Tak Diminati Wisatawan Lokal, Kampung Jamur di Wadungsih ‘Meredup’
Editor: choirul
Wartawan: rizky alvian
Minggu, 04 September 2016 23:13 WIB
Satu budi daya jamur. foto: rizky alvian
Dirinya juga menjelaskan bahwa keuntungan yang diraup cukup banyak sekitar Rp 750.000 hingga bisa dipakai untuk biaya akomodasi dan perawatan.
Dirinya mengaku sempat tidak menyangka mendapat pesanan dari rumah makan bahkan hingga kuwalahan untuk melayani target pesanannya. Dikarenakan pesanan dari rumah makan tersebut meminta dikirim 50 kg dari hasil panen tiap 3 bulan. Tetapi lama kelamaan distop untuk mengirim karena sudah tidak bisa memenuhi target pesanan. “Hasil panen lebih sedikit dibanding pesanannya. Jadi kami distop untuk kirim ke sana,” ungkap Mustakim.
Di sisi lain, Narto mengatakan bahwa sekarang dirinya berusaha untuk menyuplai jamur berjenis tiram tersebut dan ditawarkan ke berbagai penjual bahkan ke pengusaha-pengusaha terdekat.“
“Kalau sekarang saya menggunakan sistem jemput bola, jadi nawarin ke bos-bos perusahaan mungkin ada yang berminat. Pesanan sebenarnya datang tiap hari, kita yang tidak bisa menyediakan karena hasil tidak bisa diprediksi. Tetapi untuk keuntungan paling banyak hanya 5 persen – 10 persen dari penjualannya, gak kayak dulu,” ujarnya. (rizky alvian/UTM)