Khofifah-Emil Vs Marzuki-Risma, Serius atau Gertak Politik? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Khofifah-Emil Vs Marzuki-Risma, Serius atau Gertak Politik?

Editor: MMA
Minggu, 16 Juni 2024 16:38 WIB

KH Marzuki Mustamar. Foto: BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Partai Kebangkitan Bangsa () melontarkan wacana politik mengusung KH Marzuki Mustamar untuk Calon Gubernur Jawa Timur.

Namun hingga sekarang, Kiai Marzuki Mustamar yang mantan Ketua PWNU Jawa Timur itu belum pernah menyampaikan pernyataan politik sepatah kata pun. Karena itu manuver politik itu menimbulkan pertanyaan, serius atau sekadar gertakan politik

Meski demikian, manuver politik itu bisa dipahami. Karena merupakan partai pemenang yang memiliki 27 kursi DPRD dari total 120 kursi DPRD Jatim.

Saya kira bukan hanya yang tergerak untuk mencalonkan gubernur atau wakil gubernur sendiri. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan () juga punya perasaan politik yang sama. Terutama karena memilik 21 kursi di DPRD Jatim.

Sebelumnya, Gerindra Jawa Timur juga menunjukkan gelagat politik yang sama. Ketua Gerindra Jatim Anwar Sadat terkesan berminat untuk masuk bursa Calon Wakil Gubernur Jatim. Ini juga mudah dimaklumi karena Gerindra juga memiliki 21 kursi DPRD Jatim. Apalagi, menurut Sadat, DPP Gerindra mengamanatkan agar mempriotaskan kader sendiri untuk Pilkada.

Baik maupun Gerindra kurang sreg dengan formasi Cagub-Cawagub -Emil karena Partai Demokrat yang mengusung Emil Elestianto Dardak sebagai cawagub hanya memiliki 11 kursi DPRD Jatim, hasil Pemilu 2024.

Menurut elit dan Gerindra Jatim, idealnya bersanding dengan kader atau Gerindra, bukan dengan kader Demokrat yang kursinya jauh di bawah dan Gerindra.

Namun Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto memutuskan mengusung -Emil. Bahkan ia sudah memberikan rekomendasi kepada dan Emil.

Keputusan Prabowo itu juga perlu dimaklumi, karena bersikukuh menggandeng Emil kembali sebagai cawagub. Berkali-kali menyatakan di depan publik bahwa dirinya merasa nyaman duet dengan Emil dalam pilgub. Apalagi dalam Pilpres 2024 all out mendukung Prabowo Subianto.

Kini tingal dan yang bersikukuh tak mau – atau belum – mendukung -Emil. Bahkan elit dan dikabarkan sudah menjalin komunikasi untuk mengusung cagub dan cagub sendiri. Di luar -Emil.

Berarti dan akan membuat poros baru dalam . Ini tentu menarik. Apalagi Jazilul Fawaid, Wakil Ketua Umum , menyatakan, salah satu alasan membuat poros baru agar -Emil tidak melawan bumbung kosong. Tentu banyak lagi alasan untuk mengusung cagub-cawagub sendiri.

juga punya sikap politik yang sama. Ketua DPD Jatim Said Abdullah memang sudah bertemu . Namun hasilnya tak sesuai harapan, karena tetap bersikukuh akan berpasangan dengan Emil.

Saat bertemu , Said Abdullah dikabarkan sempat menawarkan kader-kader sebagai cawagub. Di antaranya Ahmad Fauzi yang kini menjabat Bupati Sumenep. 

Selama ini Ahmad Fauzi sempat menebar poster di beberapa tempat dengan jargon “Penerus M. Noer”. Yaitu Gubernur Jawa Timur asal Madura yang sangat legendaris.

Tapi bergeming. Ia tetap bersikukuh akan maju pilgub bersama Emil. Karena itu bakal mengusung cagub dan cawagub sendiri. 

Said Abdullah menyadari, tak mudah melawan di Jawa Timur. Kekuatan sangat luar biasa. Bahasa kasarnya, dipasangkan dengan kambing pun diyakini akan menang.

Tapi Said Abdullah tak punya pilihan lain. Ia mengaku punya kewajiban untuk menjaga marwah partai (). Menurut dia, sebagai partai pemenang kedua di Jawa Timur sangat naif jika tak mengusung calon gubernur atau calon wakil gubernur kader sendiri. Artinya, kalah atau menang tetap akan mengusung calon gubernur atau wakil gubernur.

Memang, baik maupun tampak kesulitan figur atau kader untuk ditampilkan sebagai cagub-cawagub melawan Khfofifah. Kini wacana yang berkembang atau dikembangkan adalah duet Kiai Marzuki Mustamar-Tri Rismaharini.

Tapi banyak pihak meragukan. Bukan saja ragu terhadap kemenangannya tapi juga ragu terhadap keseriusan dan untuk benar-benar mengusung pengasuh Pondok Pesantren Sabilur Rosyad Malang dan Menteri Sosial RI itu.

Kenapa? Pertama, Kiai Marzuki Mustamar adalah “kiai murni”, yaitu kiai pengasuh pondok pesantren yang tak pernah aktif dalam politik praktis. Sehingga kecil kemungkinannya beliau berkenan terseret dalam pusaran politik praktis.

Buktinya, hingga sekarang beliau belum pernah memberikan pernyataan politik sama sekali. Bisa saja sikap diam itu bagian strategi. Terutama untuk tes ombak.

Tapi melihat background Kiai Marzuki yang “murni kiai” tampaknya sulit bertarung dalam politik praktis. Apalagi dalam skala regional sekelas gubernur yang sedikit-banyak membutuhkan keterampilan birokratis.

Kedua, Kiai Marzuki Mustamar sudah tidak menjabat sebagai Ketua PWNU Jawa Timur. Otomatis relasi politik dengan para kiai NU sangat berkurang. Apalagi kini terjadi polarisasi politik cukup tajam di tubuh NU.

Nah, otomatis tak bakal ada kekompakan dalam NU untuk Calon Gubernur Jawa Timur. Sebaliknya, justru Ketua Umum PP Muslimat NU. Yang hingga sekarang - diakui atau tidak - sangat solid.

Saya masih ingat saat Ketua KH Ali Maschan ikut running dalam 2008. Pengasuh Pondok Pesantren Asmaul Husna Wonocolo Surabaya itu menjadi cawagub dari cagub Soenarjo.

Pak Naryo – panggilan akrab Soenarjo – adalah tokoh Golkar yang pernah menjabat Wakil Gubernur Jawa Timur dan Wakil Ketua DPRD Jatim.

Saat itu tokoh pers nasional Dahlan Iskan langsung bertanya kepada saya. Pertanyaannya sangat menggelitik. Apa benar Pak Kiai Ali Maschan mau menjadi Cawagub Jatim.

"Kan lebih mulia jadi Ketua ketimbang jadi wakil gubernur,” kata Abah Dahlan – panggilan akrab mantan menteri BUMN itu di kalangan wartawan.

Saat itu elektabilitas Soenarjo-Ali Maschan sempat lumayan. Tapi kalah suara dengan yang maju sebagai calon gubernur pada detik-detik terakhir, tepatnya enam bulan sebelum pencoblosan.

Ketiga, dari segi elektabilitas, Kiai Marzuki jauh di bawah Indar Parawansa. Jika dipaksakan niscaya endingnya bisa ditebak.

Keempat, maukah Risma jadi wakil gubernur dari cagub Kiai Marzuki Mustamar? Bukankah dari segi pengalaman birokrasi dan politik, Risma jauh lebih pengalaman daripada Kiai Marzuki Mustamar?

Tapi - sekali lagi - lain lagi kalau untuk menjaga marwah partai. Terutama untuk menjaga perasaan dan kepercayaan konstituen. 

Maka kalah atau menang tetap mengusung cagub-cawab.

Wallahua'lam bisshawab.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video