Sastra Interdisipliner Yes, Monodisipliner No! | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Sastra Interdisipliner Yes, Monodisipliner No!

Editor: Tim
Kamis, 10 Maret 2022 19:06 WIB

Agus Salimullah.

Ketiga, manusia yang tersentuh akan mempunyai cara melihat persoalan yang lebih utuh dalam hidup karena apa yang dipahaminya dari teks-teks -yang merupakan potret kehidupan-dapat dilihat dari sisi lain bergantung pendekatan dari disiplin lain. Dari cara pandang tersebut, manusia akan melihat perbedaan-perbedaan secara wajar, sehingga akan timbul toleransi terhadap perbedaan-perbedaan tersebut.

Keempat, bagi para pakar dari disiplin lain, studi interdisipliner akan memperkaya pengetahuan mereka tentang manusia yang meliputi keinginan-keinginannya, normalitas dan abnormalitasnya, penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan, kekecewaan-kekecewaannya sehingga para pakar tersebut lebih mempertimbangkan sisi-sisi kemanusiaan semacam itu dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan disiplin-disiplin mereka.

Kelima, dalam jangka panjang, akan terjadi perubahan pandangan di dalam masyarakat bahwa studi yang mulanya hanya dapat dilakukan oleh para ilmuwan , akan dapat dilakukan oleh ilmuwan dari disiplin lain, dan bahkan, orang biasa bisa melakukannya. Pendek kata, perspektif interdisipliner selain mendekatkan dengan disiplin-disiplin ilmu sosial lainnya, juga dapat mengembangkan cara pandang yang lebih utuh dan lebih luas terhadap realitas.

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, bagaimana cara mewujudkan kajian interdispliner, cara pandang serta pendekatan apa yang bisa digunakan? S Bassnett dalam Comparative Literature: A Critical Introduction (1995) menunjukkan ada satu pendekatan alternatif yang dapat digunakan dalam hal ini, yakni yang disebut dengan Sastra Banding. Istilah Sastra Banding (Comparative Literature), pertama kali muncul di Perancis tahun 1816, yang diambil dari rangkaian antologi pengajaran yang berjudul Cours de litterature comparee.

Kita tengok di Jerman. Istilah tersebut di negara ini disamakan dengan vergleichende literaturgeschichte yang muncul pada tahun 1854. Sementara itu, istilah comparative literature muncul di Inggris pada tahun 1848. Sementara di Eropa, banding pada awalnya digunakan sebagai perspektif untuk melacak “pengaruh” seorang penulis dari suatu negara atau budaya lain. Namun, dalam perkembangan selanjutnya terdapat kesulitan dalam mencari pengaruh tersebut, karena pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh suatu bahasa berbeda dengan pikiran dan perasaan yang dinyatakan dengan bahasa lain.

Sastra Banding merupakan studi yang melewati batas-batas sebuah negara tertentu dan studi tentang hubungan antara kesuan di satu pihak dan bidang lain dari pengetahuan, seperti seni, filsafat, sejarah, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu alam, agama, dan sebagainya di lain pihak. Pendeknya, Sastra Banding merupakan perbandingan satu karya dengan karya lain dan perbandingan antara karya dan lingkup ekspresi manusia yang lain (Bassnett, 1995:20).

Perspektif interdisipliner dengan pendekatan bandingnya (Comparative Literature), sangat perlu merangkul disiplin ilmu lain, seperti sejarah, sosiologi, antropologi, dan ilmu komunikasi untuk membaca karya . Dengan cara itu karya selalu dapat ditelisik sebagai teks yang tidak terpisah dari realitas sosial, konteks sejarah, dan disiplin ilmu lainnya yang begitu beragam. (*)

Penulis adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Unisma Malang

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video