Bos Samator Produsen Oksigen Terbesar dan Tokoh Budha juga Meninggal karena Covid-19

Bos Samator Produsen Oksigen Terbesar dan Tokoh Budha juga Meninggal karena Covid-19 Dahlan Iskan. Foto: ist

Yang pasti ia sudah divaksin. Sudah dua kali. Bahkan vaksinasi pertama di Surabaya dilaksanakan di gedung barunya yang megah di Surabaya Timur. Yang dihadiri Menteri Kesehatan Budi Sadikin. Yang istri saya menjadi yang divaksin pertama. Saya belum boleh divaksin saat itu - -baru sembuh dari Covid.

Berhari-hari Pak Arief memimpin sendiri ketertiban acara vaksinasi di situ. Agar tidak menjadi kluster penularan. Bahaya. Ribuan orang mendaftar divaksin saat itu.

Saya begitu optimistis Pak Arief akan bisa mengatasi sakitnya. Sehari sebelum meninggal pun masih aktif dengan HP-nya.

Baru Jumat sore jam 15.30, saya lihat, dari notifikasi di HP-nya, tidak aktif lagi.

Ternyata saat itulah Pak Arief mulai merasakan sesak napas. Oksigennya turun ke 94. Mulailah dipasang oksigen. Tapi tidak langsung naik. Senja pun terlewati tanpa ada tanda-tanda kadar oksigen lebih baik. Mulailah dibicarakan kemungkinan dimasukkan ICU. Tapi ICU penuh. Di semua rumah sakit.

Setelah diusahakan dengan berbagai upaya akhirnya mendapat ICU. Tapi terjadilah ini: jantungnya berhenti. Jam 21.30 ia meninggal dunia. Ia belum sempat masuk ICU.

Begitu cepat. Kurang dari enam jam sejak ia tidak aktif lagi di teleponnya.

Pak Arief memang pebisnis yang sangat sibuk, pun di kala pandemi. Kebutuhan oksigen memang melonjak luar biasa. Normalnya ia senang: dagangannya laris. Tapi Arief berada dalam tekanan yang sangat berat. Ia tahu kalau sampai terjadi krisis oksigen di Indonesia –seperti pernah terjadi di India– ia merasa harus bertanggung jawab. Samator, perusahaan yang ia dirikan, adalah produsen oksigen terbesar di Indonesia. Produksinya 800 juta ton setahun. Pabriknya 48 buah. Di sebagai daerah di seluruh Indonesia.

Ia begitu sering dipanggil rapat. Dalam kaitan ketersediaan oksigen. Ia harus mengawasi agar semua pabriknya bekerja 24 jam tanpa istirahat. Tidak boleh ada mesin yang mati. Tidak boleh ada listrik yang berkedip. Oksigen begitu ditunggu oleh para penderita Covid di rumah sakit di seluruh negara.

Arief kelelahan.

"Beliau mengeluh ke saya dua hari lalu. Merasa kelelahan," ujar Soedomo, bos Kapal Api.

Arief mempunyai komorbid: gula darah dan tekanan darah tinggi.

Pabrik oksigennya begitu besar. Ia hanya sedikit kekurangan oksigen di dalam darahnya.

Tapi Arief sudah membuat sejarah dalam hidupnya: menjadi raja oksigen di Indonesia. Ia membuat Indonesia mandiri di bidang itu.

Ia juga baru saja membuat sejarah di bidang bisnis: "kerajaan" Samator Group baru saja selesai dibangun. "Kerajaan" itu terbuat dari beberapa tower dan gedung pertemuan. Ia masih punya tanah luas di sebelahnya. Untuk proyek berikutnya.

Pak Arief juga sedang membangun pabrik baru oksigen yang lebih modern. Hampir jadi. Ia sangat bangga dengan proyek barunya itu.

Bukan hanya keluarganya yang kehilangan. Dunia olahraga bola voli juga sangat kehilangan. Ia adalah pembina voli yang all out.

Demikian juga umat Buddha. Ia adalah ketua Permabudhi (Perkumpulan Masyarakat Buddha Indonesia). Ini satu organisasi baru di luar Walubi.

Pak Arief telah membangun puluhan vihara. Dan membantu berbagai organisasi agama. Ucapan bela sungkawa datang dari lintas agama. Salah satu yang datang pertama adalah dari Yaqut Cholil Qoumas, bukan sebagai Menteri Agama, melainkan sebagai Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Ansor, NU.

Pak Arief yang baik dan rendah hati itu seperti tokoh dalam puisi: hidup untuk membuat sejarah. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Detik-Detik Warga Desa Lokki Maluku Nekat Rebut Peti Jenazah Covid-19':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO