banyak korban nyawa yang terpaksa harus ditumbalkan untuk meredam amarah dari sang Ratu Buaya Putih. Pada tahun 1009, zaman Kerajaan Kahuripan dengan Rajanya bernama Airlangga, Mpu Baradah (penasehat kerajaan) berulang kali tercatat menumbalkan manusia saat hendak memecah Kerajaan Kahuripan menjadi Kerajaan Panjalu dan Kerajaan Jenggala.
Cerita tentang keberadaan buaya putih juga ditemukan dalam tulisan-tulisan yang ditinggalkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada rentang waktu 1836-1876. Saat itu, pembangunan jembatan lama yang membelah Sungai Brantas di Kediri mengalami kendala. Namun setelah tumbal dijatuhkan, pembangunan akhirnya dapat diteruskan dan selesai.
Baca Juga: Pamit Istri ke Rumah Teman, Pria Asal Jombang Tewas Tenggelam di Sungai Blembem Kediri
Terdapat cerita rakyat tentang sosok buaya putih bernama Badug Seketi di Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Awalnya dahulu Badung Seketi berhubungan baik dengan penduduk. Setiap kali ada hajatan, permintaan penduduk selalu dipenuhi oleh sang Badung Seketi. Konon hubungan baik masih terus terjadi hingga tahun 1970an. (uji/berbagai sumber)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News