BANGSAONLINE.com - Ternyata banyak pemerintah yang secara kejam melarang rakyatnya menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan. Antara lain pemerintah Tiongkok, India, Inggris, Myanmar dan beberapa negara lain-lain.
Akibatnya, umat Islam dalam negara tersebut menderita. Apalagi kelompok ekstrim keagamaan memaksa umat Islam makan dengan cara menjejalkan roti kepada orang yang lagi berpuasa.
Baca Juga: Bagikan Tafsir Al-Jailani, Khofifah Ajak GenZi Jadi Generasi yang Cinta dan Mengamalkan Quran
Pemerintah Tiongkok melarang warga muslim Uighur di Xinjiang berpuasa. Para anggota partai, pegawai negeri, siswa, mahasiswa, serta para guru, mendapat tekanan keras agar mereka tak berpuasa pada bulan Ramadan.
’’Tiongkok meningkatkan pengawasan dan larangan begitu mendekati Ramadan. Keyakinan penduduk Uighur dipolitisasi,’’ ujar juru bicara kelompok Kongres Uighur Dunia (WUC) Dilxat Raxit.
Setiap Ramadan datang, pemerintah Tiongkok memang memperketat aturan puasa di wilayah Xinjiang. Namun, tahun ini aturan itu jauh lebih ketat. ’’Mereka meminta jaminan dari para orang tua yang menjanjikan bahwa anak-anak mereka tidak akan berpuasa selama Ramadan,’’ ujarnya saat diwawancarai Radio Free Asia.
Baca Juga: Lebaran Tinggal Hitungan Hari, Ini Tips Berhijab Bagi yang Punya Pipi Tembem
Berdasar website milik pemerintah, petugas keamanan pangan Tiongkok meminta restoran-restoran yang menyajikan makanan halal di Jinghe County untuk tetap buka sepanjang siang selama bulan puasa. Restoran yang menuruti perintah akan menerima imbalan. Mereka tidak bakal diinspeksi terlalu sering oleh petugas keamanan pangan.
Media milik pemerintah juga melaporkan, para pegawai muslim di Maralbexi County diminta untuk mengucapkan secara verbal maupun tertulis. Yakni, mereka tidak memiliki keyakinan agama, tidak akan menghadiri kegiatan yang bernuansa religi, dan tidak berpuasa selama Ramadan. Toko-toko dan restoran milik penduduk muslim juga diharuskan menjual rokok dan alkohol. Jika mereka menolak, tempat usahanya akan ditutup.
Di Inggris juga sama. Beberapa sekolah dasar di Ibu Kota London, Inggris, melarang siswa-siswi beragama Islam menjalankan ibadah puasa ramadan.
Baca Juga: Lucu! Polisi Bagikan Takjil, Pengendara Putar Balik, Jalan Raya Sepi, Mengira Tilang
Pengelola sekolah beralasan kesehatan anak-anak muslim itu menurun selama bulan puasa. Demi kelancaran aktivitas mereka, para guru menuntut agar orang tua tidak mewajibkan peserta didik menahan lapar dan haus. Beberapa SD yang sudah mengirim surat pemberitahuan larangan berpuasa itu misalnya Barclay Primary di London Timur, Sybourn Primary, Thomas Gamuel Primary, serta Brook House Primary.
Surat kabar Telegraph melaporkan, Minggu (14/6), kebijakan ini sontak memicu kontroversi di kalangan komunitas Islam Inggris. Umat muslim mendesak pemerintah ikut campur untuk mengingatkan pengelola sekolah, bahwa puasa belum wajib bagi anak-anak. Sekalipun mereka berpuasa, orang tua yakin kegiatan mereka tidak akan terganggu.
"Surat larangan berpuasa itu jelas tindakan berlebihan. Kekhawatiran pengelola SD terhadap kesehatan peserta didik seharusnya bisa dibicarakan baik-baik dengan orang tua mereka," kata juru bicara Masyarakat Muslim Inggris (ISB) Ajmal Masroor.
Baca Juga: Al-Quran tentang Makna Digital
Lebih dari itu, surat larangan berpuasa yang disebarkan beberapa sekolah bersamaan menciptakan kesan umat muslim memaksa anak belum dewasa berpuasa sehari penuh.
"Padahal bagi anak-anak, apalagi usia sekolah dasar, ibadah puasa itu belum wajib," tandas Masroor.
Dalam surat edaran SD Barclay yang didapatkan surat kabar the Daily Mail, disebutkan bahwa banyak peserta didik beragama Islam, jatuh sakit atau pingsan selama Ramadhan. Sekolah ini lalu menyarankan anak yang terlanjur puasa agar tidak usah sekolah. "Jika kalian ingin berpuasa, lakukan di akhir pekan saat sekolah libur," tulis edaran SD Barclay.
Baca Juga: Selama Ramadhan, Polres Jember Gelar Patroli Kamtibmas
Pemerintah India juga melarang keras umat Islam
berpuasa. Di negara dengan mayoritas warga beragama Hindu, seorang pekerja
muslim di sebuah kantin tahun lalu sempat dipaksa makan oleh anggota parlemen
saat di bulan Ramadan.
Seorang anggota parlemen dari partai berhaluan kanan Shiv Sena dilaporkan
mengamuk di sebuah kantin kantor pemerintah di New Delhi lantaran tidak
tersedia makanan.
Dalam sebuah cuplikan video atas kejadian itu terlihat anggota parlemen itu
mencoba menjejalkan roti ke mulut seorang pekerja muslim di kantin, seperti
dilansir BBC, Juli tahun lalu.
Partai oposisi lainnya kemudian memprotes tindakan anggota partai Shiv Sena itu
dan meminta dia menyampaikan maaf.
Video kejadian sempat beredar di sejumlah stasiun televisi.
"Saya baru tahu pekerja itu seorang muslim setelah melihat cuplikan di TV
dan saya menyesalinya," kata anggota parlemen bernama Rajan Baburao
Vichare itu kepada Press Trust of India. Dia berdalih dengan mengatakan hanya
ingin memprotes kualitas makanan di kantin itu.
Yang juga keras melarang warganya berpuasa adalah
pemerintah Myanmar. Warga muslim dari etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine,
Myanmar, semakin menderita jika bulan suci Ramdan tiba.
Pasalnya, pasukan keamanan Myanmar melarang mereka beribadah di semua masjid
yang ada di Rakhnine. Larangan itu, misalnya, terjadi saat umat Islam Rohingya
akan menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan pada 2012.
Sejumlah warga yang menjadi saksi mengatakan larangan itu berlaku di 500 masjid
di Rakhine. Konflik sektarian di wilayah itu memang cukup tinggi.
"Pada awal Ramadan, pasukan Nasaka (polisi Myanmar) menyegel enam masjid
di wilayah kami dan mengancam akan menangkap atau menembak kami jika kami
berani beribadah di sana," kata Kalimullah, warga Rohingya di Rakhine
berusia 60 tahun kepada South China Morning.
"Kami berharap mereka mau membuka masjid bagi Hari Raya Idul Fitri,"
ujar Kalimullah ketika itu. (dari berbagai sumber)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News