Populer di Kalangan Tionghoa, Koh Ou Yen, Ketua Rumah Kematian Adi Jasa Surabaya Meninggal

Populer di Kalangan Tionghoa, Koh Ou Yen, Ketua Rumah Kematian Adi Jasa Surabaya Meninggal Liem Ou Yen atau Koh Ou Yen semasa hidup bersama keluarganya. foto: disway

SURABAYA, BANGSAONLINE.com Inilah tulisan lain Dahlan Iskan hari ini, Rabu 14 Juli 2021. Wartawan terkemuka itu memang menyajikan dua tulisan sekaligus hari ini. Namun mantan menteri BUMN itu juga menyampaikan pesan bahwa dua tulisan itu sangat lokal.

"Saya rela kalau dua tulisan Disway hari ini tidak banyak dibaca. Dua-duanya memang terlalu lokal: lokal Surabaya dan lokal Texas. Untuk apa dibaca?" tulis Dahlan Iskan.

Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad

Pembaca justru penasaran? Silakan baca di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com pagi ini, 14 Juni 2021. Selamat membaca:

Ketua rumah kematian itu meninggal dunia: Liem Ou Yen. Orangnya sangat populer di kalangan Surabaya.

Ia selalu ada di kegiatan sosial apa saja –yang melibatkan masyarakat . Ia seperti kepala seksi sibuk yang luar biasa sibuk.

Baca Juga: Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu

Saya sering bertemu Koh Ou Yen –begitu semua orang memanggilnya– di Masjid Cheng Ho, di vihara, di gereja, di mana saja ada acara bakti sosial.

Terakhir saya bertemu koh Ou Yen di acara vaksinasi. Di gedung baru Samator Group. Yang khusus untuk orang tua di lingkungan masyarakat Surabaya. Ia sampai membantu istri saya agar bisa keluar cepat dari ruang vaksinasi. Ia mengantar sampai kami naik mobil. Beberapa orang yang akan mengajak kami bicara ia jauhkan. Ketika saya tetap ingin melayani satu orang yang ngotot mau bicara Koh Ou Yen mendekat. Lalu mendorong saya ke mobil.

Koh Ou Yen punya jiwa melayani yang amat tinggi. Padahal ia itu ketua rumah kematian yang begitu terkenal: Adi Jasa. Yang di Jalan Demak Surabaya. Satu-satunya rumah kematian untuk masyarakat di Surabaya –sebelum tahun lalu muncul The Heaven di Surabaya Selatan.

Baca Juga: Telisik Peradaban Tionghoa, Pemkot Kediri dan Pasak Jelajahi Kawasan Pecinan

Kalau ada acara bakti sosial ia sambut tamu di depan. Ia antar duduk di kursi. Ia ikut menata kursi. Mengecek semua peralatan. Ia sendiri punya bisnis di bidang besi dan baja.

Video yang beredar setelah ia meninggal Jumat lalu: ia memimpin sendiri penyemprotan disinfektan di rumah kematian Adi Jasa. Ia ajari para penyemprot itu: bagaimana bekerja yang benar. Agar tidak ada virus Covid di situ. Tapi juga terlihat ia sendiri tidak mengenakan masker.

Bahwa Koh Ou Yen bisa menjadi ketua di Adi Jasa menandakan bahwa ia bisa diterima oleh semua golongan di masyarakat Surabaya.

Baca Juga: PSMTI Dukung Khofifah Maju Kembali di Pilgub Jatim 2024

Itu tidak mudah. Begitu banyak organisasi di kalangan masyarakat Surabaya: ada yang berdasar daerah asal, ada yang berdasar marga, berdasar kelompok usaha, dan lain-lain.

Rumah kematian itu sendiri milik 12 yayasan . Praktis semua kepentingan masyarakat terwakili di 12 yayasan itu. Dan Koh OuYen yang menjadi ketua usaha sosial itu.

Itu menandakan Koh Ou Yen bisa diterima oleh 12 yayasan itu. Tanpa konflik. Tanpa oposan. Kompak. Karena itu Adi Jasa maju sekali.

Baca Juga: Tiongkok Banjir Mobil Listrik

Tanah di rumah kematian itu terus diperluas. Dulu hanya ada satu bangunan. Berisi 16 ruangan takziah dan 12 kamar es untuk menyimpan mayat.

Belakangan ditambah satu bangunan lagi. Bertambah lagi ruangannya. Hampir dua kali lipat. Ditambah pula kamar esnya.

Lalu masih ada perluasan ketiga: satu bangunan lagi. Lebih bagus, lebih besar, dengan fasilitas AC.

Baca Juga: Hati Rakyat Sulit Dibeli, Partai Penguasa Gagal Menang

Berarti kini ada tiga bangunan di Adi Jasa. Tiga bangunan itu bentuknya sama: bundar. Seperti rumah tenda bangsa Mongolia. Semua kamarnya dibuat menghadap ke luar. Kamar esnya di tengah, di pusat bangunan bundar kerangka baja itu.

Bentuk bundar tersebut bukan saja unik, tapi juga solusi. Itu merupakan jalan keluar yang jitu. Agar adil. Agar tidak konflik. Semua kamar punya posisi yang sama: di depan. Semua kamar menjadi terhormat. Tidak akan ada jenazah yang merasa dinomorduakan. Atau merasa ditaruh di belakang.

Antar kamar itu juga hanya diberi penyekat geser. Ketika ada yang memerlukan dua kamar –karena kaya dan pelayatnya banyak– tinggal geser sekatnya.

Baca Juga: Anak Muda Israel Full Stress

Saya sering melayat ke Adi Jasa. Suatu kali saya lihat ada mayat yang menggunakan sampai 6 kamar. Yang meninggal itu pasti pengusaha besar. Keluarganya besar. Relasinya luas.

Belakangan Adi Jasa mampu pula ekspansi ke bidang pendidikan. Adi Jasa mengakuisisi satu lembaga pendidikan tiga bahasa di Surabaya: Indonesia, Inggris, Mandarin. Namanya: Little Sun School (小太阳三语学校). Di bawah Yayasan Cahaya Hati Ibu. Kini sekolah itu sudah berkembang ke tingkat SMP.

Semua itu diurus Koh Ou Yen. Bersama Chandra dan Anis Rungkat. Dua nama terakhir itu aktivis dan pengurus Barongsai yang andal. Kamis pekan lalu Djono Antowiyono –nama Koh Ou Yen di KTP– menjalani tes Covid: positif. Istrinya juga positif. Anaknya, Harry Santoso negatif. Demikian juga istri Harry dan anak mereka. Mereka memang tinggal satu rumah.

Baca Juga: Doni Monardo Bekerja Habis-habisan

Tiga-empat hari sebelumnya, pembantu di rumah itu sakit. Dibawa ke dokter. Sakit biasa. Diberi obat. Tapi si pembantu minta pulang. Diizinkan.

Pembantu satunya juga tidak enak badan. Juga minta pulang.

Dua hari kemudian mereka memberi kabar ke istri Harry: penciumannya hilang. Pembantu satunya juga memberi kabar yang sama.

Maka Harry pun minta tes Covid sekeluarga itu.

Mereka memutuskan isolasi mandiri. Rumah-rumah sakit kan lagi penuh. Tiga hari kemudian Koh Ou Yen merasa sesak napas. Saturasi oksigennya tinggal 84. Mereka memang punya alat ukur saturasi di rumah. Koh Ou Yen minta masuk rumah sakit. Diusahakanlah kamar di RS Adi Husaha –yang dulu bernama Zhong Hua Yi Yuan (中华医院). Istri Ou Yen dan Harry mengantar –kemudian pulang, isolasi di rumah. Saturasi oksigen mereka masih bagus. Sang istri masih 96.

Dari kamarnya di rumah sakit itu, Koh Ou Yen terus berkomunikasi dengan Harry. Lewat WA. Dua hari di rumah sakit napasnya tetap sesak.

Kamis malam, Koh Ou Yen masih WA ke Harry. Gigi palsunya ketinggalan di rumah. Agar gigi palsu itu diantar ke rumah sakit.

Keesokan harinya, pukul 08.00 masih kirim WA lagi. Tapi sudah tidak bisa diketahui apa maksudnya. Kalimatnya tidak jelas. Harry kesulitan membaca pesan itu. (Lihat di foto).

Harry pun mengusahakan ICU. Tidak mudah. Tapi Koh Ou Yen dapat bantuan: bisa pindah ke ICU pukul 12.00.

Jam 11.00 Koh Ou Yen meninggal dunia.

Umurnya 76 tahun. Sebentar lagi berulang tahun: 31 Juli depan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO