SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pemerintah akhirnya mempertahankan Irfan Saputra sebagai Dirut Garuda. Sedang Peter Frans Gontha dan Yenny Wahid resmi mengundurkan diri sebagai komisaris. Kini komisaris dan direksi Garuda sangat ramping. Bahkan tanpa oposan. Otomatis Irfan Saputra bisa leluasa bergerak, mau diterbangkan ke mana Garuda itu.
Yang hebat, pengusaha pribumi Chairul Tanjung tetap mem-back up maskapai plat merah itu, meski ia rugi sekitar Rp 10 triliun. Tapi kenapa Peter F Gontha mau membongkar permainan Garuda? Permainan apa?
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Silakan simak tulisan wartawan terkemuka, Dahlan Iskan, pagi ini, Ahad 15 Agustus 2021, di BANGSAONLINE.com. SALAM REDAKSI.
TERNYATA yang sedang menjabat direktur utama itu yang benar: Garuda baik-baik saja. Sampai sekarang. Masih bisa terbang.
Baca Juga: Jokowi Resmikan Smelter Grade Alumina, Erick Thohir Paparkan Dampak soal Impor Alumnium
Ketika terjadi perombakan dewan direksi dan dewan komisaris, Jumat lalu, sang dirut tetap aman di kursinya: Irfan Setiaputra.
Berarti langkah-langkah penyelamatan Garuda yang ia lakukan dianggap sudah di jalur yang benar. Harus didukung sepenuhnya oleh pemegang saham mayoritas: pemerintah Indonesia, yang diwakili Menteri BUMN.
Irfan memang baru menjabat Dirut Garuda Indonesia sejak 1,5 tahun lalu. Di saat Garuda sedang sulit-sulitnya. Tugas utama Irfan adalah menyelamatkan Garuda. Dirut sebelumnya diberhentikan terkait kasus sepeda baru Brompton yang diangkut dengan pesawat baru Garuda A340 dari Eropa.
Baca Juga: Program TJSL Petrokimia Gresik Raih Platinum Award di Ajang 4TH TJSL dan CSR Award 2024
Dukungan penuh pemerintah kepada Irfan itu terlihat dari komposisi baru dewan komisaris: hanya tiga orang. Sampai komisaris utamanya, Timur Sukirno, merangkap sebagai komisaris independen.
(Chairul Tanjung. foto: ist)
Begitu ramping dekom Garuda. Hanya tiga orang. Sampai-sampai seorang wartawan bertanya pada saya: apakah tidak menjadi seperti perusahaan keluarga.
Baca Juga: Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu
"Tidak," jawab saya. "... Itu bagus, simple, dan hemat."
Mungkin wartawan sudah telanjur terbiasa melihat susunan dewan komisaris yang panjang. Banyak BUMN yang komisarisnya sampai sembilan orang. Apalagi di sebuah BUMN yang juga perusahaan publik: komisaris independennya saja harus dua orang.
Dengan hanya tiga komisaris maka proses sebuah persetujuan lebih cepat. Di Amerika, Jepang, Inggris, Singapura, dan banyak negara lainnya, bahkan tidak punya komisaris. Mereka menggunakan sistem one board.
Baca Juga: Petrokimia Gresik di Usia 52 Tahun, Dorong Kemajuan Pertanian dan Industri Kimia Berkelanjutan
Dukungan pemerintah ke Irfan itu juga terlihat dari latar belakang komisaris baru: tidak tahu banyak soal Garuda.
Komisaris utama yang baru, Timur Sukirno, berlatar belakang pengacara. Dikenal pula sebagai pengacara yang sering menangani perkara pailit dan litigasi.
Timur Sukirno sebelum ini adalah pengacara senior di kantor hukum terkenal, HHP (Hadiputranto, Hadinoto, & Partners).
Baca Juga: Terima Audiensi Rumah BUMN, Pj Gubernur Jatim Ajak Berdayakan UMKM Tembus Pasar Ekspor
Komisaris satunya lagi, Abdul Rachman, juga bukan orang yang tahu banyak Garuda. Sebelum ini, Abdul Rachman adalah komisaris utama Mandiri Taspen. Yakni anak perusahaan BUMN Bank Mandiri, yang didirikan bersama Taspen.
