Peraturan Baru Taliban, Wanita Boleh Sekolah Tapi Pakai Niqab, Indikator Moderat?

Peraturan Baru Taliban, Wanita Boleh Sekolah Tapi Pakai Niqab, Indikator Moderat? Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com Salah satu kecaman terhadap Taliban karena saat berkuasa (1996-2001) melarang wanita sekolah. Kini Taliban kembali berkuasa di Afghanistan. Yang menarik, mereka mengeluarkan peraturan baru, memperbolehkan wanita sekolah. Tanda-tanda Taliban akan ?

Tulisan Dahlan Iskan berjudul 1.0,5 di Disway pagi ini, Senin 6 September 2021, menarik disimak. Di bawah ini BANGSAONLINE.com menurunkannya secara utuh. Selamat membaca:

Baca Juga: Destinasi Wisata Terpopuler di Jepang: Panduan Lengkap untuk Liburan Anda

TERNYATA tidak ada Taliban 2.0. Tapi juga bukan lagi Taliban 1.0.

Hari Minggu kemarin (5/9) keluar satu peraturan baru dari Taliban: mahasiswi dan siswi harus mengenakan nigab. Dipasangkan dengan abaya. Dengan demikian pakaian wajib mereka adalah jenis yang hanya kelihatan mata itu.

Berita baiknya: mereka boleh sekolah. Bahkan sekolah-sekolah swasta itu harus sudah dimulai hari Senin ini.

Baca Juga: Perjanjian Internasional Akhiri Pencemaran Plastik Gagal, Negosiasi Akan Dilanjut Tahun Depan

Di Afghanistan, Covid-19 memang bukan isu besar. Jumlah yang terkena Covid hanya 159.000. Urutan ke 95 (Indonesia urutan ke-13). Penambahan tiap harinya hanya sekitar 120 orang. Total yang meninggal 7.000. Tambah 11 orang sehari kemarin.

(foto: disway)

Ada yang bersyukur: Taliban berubah-sedikit. Ada juga yang mengecam: masih juga Taliban.

Baca Juga: Kesemek Glowing asal Kota Batu, Mulai Diminati Masyarakat Indonesia Hingga Mancanegara

Peraturan lainnya adalah: kelas wanita harus terpisah dari kelas laki-laki.

Kelas wanita harus selesai lima menit lebih awal. Setelah yang wanita meninggalkan gedung barulah yang laki-laki ke luar kelas.

Berita baiknya: mereka boleh satu gedung. Hanya dibedakan kelasnya. Tidak harus sekolah khusus wanita. Sebelum ini, di daerah-daerah, pun di zaman pendudukan Amerika, banyak sekolah wanita juga di gedung terpisah. Misalnya seperti yang dijelaskan oleh Abdul Wali, mahasiswa Afghanistan yang kuliah di Institut KH Abdul Chalim, Pacet, Jatim.

Baca Juga: Ratusan Wisudawan Universitas Harvard Walk Out, Protes 13 Mahasiswa Tak Lulus karena Bela Palestina

Di daerah-daerah, kewajiban berpakaian nigab itu tidak mengejutkan. Itulah pakaian sekitar 30 persen wanita di Afghanistan. Bahkan yang 30 persen lagi masih burgah-yang wajahnya diberi penutup total itu. Sedang yang 60 persen pakai jilbab.

Menurut peraturan itu, guru kelas wanita juga harus wanita.

Berita baiknya: kalau tidak ditemukan guru wanita dibolehkan guru laki-laki. Dengan syarat: sudah tua dan punya track record kelakuan yang baik. Tidak dijelaskan umur berapa yang dimaksud tua. Berarti orang seperti saya boleh dipakai.

Baca Juga: Amerika Bentuk Mujahidin, Putin pun Tunjuk Si Rambut Putih Komandan Perang

Taliban juga telah mengikat saya untuk bangun jam 02.30 tiap hari. Sepuluh atau 15 menit kemudian saya sudah mengikuti perkembangan Afghanistan lewat media-media di Pakistan. Soal sekolah itulah perkembangan terbarunya. Arah Afghanistan mulai kelihatan. Saya merasa bersyukur keliling Pakistan selama sebulan -menjelang pandemi lalu. Di sanalah saya bertemu banyak orang Pastun dan Hazara. Hanya sayangnya, saat itu, saya gagal menyeberang perbatasan.

Apa pun, sekolah di Afghanistan mulai dibuka. Sekolahlah yang akan membawa kemajuan dan perubahan. Meski perlu waktu. Internet yang akan mempercepatnya. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO