KOTA KEDIRI, BANGSAONLINE.com - TP PKK Kota Kediri menginisiasi digelarnya kembali program Selimut Hati atau akronim dari Sekolah bagi Perempuan Bekal Tantangan Hidup di Masa Depan Nanti. Ketua TP PKK Kota Kediri, Ferry Silviana Abu Bakar atau yang akrab disapa Bunda Fey, mengungkapkan hal tersebut saat menggelar jumpa pers, Senin (28/8/2023).
Menurut dia, program tersebut akan membentengi remaja, khususnya akan gadis dari tindakan kekerasan seksual. Terlebih, Kota Kediri akan memasuki dunia baru menjadi kota metropolitan dengan berbagai tantangan.
Baca Juga: Kota Kediri Jadi Tuan Rumah Gebyar Hateri Ke-39, Pj Zanariah Buka Rakor Persiapan
Melalui program Selimut Hati, kata Bunda Fey, remaja Kota Kediri akan mendapatkan wawasan kesehatan, psikologi, pemberian informasi, dan keterampilan. Mereka tentunya akan memahami hak-haknya sebagai perempuan.
"Mau Kediri (jadi) metropolitan atau tidak, tantangan itu tetap ada. Tetapi dengan Sekolah Selimut Hati ini, remaja bakal punya bekal untuk menghadapi itu," kata istri Wali Kota Kediri itu.
Meskipun TP PKK Kota Kediri belum bisa mencakup seluruh warga, posisi lembaga yang dipimpin itu jelas dalam hal penanggulangan kekerasan seksual melalui jalur sekolah atau kelurahan.
Baca Juga: Soal Indonesia Emas 2045, Vinanda-Qowim Siapkan Program Smart Living dan Lingkungan Berkelanjutan
"Saya tidak mendukung kasus kekerasan seksual di damaikan. Tetapi selalu mendorong ke ranah hukum," ujarnya.
Sementara itu, psikolog dari IAIN Kediri, Tatik Imadatus Saadati, menyampaikan 3 hal penting dalam kasus kekerasan seksual terhadap anak.
"Dari sudut pandang psikologi, pertama adalah struktur otak laki-laki dan perempuan. Dimana, laki-laki 2,5 kali lebih besar dari perempuan dan isinya, diantaranya seks," tuturnya.
Baca Juga: ODGJ pun di Kota Kediri Kini Haru Miliki KTP-El, Begini Kisah dan Caranya Petugas Perekaman
Hal kedua, lanjut Ima, proses terjadinya kekerasan seksual karena ketidakseimbangan otak manusia. Dia menyebut, otak bagian depan kurang mendapatkan asupan norma dan agama.
"Ketiga, ada beberapa style berbusana yang tidak tahu bagaimana respon lawan jenis. Kita tidak tahu apakah pelaku itu bisa menahan nafsunya atau tidak dengan stimulus itu," ucapnya.
Tiga hal ini, kata Ima, bisa menjadi bahan masukan bagi semua pihak, terutama Pemerintah Kota Kediri dalam mengatasi kasus kekerasan seksual terhadap anak.
Baca Juga: Pj Wali Kota Zanariah Harap PGRI Kota Kediri Semakin Solid Majukan Mutu Pendidikan
"Bagaimanapun juga untuk dampak kekerasan seksual ini sangat membahayakan. Bahkan, ada korban yang sampai bunuh diri," sebutnya.
Dijelaskan Ima, berdasarkan pengalamannya dalam mendampingi korban kekerasan seksual, bahwa fakta tentang fenomena korban kekerasan seksual yang kemudian juga akan mencari korban baru lagi dikelak kemudian hari.
"Ada korban yang menikmati pelecehan seksual ini. Kemudian melakukannya pada orang lain. Bermula dadi dilecehkan, kemudian tidak ada yang mendampingi, dia balas dendam," ungkapnya.
Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Beri Arahan ke Peserta Uji Kompetensi
Kasus kekerasan seksual dianggap juga memicu terjadinya perilaku LGBT, Ima pun mengaku pernah mendampingi korban kekerasan seksual yang kemudian balas dendam pada laki-laki dan beralih ke perempuan setelah merasa bosan.
"Maka perlu ada pemahaman tentang seksualitas dan dampak serta management seksual itu terjadi. Dampak yang paling menakutkan adalah bunuh diri dan melakukan dampak baru lagi," pungkasnya.
Kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kota Kediri tahun ini cukup tinggi. Berdasarkan data Kantor Pengadilan Negeri Kota Kediri menyebutkan, sejak Januari-Agustus 2023 sudah ada 8 kasus kekerasan seksual yang masuk dalam persidangan. (uji/mar)
Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Tekankan Pentingnya Menjaga Lingkungan Sejak Dini saat World Clean Up Day 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News