Tinggal satu orang komisaris lama di situ. Yang mewakili pemegang saham non pemerintah: Chairal Tanjung –adik Chairul Tanjung.
Chairal mewakili kepentingan CT Corp milik Chairul Tanjung. Yang di Garuda memegang saham 28 persen. Yang investasinya di Garuda itu membuat CT rugi kira-kira sampai Rp 10 triliun.
Baca Juga: Bangun Ekosistem Berbasis Sinergi, Langkah SIG Dukung Proyek IKN
(Peter F Gontha. foto: Drigo Tobing)
Di saat kritis seperti ini saya mendukung jumlah komisaris yang sedikit. Di masa sulit perusahaan harus lebih lincah. Juga harus cepat mengambil keputusan. Jangan juga terlalu banyak pendapat yang saling berseberangan. Perusahaan harus fokus.
Kini Dirut Irfan, 56 tahun, menjadi lebih ''berkuasa''. Tidak terlihat akan ada oposan di dalam Garuda. Irfan juga akan lebih terlihat apakah ia mampu mengeluarkan Garuda dari kesulitan besar.
Baca Juga: Digna, Direktur Operasi Petrokimia Gresik Dinobatkan sebagai Dewi BUMN 2024
Kurang apa lagi. Langkah lulusan informatika ITB ini didukung penuh. Posisinya diamankan. Komisaris yang bisa dianggap menghambat sudah tidak ada lagi.
Komisaris lama seperti Peter F. Gontha dan Yenny Wahid sudah mengundurkan diri. Dengan alasan masing-masing. Peter sudah menulis surat mundur sejak Februari lalu. Ia terlihat punya banyak perbedaan pandangan dengan direksi. Bahkan Peter, suatu kali, mem-posting pendapatnya di medsos –yang bikin belingsatan Garuda.
Yenny Wahid, putri Presiden Gus Dur itu, mengundurkan diri di hari yang sama dengan RUPS Jumat lalu. Tidak terbaca ada perbedaan pendapat apa. Secara formal Yenny memilih alasan agar Garuda lebih efisien.
Komisaris lama yang satu lagi juga tidak menjabat lagi: Elisa Lumbantoruan. Ia juga banyak tahu soal pedalaman Garuda. Elisa pernah menjadi direktur Garuda di zaman Emirsyah Satar.
Saya tidak pernah mendengar Elisa pernah menyuarakan apa. Saya tidak berhasil menghubungi Elisa kemarin sore.
Peter dan Yenny pernah bersuara soal perlunya diambil langkah efisiensi di jumlah dan kesejahteraan awak pesawat. Direksi Garuda dianggap terlalu lemah di saat harus bertindak tegas.
Peter kelihatannya memang terlalu banyak tahu soal Garuda. Terutama mengenai permainan Dirut Garuda zaman Emirsyah Satar. Sejak tahun 2008. Yakni sejak Emir punya program utama leap frog.
Peter kini semakin siap untuk membongkar total permainan di Garuda itu.
"Kapan?"
"Dalam waktu dekat," jawabnya.
"Lewat apa?"
“Lewat Disway-lah," katanya.
Peter bukan hanya berhenti dari komisaris Garuda. Tahun lalu, Peter juga mengundurkan diri dari jabatan staf khusus menteri luar negeri. Alasannya: tidak mau makan gaji tanpa pekerjaan yang jelas. Apalagi gaji itu dari uang negara.
Peter, mantan pendiri RCTI dan duta besar Indonesia untuk Polandia itu kini masih menjabat di banyak direksi dan komisaris perusahaan swasta.
Boleh dikata susunan komisaris Garuda yang baru ini akan sangat berbeda dengan yang lama. Baik gaya maupun proses pembahasan masalahnya.
Kini semua komisaris yang tahu banyak Garuda sudah tidak ada lagi. Jumlah direksi pun sudah dikurangi dua orang. Tinggal 6 orang.
Kelihatannya, pemerintah ingin Garuda lebih cepat ambil keputusan. Agar arah Garuda semakin jelas: ke restoran atau ke kuburan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News