JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Para pimpinan Partai Golkar tampaknya perlu meng-upgrade kadernya. Pengakuan terbuka Agung Widyantoro, Anggota DPR RI dari Golkar, yang ciut nyalinya ketika berhadapan dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan sangat mengejutkan. Bahkan beberapa pihak menilai memalukan parlemen.
Itu terjadi dalam rapat badan anggaran (banggar), Kamis (9/6/2022) lalu.
Baca Juga: Siapkan Atribut, Anis Galang Dukungan Jadi Calon Ketua DPD Golkar Gresik
"Nyali saya ciut pak, saya akan tanya tapi bapak ga senyum. Dari awal bapak sudah injak gas kenceng banget, gimana caranya saya masuk ruang-ruang itu," kata Agung Widyantoro yang mantan Bupati Brebes itu.
Terlepas itu retorika, tapi sangat tak pantas pengakuan “takut” itu keluar dari seorang wakil rakyat atau legislator yang punya kedudukan sama dengan menteri atau eksekutif. Bukankah legislator atau anggota DPR itu digaji rakyat untuk bersuara dan bahkan mengontrol pemerintah.
“Ini bukan romantis, tapi tragis,” kata Najwa Sihab, wartawan senior, dalam rekaman videonya yang beredar luas.
Baca Juga: Jadi Kandidat Ketua DPD Golkar Gresik, Anha: Regenerasi Saya Sudah 4 Periode
Putri Prof Dr. Quraish Shihab itu menjelaskan bahwa parlemen itu berasal dari bahasa Prancis: parler. Yang artinya: untuk bicara. Ngomong.
(Agung Widyantoro: Foto: istimewa)
Jadi tugas utama anggota DPR itu bicara! Kalau bicara saja tak punya nyali, tak berani, lalu apa gunanya jadi anggota DPR.
Baca Juga: Anggota DPRD Sidoarjo Terima Beragam Keluhan saat Reses di Kebonsari
“Mungkin memang bercanda ya,” kata Najwa. Tapi masalahnya, Luhut pada momen sebelumnya berbicara sangat keras dan cenderung mempermalukan DPR. Itu lho. Gara-gara DPR mengeritik tarif Candi Borobudur yang dilontarkan Luhut.
Saat itu Luhut menganggap anggota DPR yang mengeritik dirinya kadang tak tahu masalahnya. Ia minta DPR sebelum mengeritik menelepon dirinya dulu. Tanya apa masalahnya sih.
“Mohon maaf Bapak-Ibu jangan cari popularitas dengan nyerang saya,” tegas Luhut dengan muka serius kepada DPR.
Baca Juga: Menko Marves Resmikan Bandara Dhoho, Pemkab Kediri Dorong Percepatan Sarpras Pendukung
“Jadi kalau mau kritik, please, telepon kami dulu, Pak,” kata Luhut.
Di depan wartawan, bahkan Luhut lebih keras lagi. Ia minta pejabat negara dan DPR tidak nyinyir.
“Jadi kita jangan jadi bangsa yang nyinyir,” kata Luhut.
Baca Juga: Pilkada 2024 di Kabupaten Pasuruan, Golkar Kenalkan Calon Wakil Bupati ke Masyarakat
(Najwa Shihab. Foto: instagram)
Bagi Najwa, permintaan Luhut itu aneh. Sebab salah satu mandat DPR adalah berbicara dan memantau atau mengawasi eksekutif.
“Itu mandat konstitusi,” kata Najwa sembari mengatakan bahwa DPR punya hak angket, interpelasi, dan hak menyatakan pendapat.
Baca Juga: 3 Anggota Dewan Ditetapkan Sebagai Pimpinan DPRD Trenggalek
“Kalau mengawasi (saja), tapi tidak ngomong atau gak boleh ngomong, itu DPR apa CCTV sih,” katanya.
Menurut Najwa, jika DPR hanya mengawasi, tak boleh ngomong, mending kita patungan saja beli CCTV. Sehingga kita tak perlu menggaji DPR. “Dan gorden-gordennya,” kata Najwa menyentil kasus pengadaan gorden Gedung DPR senilai Rp 43,5 miliar yang tempo hari menghebohkan.
Menurut Najwa, legislator dan senator memang perlu nyinyir. “Dalam arti perlu ngomong, termasuk ikut menyuarakan aspirasi rakyat,” kata perempuan cerdas itu.
Baca Juga: Wardah Nafisah Pimpin Doa Deklarasi Pasangan MUDAH
Soal dapat popularitas atau tidak, itu tergantung penilaian rakyat. Tapi DPR harus bicara agar rakyat tahu mana pejabat yang berkualitas dan yang tidak.
“Masak karena Pak Luhut gak senyum lalu keder,” kata Najwa.
Najwa menegaskan bahwa rakyat dibungkam itu cerita lama. “Netizen bebas bicara apa saja,” kata Najwa. Tapi kalau DPR diminta telepon, japri-japrian, terhadap kebijakan pemerintah yang perlu direspons oleh DPR itu perlu dibahas.
Baca Juga: Bambang-Bayu Daftar ke KPU Kota Blitar Diantar Kesenian Bantengan
Najwa lalu menyindir Luhut. Menurut dia, nanti kalau rakyat ngomong lalu diminta, mana datanya. Padahal, big data yang mengklaim ada 110 juta rakyat Indonesia mendukung pemilu ditunda, hinggga sekarang tak dibuka juga. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News