Garuda segera Diputuskan Pailit atau Tidak, Pelita Indonesia Siapkan 40 Pesawat

Garuda segera Diputuskan Pailit atau Tidak, Pelita Indonesia Siapkan 40 Pesawat Dahlan Iskan

Juga masih tepat waktu.

Masih pula ada sajian –air dan roti.

Sepanjang penerbangan perasaan aneh muncul dari sanubari: rasa kasihan dan simpati. Kebanggaan lama seperti muncul kembali. Menguasai sanubari. Mungkin karena cuaca di musim hujan ini lagi baik. Tidak ada guncangan sama sekali. Akankah seluruh kebanggaan itu berakhir?

masih punya waktu 30 hari lagi untuk bersepakat atau tidak bersepakat dengan penggugat nya. Kalau sepakat masih punya kemungkinan hidup lagi. Kalau tidak sepakat pengadilan yang memutuskan: .

Posisi kuat: bisa mengancam akan memperkarakan mereka soal korupsi masa lalu. Untuk bisa mengulur jangka pembayaran dan mendapatkan tarif sewa yang lebih murah. Juga kuat karena pasar domestik sangat besar.

Posisi lemah: dunia penerbangan di Amerika sudah nyaris pulih. Mereka butuh banyak pesawat.

Sepanjang penerbangan saya membayangkan apa yang dilakukan di sisa waktu yang pendek ini.

Pesawat pun siap-siap mendarat di Jakarta. Saya lihat A330-800 neo parkir sendirian. Di apron. Tanpa tangga. Berarti tidak sedang disiapkan terbang.

Itulah yang harusnya saya naiki tadi. Sekaligus saya ingat: itulah jenis pesawat yang paling tidak laku di antara produk-produk Airbus. Hanya empat penerbangan yang membelinya: Uganda Airlines, Air Greenland, Kuwait Airways, dan .

Uganda membeli 2 unit, Greenland 1 unit, Kuwait 8 unit, dan 4 unit –tiga di antaranya sudah dioperasikan. Kebanyakan perusahaan penerbangan membeli yang seri A330-900 neo yang lebih panjang. Bisa memuat penumpang lebih banyak tapi jarak terbangnya lebih pendek.

Sore itu saya lihat ada tiga pesawat asing yang menempel di belalai terminal: Qatar, Saudi, dan satu lagi tidak terlalu jelas. Senja sudah lebih gelap.

Maka ketika saya memasuki terminal 3 lampu-lampu sudah menyala. Sepanjang koridor yang panjang itu semua iklannya sama: G20, Indonesia, 2022. Indonesia memang menjadi presidensi G20 sekarang ini –20 negara dengan GDP di atas USD 1 triliun. Bangga.

Terminal 3 ini masih terasa begitu baru. Begitu besar. Begitu bersih. Dengan hiasan-hiasan dinding yang berkelas. Banyak karya seni dan kreasi di situ. Semua menarik untuk foto-stop.

Itulah terminal besar yang dibangun secara khusus: untuk menempatkan lebih terhormat dibanding perusahaan penerbangan mana pun. Waktu itu yang kita pikirkan , , . Harus mengalahkan Singapore Airlines setidaknya pun hanya di satu bidang.

Boleh dikata Angkasa Pura habis-habisan mengerahkan dana, agar yang mendapat nama.

Maka sepanjang langkah menyusuri terminal 3 saya banyak mendongak: siapa ya yang akan "memiliki" terminal 3 ini nanti?

Pun kalau masih bisa selamat. Terminal ini masih terlalu besar untuk –setidaknya untuk 10 tahun ke depan.

Ataukah ini akan menjadi "milik" ? Yang izin penerbangan berjadwalnya sudah keluar? Yang segera mendatangkan 40 pesawat dari luar negeri –dengan tarif sewa lebih murah dari ?

Pesawat itu, bahkan, sebagian sudah ada di Jakarta. Masih polos. Belum dicat warna Pelita. Juga belum ada logo apa-apa.

Sampai keluar bandara perasaan saya masih gundah gulana. (*)


Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO