Anang Hermansyah, Ashanti, dan Anaknya Tak ada Keluhan Usai Disuntik Vaksin Nusantara

Anang Hermansyah, Ashanti, dan Anaknya Tak ada Keluhan Usai Disuntik Vaksin Nusantara Dahlan Iskan

SURABAYA,BANGSAONLINE.com Simpati publik terhadap dr. Terawan makin masif. Ini terlihat dari makin banyaknya para tokoh yang secara sukarela jadi relawan uji coba nusantara.Tapi bagaimana efeknya setelah disuntik produk anak bangsa itu? 

Silakan baca tulisan Dahlan Iskan, wartawan kondang di Disway dan HARIAN BANGSA pagi ini, Rabu 28 April 2021. Di bawah ini BANGSAONLINE.com juga menurunkan secara utuh tulisan wartawan populer itu. Selamat membaca: 

Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad

Saya bertemu begitu banyak orang di bagian cell cure rumah sakit kepresidenan RSPAD Gatot Subroto Jakarta, kemarin.

Sebagian besar adalah relawan entah apa namanya itu --yang dulu sering disebut Vaksin Nusantara. Yang 15 orang di antara mereka adalah relawan dari grup SDI (Senam Dahlan Iskan) Surabaya.

Saya lihat ada juga La Nyala Mattalitti, Ketua DPD Indonesia. Juga salah satu pimpinan DPD Silviana Murni. Yang dulu pasangan AHY di Pilkada Jakarta. Terlihat juga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Halim Gultom.

Baca Juga: Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu

Saya pun kemarin menjalani suntik bukan- itu. Sebagai pasien biasa. Bukan sebagai obyek penelitian fase 2. Saya harus menunjukkan kupon yang diberikan minggu lalu. Nomornya dicocokkan dengan nomor yang ada di tabung kecil yang siap disuntikkan: cocok. Saya difoto. Tangan kanan pegang tabung suntik. Tangan kiri pegang kupon. Nomornya sama.

Setelah difoto, saya menyerahkan tabung suntik itu ke dokter Terawan Putranto yang letnan jenderal angkatan darat itu. Ia sudah sejak tadi berdiri di sebelah saya. Ia sudah siap menyuntikkan itu --atau bukan itu.

Saya salah: kok saya pakai baju lengan panjang. Dokter Terawan harus menaikkan lengan baju saya sampai dekat ketiak. Tidak berhasil. Terlalu ketat.

Baca Juga: Tiongkok Banjir Mobil Listrik

"Tidak apa-apa. Disuntikkan di sini saja," katanya. "Ini tidak harus disuntikkan di otot. Di sini juga boleh," katanya. "Di sini" yang dimaksud adalah 8 sentimeter di atas tekukan siku.

Semula, saya mengira penyuntikannya sangat pelan. Mirip memasukkan sel dalam stemcell. Ternyata tidak. Cepat sekali. Seperti suntik biasa.

Selesai.

Baca Juga: Hati Rakyat Sulit Dibeli, Partai Penguasa Gagal Menang

Saya harus menunggu di ruang sebelah selama 30 menit. Untuk melihat apakah ada reaksi negatif yang perlu diantisipasi.

Tidak ada.

Saya langsung bisa pulang.

Baca Juga: Anak Muda Israel Full Stress

Tapi saya tertahan agak lama di situ. Saya diajak ngobrol panjang oleh Pak Nyala dan Bu Silvi. Saya juga harus menunggu rombongan dari Surabaya selesai salat Asar di musala. Saya ingin melihat rombongan itu berangkat kembali menuju Surabaya --lewat jalan tol.

Sampai tadi malam, saya tidak merasakan gejala efek samping negatif. Di ruang tunggu pun saya banyak bertanya kepada yang sudah di minggu lalu.

"Tidak ada rasa apa pun," ujar Halim, dari PBNU itu. Lembaran formulir keluhan ya kosong. Demikian juga Anthony Budi, seorang pengusaha galangan kapal. Ia sudah di 8 hari lalu. Umurnya 70 tahun. "Tidak ada keluhan apa-apa," katanya.

Baca Juga: Doni Monardo Bekerja Habis-habisan

Anang Hermansyah, penyanyi dan pencipta lagu itu juga mengatakan hal yang sama. "Saya, Ashanti, anak laki-laki saya tidak punya keluhan," ujar Anang. Ashanti yang dimaksud adalah istri Anang.

Saya juga sempat ngobrol dengan dr Terawan. Saya kemukakan apa pun yang dikatakan para pengritiknya. Soal uji coba di binatang. Soal akan mahalnya biaya asi nanti --kalau disetujui. Soal disiplin penelitian. Soal apa pun kritik yang keras-keras.

Terawan pilih tidak menanggapi itu. Ia tahu semua jawabnya. Ia heran mengapa ada pandangan seperti itu. Tapi semua itu untuk saya saja. Kalau dipublikasikan hanya akan membuat heboh. Ia memilih lebih baik diam dan bekerja.

Baca Juga: Di PSM Summit 2023, Gubernur Khofifah Dorong Lahirnya Sosok Inovator dari Kalangan Santri

Ternyata tidak semua yang ada di situ berurusan dengan bukan- itu. Salah seorang di antaranya terlihat ada tempelan di lengannya. Saya kira ia baru di.

"Saya di sini tidak untuk ," katanya.

"Kok ada tempelan di lengan?" tanya saya.

Baca Juga: Saya Diperiksa KPK, Tanda Tangan Saya Tak Sama

"Saya baru disuntik dendritik untuk pengobatan saya," jawabnya.

"Sakit apa?"

"Saya menderita auto imun," katanya.

Berarti ia baru saja menjalani terapi cell cure di situ. Yang biayanya Rp 300 juta itu. Memang baru RSPAD yang punya fasilitas cell cure seperti itu.

Meski bukan termasuk obyek penelitian, saya akan dimonitor terus oleh tim apa itu. Teman-teman rombongan saya senang bisa jadi obyek penelitian. Meski mereka harus bolak-balik ke Jakarta. Mereka kemarin harus sahur di rest area Brebes. Yang bekas pabrik gula zaman Belanda itu.

Sampai habis subuh mereka istirahat di situ. Bahkan sempat senam pagi bersama pula di situ. Pakai lagu-lagu yang disetel keras. Mereka membawa pengeras suara. Lalu melanjutkan perjalanan ke Jakarta. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Tidak Mau di Vaksin, Wanita ini Malah Minta Ditembak Polisi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO