Harlah ke-71 Pergunu, Kiai Asep Potong Tumpeng Diberikan pada Gubernur Khofifah

Harlah ke-71 Pergunu, Kiai Asep Potong Tumpeng Diberikan pada Gubernur Khofifah Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, memberikan potongan tumpeng kepada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada Hari Lahir (Harlah) ke-71 Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) yang diperingati secara sederhana di lingkungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Jumat (31/3/2023). Foto: BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Hari Lahir (Harlah) ke-71 Persatuan Guru Nahdlatul Ulama () diperingati secara sederhana di lingkungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Jumat (31/3/2023) malam. Meski demikian Harlah itu sangat istimewa karena dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Indar Parawansa.

“Sekarang juga Hari Ulang Tahun ,” kata Ketua Umum , Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, usai memimpin istighasah. Dr Aris Adi Leksono, Sekjen , langsung mengambil acara untuk memimpin acara.

Baca Juga: Di Hadapan Mendagri, Anggota DPR RI Ungkap Tumpukan Uang dan Pelanggaran ASN dalam Pilbup Mojokerto

Aris yang juga Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) itu mempersilakan Kiai Asep untuk memotong tumpeng. Sembari tertawa Kiai Asep menghampiri tumpeng yang sudah disiapkan di depan Gubernur dan para kiai.

“Saya sebenarnya tak pernah potong tumpeng,” kata Kiai Asep sembari tertawa.

Namun pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu akhirnya mengambil entong. Kiai miliarder tapi dermawan itu akhirnya berkenan memotong tumpeng sekaligus mengambil beberapa lauk pauk.

Baca Juga: Warga Nganjuk di Pasar Berbek Nganjuk Full Senyum Disambangi Khofifah, Tukang Becak: Lanjutkan Bu!

Potongan tumpeng itu kemudian diserahkan kepada Gubernur . Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU itu menerima potongan tumpeng tersebut. Usai potong tumpeng Kiai Asep langsung turun bersama para kiai. Untuk ramah tamah.

kini telah berusia 71 tahun sejak didirikan pada 1954. Menurut Aris Adi Leksono, sejarah sangat panjang. “ mengalami tiga fase,” kata Aris Adi Leksono kepada BANGSAONLINE.com usai acara.

sempat mati suri. Terutama saat pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto. Saat itu Presiden Soeharto menciptakan politik mono loyalitas sehingga semua organisasi profesi guru disatukan ke dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Baca Juga: Khofifah Puji Fasilitas Pembelajaran Modern dan Berteknologi Tinggi di Ponpes Dalwa Bangil

Namun pada era reformasi Kiai Asep berusaha untuk mengaktifkan kembali organisasi para guru NU itu. Putra KH Abdul Chalim, salah seorang ulama pendiri NU, itu melobi PBNU. Diantatanya Dr KH As’ad Said Ali yang saat itu Wakil Ketua Umum PBNU.

(Gubernur Jawa Timur Indar Parawansa memegang potongan tumpeng pada Harlah ke-71 , Jumat (31/3/2023). Tampak Prof Kiai Asep dan Aris Adi Leksono memimpin acara. Foto: bangsaonline)

Baca Juga: Jualannya Diborong Kiai Asep, Pedagang Pasar Pugeran: Kami Setia Coblos Paslon Mubarok

Maka pada Muktamar ke-32 NU di Makassar, dihidupkan lagi. Pada 30-31 Maret 2002 digelar Musyawarah Guru di Pesantren Amanatul Ummah, Surabaya. Musyawarah itu menghasilkan kepengurusan Wilayah Jawa Timur.

Pertemuan itu juga menetapkan AD/ART, rekomendasi kepada PBNU, dan pembentukan tim formatur untuk membentuk Pengurus Pusat .

Para aktivis itu terus bergerak. Terutama membentuk pengurus pimpinan cabang, Sehingga pada 15 Juli 2003 terselenggara pertemuan pembentukan PP .

Baca Juga: Tampil Memukau di Debat ke-2, Khofifah-Emil Paparkan Tata Kelola Pemerintahan yang Terbukti Berhasil

Pertemuan itu menghasilkan tiga orang pengurus inti harian Pusat, yaitu: Drs. K.H. Asep Saifuddin Chalim (Ketua Umum), H Kusnan A. (Sekretaris Jenderal), dan Drs. H. Choiruddin Ch. (Bendahara Umum). Mereka inilah yang kemudian ditugasi menyempurnakan susunan PP .

Pada Muktamar NU ke-31 di Asrama Haji Donohudan, Solo (2004), PP berjuang menjadikan sebagai salah satu Badan Otonom NU. Tetapi, upaya ini belum berhasil. Baru pada Muktamar Makassar (2010), ditetapkan menjadi salah satu Badan Otonom NU.

Hingga sekarang dipimpinan oleh Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim. “Sekarang sudah merata di seluruh Indonesia,” kata Kiai Asep.

Baca Juga: Blusukan di Pasar Atom, Khofifah Borong Jajanan Tradisional dan Gelar Cek Kesehatan Gratis

Bahkan di beberapa daerah, tutur Kiai Asep, lebih dulu berdiri ketimbang NU. Ia mencontohkan Papua Selatan. “NU di sana belum ada pengurusnya. Tapi sudah ada,” katanya.

Menurut Kiai Asep, kini sudah memiliki 514 pengurus atau pimpinan Cabang Kabupaten dan Kota di seluruh Indonesia. “ juga sudah memiliki 34 pimpinan wilayah atau provinsi di seluruh Indonesia,” kata Kiai Asep. (m mas’ud adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO