Rizal Ramli Ungkap Penyebab Kegagalan Capaian Ekonomi 2020

Rizal Ramli Ungkap Penyebab Kegagalan Capaian Ekonomi 2020 Rizal Ramli. foto: ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ekonom Senior menilai, capaian tahun 2020 jauh dari kata berhasil. Penyebabnya, selain faktor eksternal yang berupa pandemi Covid-19, keterpurukan juga tidak lepas dari faktor internal di jajaran kabinet Indonesia Maju.

Utamanya, menurut , adalah semrawutnya kebijakan fiskal di bawah komando Menteri Keuangan, Sri Mulyani.

Baca Juga: Komitmen Wujudkan Hilirisasi Dalam Negeri, Antam Borong 30 Ton Emas Batangan Freeport

Kebijakan pertama Menkeu yang disoroti adalah soal utang. Menko Ekuin era pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu mengungkapkan, Sri Mulyani memberikan keuntungan kepada kreditor dengan membuat bunga utang yang cukup tinggi.

"Misalnya, di bank ada yang mau pinjam kredit (bunga) pinjamannya 15 persen. Para pengusaha datang ajukan kredit, mereka negosiasi jangan 15 persen tapi 12-13 persen. Tapi ada satu negara yang datang mau bayar bunga 17-18 persen, 2 persen lebih mahal dari pasar selama 10 tahun," kata dalam keterangan tertulis, Sabtu (26/12/2020).

Kebijakan utang dengan bunga yang tinggi seperti itu, kata , tidak dilakukan oleh negara tetangga Indonesia seperti Singapura hingga Jepang dan China.

Baca Juga: Fungsi Kalkulator Forex Lanjutan: Melampaui Perhitungan Dasar

"Karena enggak ada di seluruh dunia menteri keuangan yang pinjam dengan bunga kemahalan. Misalnya menteri keuangan Singapura, Jepang, China, kalau pinjam dia tekan semurah mungkin bukan semahal mungkin," ungkap .

"Jangan main-main. Perbedaan, selisih bunga 2 persen saja selama 10 tahun. Misalnya kita pinjam 10 dolar, 2 persennya itu tambahan bunganya itu sepertiganya. Siapa yang bayar? Rakyat kita," tukas mantan anggota tim panel bidang PBB itu .

Selain itu, Rizal Rami juga melihat kebijakan tax holiday bagi para pengusaha besar justru membuat cekak penerimaan negara.

Baca Juga: Freeport Dukung Transformasi Era Society 5.0 di 36 Sekolah

Sebagai buktinya, imbuh , tax ratio atau penerimaan pajak di awal tahun 2020 ini realisasinya tidak mencapai lebih dari 10 persen. Berbeda dengan saat menjabat sebagai Menko Ekuin 20 tahun lalu, yang berhasil merealisasi hingga 11,5 persen dari GDP.

"Hari ini sebelum krisis (Covid-19) 10 persen. Dengan krisis ini penerimaan pajak bakal lebih anjlok lagi. Bahkan bisa 60-65 persen dari target. Itu yang menjelaskan kita akan kesulitan cash flow. Penerimaan pajak kita anjlok, besar sekali," tutur penasehat Forkom Jurnalis Nahdliyin Jatim tersebut.

"Dia (Sri Mulyani) hanya berani dengan yang kecil-kecil, dan kedua dia pinjam-pinjam makin susah. Makanya mulai pinjam melalui bilateral," lanjutnya.

Baca Juga: Sukses PT. Nathin dan PT. Khinco Gelar Tour Eskludif Manufaktur Maklon Herbal dan Kosmetik

Dari situ, mantan Menko Kemaritiman ini memprediksi Indonesia pada tahun 2021 masih akan sulit, bahkan lebih buruk dari krisis moneter tahun 1998.

"Makin lama makin terjerumus. Jokowi go down bersama dengan kinerja Sri Mulyani dalam kinerja keuangan," pungkas orang dekat Gus Dur (mdr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'SNG Cargo: Warna Baru Industri Logistik di Indonesia':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO