Pendeta ​Saifuddin Ibrahim dan Jozeph Paul Zhang Mencoreng Wajah Kapolri?

Pendeta ​Saifuddin Ibrahim dan Jozeph Paul Zhang Mencoreng Wajah Kapolri? M Mas'ud Adnan. Foto: bangsaonline.com

Ironisnya, pernyataan-pernyataan permusuhan dan penistaan agama itu justru merangsang munculnya , yang juga menista agama Islam, tapi hingga sekarang tak ditangkap. muncul dalam video provokatif yang mendukung penuh Pendeta Saifuddin Ibarahim.

Menurut , ayat-ayat Al Quran yang mengandung radikalisme, rasisme, dan penghinaan terhadap golongan lain, jumlahnya lebih banyak dari yang disebut Saifuddin.

“Itu kan cuma 300 ayat. Bukan cuma 300 sebetulnya. Ayat-ayat yang radikal, rasis, dan tidak menghormati golongan lain,” imbuh dia.

menyebut Al Quran di China yang juga berbeda dengan di negara lain. “Kalau di China, Al Quran-nya itu hanya 30 persen saja. Karena 60 persen, itu ayat-ayat radikal,” kata

Munculnya ke permukaan publik ini jelas merendahkan institusi kepolisian, terutama . Sebab sejak heboh menista agama Islam dan mengaku sebagai nabi ke-26, ia telah dilaporkan kepada polisi. Tapi hingga kini polisi belum bisa menangkap dengan berbagai alasan.

"Paul Zhang... Ya sampai sekarang red notice-nya masih belum keluar," ujar Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Irjen Johni Asadoma di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (28/9/2021).

Jenderal Listyo Sigit saat itu juga berjanji akan memprosesnya. 

"Sedang kami selidiki," kata Jenderal saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (17/4/2021).

dilaporkan ke Bareskrim atas Laporan Polisi Nomor LP/B/0253/IV/2021/Bareskrim tanggal 17 April 2021.

(. Foto: youtube)

Jenderal Listyo Sigit mengatakan, menurut informasi Kantor Imigrasi Kelas I Soekarno Hatta berdasarkan Travel document no B6622531, tidak lagi berada di Indonesia. Dia tercatat meninggalkan Indonesia menuju Hong Kong sejak tanggal 11 Januari 2018.

Demikianlah, munculnya yang kemudian dengan mudah melakukan provokasi itu jelas mencoreng wajah . Sebab ia seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dirinya aman-aman saja meski sudah menista agama dan dilaporkan kepada polisi.

Karena itu, jangan heran jika kini muncul kecurigaan, jangan-jangan Pendeta Saifuddin Ibrahim dan Jozeph Paul Zang itu dilindungi oleh aparat kepolisian. Apalagi mereka berdua juga dengan mudah berada di luar negeri.

Tapi saya husnuddzan (berpikir positif) terhadap Jenderal dan jajaran kepolisian di instansi Polri. Saya yakin sadar dan tegar bahwa posisinya sebagai penganut agama Kristen tak akan menghambat untuk bertindak adil kepada siapa pun. Bukankah semua agama merintahkan bertindak adil kepada siapa pun?

Dalam Islam, banyak sekali ajaran perintah keadilan itu, termasuk bersikap adil terhadap pemeluk agama lain, bahkan Yahudi. Sayangnya ajaran prinsip keadilan Islam universal itu belum terinternalisasi secara maksimal ke dalam kerangka berpikir, apalagi dalam perilaku keseharian umat Islam sendiri.

Dan itu tampaknya terjadi pada semua agama. Antara idealitas ajaran dan realitas perilaku keseharian masih ada jurang pemisah. 

Bahkan di Kristen ternyata justru parah. Kasus Pendeta Saifuddin Ibrahim dan Jozeph Paul Zang adalah bukti yang tak bisa dibantah.

Kita harus menyadari bahwa keberadaan bangsa dan negara ini sangat ditentukan oleh kedamaian dan kondusivitas antar umat beragama. Kenapa? Karena realitas agama yang beragam adalah keniscayaan.

Maka perlu toleransi dan tenggang rasa yang tinggi antarumat beragama. Hal yang paling sederhana yang bisa kita lakukan adalah jangan intervensi pada keimanan dan keyakinan pemeluk agama lain. Apalagi melakukan provokasi kepada publik.

Wallahu’alam bisshawab.

Penulis alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair). Kini CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO