Harga PCR, dari Rp 3 Juta Hingga Rp 300 Ribu, Lion Kulakan Rp 100 Ribu

Harga PCR, dari Rp 3 Juta Hingga Rp 300 Ribu, Lion Kulakan Rp 100 Ribu Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com Rakyat Indonesia benar-benar riuh di media sosial. Soal harga PCR. Berapa sih harga aslinya?

Simak tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di Disway dan HARIAN BANGSA berjudul PCR Normal pagi ini, Kamis 4 November 2021. Di bawah ini BANGSAONLINE.com menurunkan secara lengkap, namun dengan judul berbeda. Khusus pembaca di BaBe, klik "lihat artikel asli" di bagian akhir tulisan ini. Tulisan di BaBe banyak yang terpotong sehingga tak lengkap. Selamat membaca:

Dia cantik –5i.

Dia gembira –tidak perlu PCR yang mahal lagi, cukup antigen.

Dia mau ke Bali –ada acara keluarga.

Dia menelepon Garuda Indonesia, kemarin pagi.

Dia langsung mengirim WA ke saya: "kok konfirmasi ke Garuda msh hrs pk PCR..??.duh negara apa ini ya?..buat rakyat bingung"

Saya pun tidak percaya WA Si 5i itu. Saya hubungi staf yang ada di bandara. Ia staf dari perusahaan penerbangan. Saya sampaikan keluhan Si 5i –yang juga seorang dokter itu.

Jawaban dari bandara itu saya teruskan ke Si 5i. Agar tidak kehilangan kecantikannyi.

"Correction... ternyata memang belum Pak Dahlan..di lapangan masih tetap mengacu ke SE 88, artinya masih tetap menggunakan PCR..".

Tanpa PCR lagi memang sudah diumumkan. Tapi baru lisan. Yang di bawah rupanya menganggap lidah itu tidak ber –Anda sudah tahu terusannya.

Kapan peraturan baru mulai berlaku?

"Meski pemerintah sudah memperbolehkan antigen kita tetap menunggu SE terbaru."

Jadi, kapan mulai berlaku?

Mungkin mulai hari ini. Mungkin besok. Mungkin juga kapan-kapan. Tergantung kapan SE-nya sampai ke yang di bawah.

Staf di bandara itu semula juga mengira kemarin tidak perlu ada PCR lagi –untuk penerbangan seluruh Jawa Bali. Ia sudah sempat menjawab pertanyaan saya: "sudah berlaku". Ia masih dalam perjalanan ke bandara. Setiba di tempatnya bekerja ia sendiri baru tahu: masih belum berlaku. Ia pun menyusulkan jawaban koreksi tadi.

Begitulah. Atas dan bawah memang tidak sama. Tapi berita itu setidaknya sudah bisa membuat begitu banyak orang yang gembira. SE (surat edaran)-nya mungkin masih diketik. Tinggal dimintakan tanda tangan. Distempel. Lalu diberi nomor surat. Beres.

Mungkin SE itu akan keluar hari ini. Atau besok. Setidaknya pasti akan keluar.

Kalau tidak diralat.

Alasan untuk meralat bisa banyak. Misalnya, apakah itu tidak mengendurkan kewaspadaan? Terutama kalau dikaitkan dengan kemungkinan munculnya Covid gelombang tiga? Bukankah menurunkan ongkos PCR sudah cukup? Bukankah kita harus hati-hati?

Ongkos PCR memang sudah turun drastis: dari Rp 750.000 ke Rp 275.000. Atas perintah langsung dari Presiden Jokowi. Untuk luar Jawa dari Rp 800.000 ke Rp 300.000.

Presiden hampir selalu jadi pahlawan penurunan harga apa saja.

Saya sendiri, tahun ini, baru satu kali PCR. Rabu minggu lalu. Ketika harus ke sebuah bank di Jakarta. Untuk rapat keesokan harinya. Semua peserta rapatnya harus lulus PCR.

PCR itu saya lakukan secara drive through –di dalam kompleks Gelora Bung Karno. Sekalian makan siang di Plataran Hutan Kota yang ada di sebelahnya. Saya baru tahu: di dalam lahan GBK ternyata dibangun resto baru. Besar sekali. Indah sekali.

"Berapa?" tanya juru bayar saya.

"Yang 16 jam atau 24 jam?"

Kalau hasilnya baru didapat 24 jam kemudian tentu terlambat.

"Yang 16 jam," jawab orang saya.

"Rp 750.000," jawab petugas.

"Kan sudah turun jadi Rp 275.000," ujar Si juru bayar.

Lihat juga video 'Dianggap Hasil Tes Tidak Layak, Seorang Pria Marah ke Petugas Bandara Kualanamu, Deli Serdang':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO