Anis Matta: Indonesia ke Depan Butuh Pemimpin Kombinasi Bung Karno dan Pak Harto

Anis Matta: Indonesia ke Depan Butuh Pemimpin Kombinasi Bung Karno dan Pak Harto Anis Matta. foto: ist

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Nama calon Presiden Republik Indonesia mulai bermunculan. Mulai dari tokoh nasional hingga tokoh daerah yang digadang-gadang sebagai kandidat bakal calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menyampaikan kriteria seorang pemimpin yang layak didukung dan diharapkan bisa membawa kemajuan bagi Indonesia ke depan sebagai pemain global, menjadikan Indonesia masuk lima besar dunia.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

"Saya konsen dengan narasi besar, tapi juga harus disertai pencapaian delivery yang besar juga. Yang kita perlukan kepemimpinan kedepan adalah kombinasi antara (Sukarno) dan Pak Harto (Suharto)," kata dalam keterangan tertulis yang dikirm ke BANGSAONLINE.com Selasa (8/6/2021).

Menurut , Indonesia ke depan butuh pemimpin yang visioner dan sekaligus seorang eksekutif yang bisa mengkonsolidasikan orang-orang hebat untuk melakukan pencapaian luar biasa

"Kita tidak kekurangan kemampuan yang orang hebat di indonesia, tetapi kita kekurangan orang yang bisa mengkonsolidasi orang-orang hebat itu. Kalau kita bisa mengkonsolidasi orang-orang hebat itu dalam satu arah, saya yakin Insyaallah bangsa ini akan bisa melakukan pencapaian yang luar biasa," tegasnya.

Baca Juga: Kaesang Turun ke Blitar, Menangkan Paslon Kepala Daerah yang Diusung PSI

menjelaskan, pemimpin kombinasi yang dia maksud adalah pemimpin yang memiliki jiwa seorang orator ulung dan bisa menguasai panggung, guna menyampaikan gagasan atau visinya dalam membangun Indonesia ke depan kepada masyarakat.

Namun di sisi lain, pemimpin tersebut juga mampu bekerja efektif dan detail dari balik meja kerjanya untuk mewujudkan visinya itu dengan melibatkan orang-orang hebat di pusat dan daerah.

" wawasannya luar biasa, seorang visioner, dan bisa mengkonsolidasi negara-negara Asia-Afrika. Kalau Pak Harto, itu kaya akan eksekusi, dia bener-bener seorang leader yang efektif, sehingga rencananya bisa terlaksana dengan baik selama 32 tahun. Cuman dalam sistem demokrasi, kita perlu orang yang bisa menggabungkan ini. Orang panggung dan dalam waktu yang sama berada dalam ruangan, bekerja secara efektif dan detail," jelas .

Baca Juga: Ziarah ke Makam Bung Karno, Risma-Gus Hans Cicipi Nasi Pecel Khas Blitar

Ia  menegaskan, pemimpin kombinasi ini juga diperlukan menghadapi perubahan-perubahan fundamental aliansi global baru. Di mana krisis akibat pandemi Covid-19 akan melahirkan kesepakatan tatanan dunia baru.

"Krisis ini akan mendekonstruksi ulang tatanan global sekarang, dan saya yakin dekade 20 tahunan ini kita akan menyaksikan perubahan-perubahan fundamental, akan ada pembentukan aliansi global baru, akan ada kesepakatan tatanan dunia baru," katanya.

Dunia saat ini sedang 'diobok-obok' pandemi Covid-19, yang tidak diketahui kapan akan berakhir, termasuk negara-negara yang menjadi pemenang dalam menghadapi krisis tersebut. Negara yang bisa survive dari krisis nantinya, yang akan memimpin aliansi global baru dalam membentuk tatanan dunia baru.

Baca Juga: Soal Tempat Lahir Bung Karno, Yayasan Pendidikan Soekarno Bentuk Tim Khusus

"Ini semuanya belum terjadi, karena pandemi sedang mengobok-obok dunia sekarang. Nanti yang survive dari sini, yang akan sukses. Inilah yang harus disiapkan Indonesia dari sekarang dalam periode dekade 20 tahunan, karena krisisnya tengah berproses" ujarnya.

Karena itu, lanjutnya, Indonesia membutuhkan arah sejarah baru yang menjadi spektrum atau platform dalam menghadapi 'kekacauan' tahun-tahun kedepan ini, akibat krisis global pandemi.

"Jika pertimbangannya masih kekuasaan, dan pemerintahan koalisi itu tidak punya arah, di dalamnya hanya untuk mempertahankan kekuasaan, maka korbannya adalah pemerintahan itu tidak berjalan efektif," tandasnya.

Baca Juga: Ribuan Kader dan Alumni GMNI Jawa Tengah Ziarah ke Makam Bung Karno

Akibat pemerintahan tidak berjalan efektif tersebut, maka tidak mengherankan apabila seringkali terjadi reshuffle kabinet. Padahal jika dilihat, hal itu bukan merupakan kesalahan dari menterinya, melainkan leader atau pemimpinnya yang tidak bisa mengkonsolidasikan bawahannya.

"Jadi yang kita perlukan adalah arah baru, kompas baru. Bacaan kita terhadap krisis ini yang salah. Sekarang anda mempermudah persyaratan untuk investasi, tapi kan faktanya tidak ada investasi yang datang. Jika dalam pemerintahan koalisi tidak punya arah, maka kita akan terjebak dalam persoalan teknis, setiap tahun akan ada reshuffle," pungkas .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sejumlah Pemuda di Pasuruan Dukung Muhaimin Maju Calon Presiden 2024':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO