IKN, Simbol Kemajuan atau Primitif dan Gagah-Gagahan

IKN, Simbol Kemajuan atau Primitif dan Gagah-Gagahan Mukhlas Syarkun. Foto: bangsaonline

Mengopinikan IKN sebagai juga tidak relevan dengan perkembangan dunia terkini yang lebih efisien, baik dari segi tempat dan personalia manusia. Sementara IKN dengan bangunan yang megah, lebih relevan zaman-zaman primitif yang gemar pamer dan merasa bangga dengan gedung-gedung menjulang tinggi seperti piramid Firaun di Mesir.

Tentu juga bukan zaman IT yang justru mengurangi gedung -gedung sebab semua pelayanan sudah berbasis digitalisasi.

Begitu juga yang didatangkan dari Cina, yang juga diopinikan sebagai . Padahal bangsa Indonesia 25 tahun yang lalu sudah menciptakan pesawat sendiri. Tentu secara teknologi jauh lebih maju pesawat daripada kereta. Jadi proyek IKN dan kereta dari Cina itu bukan symbol kemajuan dalam pengertian sebagai negara yang berdikari dengan kaki sendiri, karena semua tinggal membeli. Apalagi membelinya dengan pos APBN yang yang seharusnya untuk perbaikan gizi anak-anak Indonesia.

Kepres memberikan konsesi 90 sampai 190 tahun juga semakin memperlihatkan, bahwa Indonesia tidak cukup modal, tapi nafsu membangun yang mengorbankan sesuatu yang sangat vital yaitu hutan sebagai paru paru dunia.

Dari sini maka, IKN lebih relevan sebagai simbol agar dunia melihat Indonesia sebagai negara maju. Padahal sejatinya kita justeru identik dengan tahun 50-an atau zaman era primitive. Jadi di era digitalisasi ini pembangunan IKN bukan , tetapi hanya ambisi elit yang ingin terlihat gagah meskipun harus menguras anggaran yang seharusnya untuk pendidikan dan perbaikan gizi anak Indonesia. Bukankah demikian ?

Jakarta, 16/7/2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO