SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kurangnya perhatian dari Pemprov Jawa Timur terhadap penanganan musim kemarau membuat Nilai Tukar Petani (NTP) menurun drastis. Bahkan penurunan NTP di Jatim tersebut tertinggi, jika dibandingkan dengan provinsi lainnya.
"NTP di Jatim saat ini sangat tinggi turunnya.Ini tidak pernah terjadi. Bahkan dibandingkan dengan Jateng, dan Jabar, Provinsi Jatim sangat drastis penurunannya.Hal ini terlihat menurunnya kesejahteraan para petani," kata Anggota Komisi B DPRD Jatim, Yusuf Rohana, Senin (22/6).
Baca Juga: Petrokimia Gresik di Usia 52 Tahun, Dorong Kemajuan Pertanian dan Industri Kimia Berkelanjutan
Menurut Ketua Fraksi PKS DPRD Jatim ini,selama ini angka NTP di Jatim belum pernah hingga di bawah 100 persen. Namun kurang responsipnya pemprov, dalam hal ini SKPD yang terkait terhadap penanganan musim kemarau NTP turun drastis hingga di bawah 100 persen.
Drastisnya penurunan NTP tersebut tidak hanya dirasakan para petani saja, tetapi juga berdampak pada turunnya daya minat beli masyarakat luas terhadap produk pertanian.Daya minat jual terhadap daya beli berbanding jauh, karena naiknya harga jual.
Yusuf mengingatkan agar turunnya NTP ini pemprov tidak serta merta menjadikan faktor cuaca sebagai alasan utama. Pemprov Jatim melalui Dinas Pengairan harus mencari solusi yang tepat untuk tetap dapat mempunyai persediaan air yang cukup ketika terjadi musim kemarau. Mengingat Indonesia memiliki 2 musim yakni musim hujan dan kemarau.
Baca Juga: Dukung Peningkatan Produksi Padi, Babinsa Lakukan Pendampingan dalam Percepatan Pompanisasi
"Pemprov tidak bisa menyalahkan alam sebagai dampak turunnya NTP. Jangan dibandingkan dengan provinsi lainnya. Dinas terkait harus cermat dalam mencari solusi. Indonesia ini kan mempunyai dua musim yakni hujan dan kemarau," tutur Yusuf.
Untuk itu, Komisi B mendesak Dinas PU Pengairan agar mengaktifkan kembali embung-embung peninggalan Belanda ketika jaman penjajahan. Di Jatim terdapat banyak embung-embung peninggalan Belanda yang dapat diaktifkan kembali. Selain itu, juga dapat dilakukan pembangunan waduk-waduk di lokasi yang kekeringannya sangat parah, seperti di Sumenep. Di mana setiap musim kemarau, Kepulauan Sapudi sering terjadi kekeringan.
"Embung dan waduk ini dapat menampung air ketika musim hujan, sehingga tidak terjadi banjir. Di Sampang setiap hujan selalu banjir, maka dengan waduk dapat menampung dan dimanfaat ketika kemarau," pungkas anggota Dewan asal dapil Jatim VIII itu. (mdr)
Baca Juga: Jelang Musim Tanam, Dirut Petrokimia Gresik Blusukan ke Distributor dan Kios Pupuk
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News