KH Hasyim Muzadi di Pesantren Buntet Cirebon: Kini Banyak Orang Beda Manhaj Datang ke NU | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

KH Hasyim Muzadi di Pesantren Buntet Cirebon: Kini Banyak Orang Beda Manhaj Datang ke NU

Minggu, 10 April 2016 20:51 WIB

KHA Hasyim Muzadi disambut para kiai dan masyayikh dalam puncak Haul Almarhumin di Pondok Pesantren Buntet Cirebon Jawa Barat. foto: istimewa

”Sebagaimana disabdakan oleh Rasul; bahwa Allah akan mengutus mujaddid di muka bumi ini pada setiap generasi. Maka di sinilah peran pesantren melakukan tajdid,” katanya.

Mantan ketua umum PBNU dua periode itu berpendapat bahwa makna tajdid bukanlah membuat atau mengadakan sesuatu yang baru. ”Kiai Ahmad Shiddiq mendefinisikan tajdid sebagai ja’lun qadim kaljadid. Yaitu menjadikan sesuatu yang lama seperti baru, atau dengan menyepuh (merenovasi) hal yg lama menjadi baru. Atau dengan kemasan yg baru (inovasi),” tegas ulama asal Tuban Jawa Timur itu.

Menurut dia, dulu pada jaman KH.Wahab Hasbullah untuk mmpertahankan Aswaja harus brangkat sendiri ke Saudi Arabia. Yang pada akhirnya dikenal dengan istilah “Komite Hijaz”. Tujuannya, agar Aswaja diberikan tempat. ”Kalau sekarang Wahabi dan Syiah sudah ada di sekeliling kita,” katanya.

Ia menegaskan bahwa salah satu ciri Aswaja adalah memiliki ciri tasamuh, tetapi bukan Istislam yang berarti menyerahkan. ”Tasamuh itu mengerti dan memahami perbedaan yang ada dengan firqoh lain. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran: Lana A’maluna wa lakum a’malukum, lakum dinukum waliyadiin,” katanya.

Ia lalu menjelaskan tentang kelemahan kita dalam memperjuangkan Aswaja dibanding madzhab lain. Kalau madzhab lain adalah ilmu, amal, harokah (pergerakan) dan maaliyah (sumber pendanaan). Jadi, ilmu, amal ilmu, sistem gerakan plus keuangan.”Nah, ini berbeda dengan kita. Kita ini baru berada dalam tataran ilmu amaliyyah dan beramal ilmiyyah,” katanya.

Menurut dia, penguatan Ahlussunnah Wal Jamaah itu hanya bisa dilakukan oleh pesantren. Tapi tidak semua pesantren bisa. ”Yang bisa adalah pesantren yang mempunyai silsilah langsung dengan para auliya, seperti pesantren Tebuireng (Jombang), Cipasung (Jabar), Sukorejo Asembagus (Situbondo), Syaikhona Kholil (Bangkalan), termasuk Buntet (Cirebon) ini dan beberapa pesantren lain,” katanya.

Kini – tegas dia- persantren harus bersama-sama melakukan penguatan, lalu pengembangan manhaj. Karena jika tidak, maka NU bisa ganti manhaj NU dengan manhaj baru. dan mungkin bisa seperti ISIS, atau kelompok radikal yg lain.

”Banyak orang yang berbeda manhaj, datang ke NU.Mereka menawarkan pemikiran lain yang berbeda dengan manhaj Aswaja NU. Saya perhatikan saat ini terdapat fenomena santri yang sudah bosan dengan pemikiran pesantren. Sehingga akhirnya pikirannya menerawang ke mana-mana. Dalam situasi seperti itu mereka di-"ambil" oleh orang lain, kemudian dikembalikan ke NU,” katanya.

Menurut dia, Nahdlatul Ulama itu bukan sekedar organisasi. Akan tetapi jalan hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. ”Maka harus kita pegan teguh secara erat,” pungkasnya. (tim)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video