SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, mengungkapkan bahwa seorang ulama – apalagi ulama besar tingkat dunia – harus bisa baca kitab.
“Kalau tak bisa baca kitab berarti ulama palsu,” tegas Kiai Asep Saifuddin Chalim saat memberikan pengarahan kepada para ustadz atau guru Pondok Pesantren Amanatul Ummah di kediaman Ning Ima, istri Gus Muhib, salah satu putrinya, di Jalan Siwalankerto Utara, Selasa (16/8/2022).
Baca Juga: Penjelasan Kiai Asep soal Protes Kades Terhadap Bantuan Keuangan Desa 2025
Karena itu, kata Kiai Asep, para santri Amanatul Ummah yang diasuhnya harus bisa baca kitab kuning. Caranya, kata Kiai Asep, sangat gampang.
“Para santri harus hafal Kitab Taqrib. Kalau hafal Kitab Taqrib, semua kitab yang besar-besar bisa dikuasai,” tegas Kiai Asep yang bukunya berjudul Kiai Miliarder Tapi Dermawan banyak dibedah di berbagai daerah seluruh Indonesia.
Bahkan, menurut Kiai Asep, santri tak perlu hafal Kitab Taqrib seluruhnya. “Cukup 22 halaman saja,” katanya.
Baca Juga: Diikuti para Mahasiswi Asal Filipina, Peserta Pengajian Kitab Kiai Asep di UAC Membeludak
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, saat dikukuhkan sebagai guru besar dihadiri Presiden RI Joko Widodo di UINSA Surabaya.)
Selain itu, tegas Kiai Asep, para santri harus belajar Kitab Tashrif atau Al Amtsilah at-Tashrifiyah. Kitab Tashrif itu adalah karangan KH Makshum Bin Ali Pondok Pesantren Seblak Jombang yang sangat populer di dunia pesantren. Kitab ini membahas tentang perubahan bentuk kata Arab.
Baca Juga: Masa Libur Santri Amanatul Ummah Beda dengan Pondok Lain, Prof Kiai Asep Punya Dua Alasan Menarik
Kiai Asep lalu memberi contoh beberapa bentuk perubahan kata dalam kitab tersebut. “Nashara yanshuru nashran fahuwa nashirun wadzaka manshurun unshur laa tanshur..... Ini harus terus berkumandang di Amanatul Ummah,” tegas Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, dengan menghafal berbagai perubahan kata Arab itu, para santri kelak akan bisa dengan sendirinya baca kitab.
“Saya sendiri dulu juga tak tahu untuk apa,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Universitas KH Abdul Chalim Mojokerto Undang Said Aqil di Seminar Nasional Tasawuf
Tapi dalam perjalanan waktu ternyata hafalannya itu justru menjadi ilmu alat yang sangat efektif untuk membantu bisa baca kitab.
Yang menarik, Kiai Asep mengaku tak pernah menghafalkan isi kitab tersebut.
“Tapi saya tiap hari mendengarkan abah saya yang mengajarkan kepada para muridnya,” kata Kiai Asep kepada BANGSAONLINE.com.
Baca Juga: KH Said Aqil Siradj Hadiri Acara Syukuran Sederhana Kemenangan Gus Barra-Rizal di Pilbup Mojokerto
Karena tiap hari mendengarkan lafadz-lafadz itu, akhirnya Asep kecil hafal dengan sendirinya.
“Karena itu tiap hari nashara yanshuru nashran itu harus berkumandang,” tegas Kiai Asep kepada para guru yang lesehan di lantai dua kediaman Ning Imah.
Kiai Asep menjamin, jika para santri hafal Kitab Taqrib dan hafal isi Kitab Tashrif niscaya bisa baca kitab.
Baca Juga: Tingkatkan Mutu Pendidikan, Ponpes Amanatul Ummah Ubah Sistem Pembelajaran
“Saya jamin. Enam bulan saja sudah bisa baca kitab,” tegas putra KH Abdul Chalim, salah seorang ulama pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu mengingatkan para ustadz bahwa tujuan Amanatul Ummah ada empat. Pertama, pondok pesantren yang diasuhnya diproyeksikan untuk mencetak ulama besar yang bisa menerangi dunia, terutama bangsa Indonesia.
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
Kedua, tegas Kiai Asep, untuk mencetak pemimpin dunia dan pemimpin bangsanya yang akan senantiasa mengupayakan terwujudnya kesejahteraan dan tegaknya keadilan, utamanya di negara Republik Indonesia.
Ketiga, mencetak konglomerat besar yang bisa memberi kontribusi maksimal bagi terwujudnya kesejahteraan bangsa Indonesia.
Kempat, mencetak profesional yang berkualitas dan bertanggung jawab.
Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim
Karena itu, tegas Kiai Asep, santri Amanatul Ummah harus punya kelebihan atau keistimewaan yang bisa menunjang empat tujuan tersebut.
"Kalau bahasa Arab harus mukalamah, kalau bahasa Inggris speaking," tegasnya. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News