SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Laboratorium Anti Microbacterial Resistance (AMR) di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia Matthew Downing, Selasa (11/10).
Gubernur Khofifah optimis bahwa laboratorium AMR ini bakal menjadi penguat layanan kesehatan di Jawa Timur yang berseiring dengan rencana kerja pemerintah (RKP), yakni reformasi sistem kesehatan nasional.
Baca Juga: Alasan Prestasi, Keluarga Besar Ponpes Syarifuddin Lumajang Doakan Khofifah Jadi Gubernur 2025-2030
“Pada posisi inilah laboratorium AMR semakin menguatkan kualitas layanan kesehatan baik di Jawa Timur dan nasional. Baik dari sisi alat dan peningkatan kapasistas SDM kesehatannya,” ungkap gubernur perempuan di Jawa Timur ini kepada awak media.
Sekadar diketahui, laboratorium AMR ini adalah hasil kerja sama antara Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Inggris bersama Kementerian Kesehatan RI dalam pengendalian Anti Microbacterial Resistance (AMR) di Indonesia.
Laboratorium yang didirikan menggunakan dana hibah dari The Fleming Fund ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan negara dalam mengidentifikasi dan mendiagnosis infeksi resisten obat dengan titik berat pada infeksi bakteri. Serta untuk memperbaiki data surveilans agar dapat digunakan untuk menentukan kebijakan tingkat nasional dan internasional.
Baca Juga: Presiden Jokowi Jadi Saksi Pernikahan Yusuf dan Jihan, Khofifah: Sebuah Kehormatan yang Luar Biasa
Pengendalian anti microbacterial resistance (AMR) atau resistensi antibiotik akibat mikroba dinilai penting pada saat ini karena terbukti menjadi pandemi senyap yang berbahaya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, setiap tahunnya ada sebanyak 1,27 juta orang meninggal dunia karena infeksi akibat resisten terhadap obat antibiotik. Di tahun 2050, resistensi antimikroba diprediksi akan menjadi pembunuh nomor satu di dunia.
Baca Juga: Hari Lahir Pancasila, Khofifah: Membumikan Pancasila Jangan Sampai Hanya Jadi Jargon
Di masa depan, resistensi antimikroba diperkirakan menyumbang tingkat kematian yang akan mencapai 10.000.000 jiwa per tahun. Bahkan bisa menyumbang kematian tertinggi terjadi di kawasan Asia.
Guna mencegah prediksi itu menjadi nyata, keberadaan laboratorium AMR ini penting dalam melakukan deteksi dan upaya pencegahan meluasnya resistensi antimikroba.
“Dengan adanya laboratorium AMR ini di Jatim, maka menjadi bagian dari update langkah antisipatif yang sangat strategis. Maka kami sangat berterima kasih pada Fleming Fund dan Wakil Duta Besar Inggris Matthew Downing,” ucapnya.
Baca Juga: Santuni Anak Yatim Terbanyak di Jawa Timur, Khofifah Apresiasi Pemkab Tuban
Terlebih peresmian laboratorium ini juga berhimpitan dengan HUT Pemerintah Provinsi Jawa Timur ke-77. Maka laboratorium ini dituturkan Gubernur Khofifah tak ubahnya sebuah hadiah yang indah.
“Apalagi kehadiran lab ini bukan hanya rujukan bagi tingkat regional saja, melainkan secara nasional. Di mana kita tahu, bahwa Jawa Timur adalah pintu gerbang menuju Indonesia Timur,” tuturnya
Khofifah pun yakin laboratorium AMR ini akan memberikan manfaat besar bagi peningkatan derajat kualitas layanan kesehatan masyarakat.
Baca Juga: Kenapa Gaya Jalan Khofifah sangat Cepat? Ini kata Pakar Bahasa Tubuh
“Insyaallah ini akan memberikan manfaat besar bagi peningkatan kualitas derajat kesehatan masyarakat dan langkah antisipasi dari kemungkinan bakteri dan virus,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia Matthew Downing mengungkapkan bahwa di Indonesia hanya ada dua laboratorium rujukan AMR, salah satunya ada di Surabaya.
Menurut Matthew, AMR adalah ancaman bagi kesehatan dunia. Ia mengibaratkan Covid-19 sebagai tsunami, maka AMR adalah naiknya permukaan air laut. Tanpa batas dan bisa menenggelamkan kota semua.
Baca Juga: SPSI Jatim Dukung Khofifah Maju Pilgub 2024
“Pada semangat Presidensi G20, Pemerintah Inggris bersama The Fleming Fund bertekad sama untuk memastikan bahwa langkah antisipatif dampak AMR menjadi kepentingan global,” katanya.
“Saya bangga bisa berkolaborasi dengan Indonesia. Kami adalah mitra BBLK juga yang mampu memperbanyak keberadaan laboratorium serta meningkatkan kualitasnya,” imbuhnya.
Dikatakan Matthew, Fleming Fund Country Grant dari pemerintah Inggris untuk Indonesia telah mendukung Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya dengan investasi mencapai total Rp 6,2 miliar untuk renovasi, instrumen canggih, dan penguatan kapasitas laboratorium termasuk pelatihan penting.
Baca Juga: Khofifah Optimis Adhy Karyono Mampu Pertahankan dan Tingkatkan Capaian Kinerja Pemprov Jatim
Lanjut Matthew, bahwa AMR adalah pandemi yang sunyi. Sehingga kapasitas sistem pengambilan sampel dan laboratorium untuk menghasilkan data dengan cepat dan dengan standar tinggi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa.
“Pengawasan nasional, dengan koordinasi One Health di seluruh sistem, sangat penting untuk menginformasikan pemberian dan kebijakan perawatan kesehatan. Inggris bangga dapat berkolaborasi dengan Indonesia saat kita semua mengatasi ancaman mematikan ini,” ujar Matt.
Baca Juga: Bertebaran Spanduk dan Baliho Dukungan, Khofifah Didesak Lanjut Pimpin Jawa Timur
Selain menunjang alat kesehatan dan kualitas laboratorium, Pemerintah Inggris juga meningkatkan kualitas SDM yang ada di BBLK. Dengan tujuan untuk menunjang kemampuan tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas sebagai laboratorium rujukan dan surveilans.
“Ini juga dilakukan untuk memperkuat sistem koordinasi pemerintah melalui AMR One Health. Di sini tenaga kesehatan dibekali keterampilan untuk mengolah data dari permasalah AMR. Sehingga bisa melindungi seluruh masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Di siai lain, ia menambahkan, BBLK Surabaya sebagai lab rujukan nasional pengendalian resistensi antimikroba (AMR) ini mampu mengetahui jenis kuman dalam waktu hanya 15 menit, sehingga memudahkan dokter dalam memberikan terapi kepada pasien secara cepat dan akurat.
Hal itu didukung dengan peralatan canggih yang dibantu Fleming Fund yaitu BioMerieux VITEK MS atau yang juga dikenal sebagai MALDI-TOF.
“Alat ini lebih cepat mendeteksi kuman dan mikoba dengan hanya 15 menit. Jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode lain yang membutuhkan waktu 4 jam,” pungkasnya. (dev/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News