TUBAN, BANGSAONLINE.com - Momen Ramadan menjadi berkah tersendiri bagi sebagian besar masyarakat muslim. Wakijah, misalnya. Seorang pengepul legen asal Kelurahan Panyuran, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, ini ketiban berkah.
Dagangannya laris manis selama bulan Ramadan ini. Legen merupakan minuman tradisional khas Tuban yang terbuat dari pohon lontar. Jika berkunjung ke Tuban, anda akan banyak menjumpai penjual legen di pinggir-pinggir jalan.
Baca Juga: Masyarakat Keluhkan Tingginya Denda Tilang yang Dijatuhkan PN Tuban, Tertinggi Rp750 ribu
Wakijah sendiri sudah 30 tahun berjualan legen. Suka maupun duka telah dirasakan wanita 60 tahun itu.
"Sudah hampir 30 tahun berjualan legen. Di sini banyak warga menggantungkan rezeki dari legen," ungkapnya.
Dukanya adalah saat pandemi Covid-19 yang melanda selama dua tahun terakhir. Dagangannya sepi, tak laku. Bahkan, tabungan simpanannya sebanyak Rp50 juta habis hanya untuk membayar warga yang setor legen.
Baca Juga: Penyidik Satreskrim Polres Tuban Mulai Periksa Korban Dugaan Penggelapan Dana BMT AKS Bancar
"Saat pandemi dua tahun terakhir orang-orang yang setiap hari memanjat pohon siwalan pencari legen bingung, akhirnya saya yang mau membeli legen mereka," cerita wanita 5 cucu ini.
Untuk meminimalisir kerugian, Wakijah menyimpan legen setoran dari pemanjat pohon tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, legen itu akan menjadi cuka dan biasanya dikulak oleh produsen cuka.
Tentu, jika kualitas legen sudah berubah menjadi bahan cuka, harganya lebih murah. Harganya 1 banding 3 dari harga legen.
Baca Juga: Resep Wedang Saraba, Minuman Khas Makassar untuk Penghangat Tubuh
"Ada yang produsen dari Surabaya, Madura, dan beberapa daerah lainnya mengambil untuk bahan cuka di sini," ucapnya.
Ia mengungkapkan, sedikitnya ada 17 orang yang setiap hari setor. "Mereka punya keluarga yang harus dinafkahi. Tak kurang Rp2 jutaan setiap hari buat bayar mereka," cerita Mbah Jah, sapaannya.
Namun, masa suram itu sudah berlalu. Tahun ini, usaha minuman tradisional yang dipertahankan sudah mulai bergeliat kembali, khususnya Ramadan ini.
Baca Juga: Warga Resah Kawasan GOR Tuban Marak Aksi Maling Motor dan Helm
"Alhamdulillah, setiap hari minimal habis 500 liter legen, dengan harga Rp15 ribu per botol ukuran 1,5 liter," ucapnya.
Sehari-harinya selama Ramadan, Mbah Jah dibantu 4 karyawan yang tak lain adalah anak dan kerabatnya sendiri.
"Setiap hari puluhan tengkulak ada yang ambil 30, 50, bahkan 70 liter untuk dijual kembali. Kalau warga biasanya ada yang 2 botol atau 5 botol," pungkasnya. (gun/rev)
Baca Juga: Lewat Restorative Justice, Kejari Tuban Selesaikan Kasus Penganiayaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News