QUANZHOU, BANGSAONLINE.com -Banyak peninggalan sejarah dan budaya Islam di Quanzhou Tiongkok. Diantaranya Masjid Ashab atau Masjid Qingjing. Tapi masjid ini tak ditempat salat. Kenapa? Ikuti tulisan M Mas’ud Adnan yang mengikuti rombongan para Gus ke Tiongkok dalam program kerjasama Pemprov Jatim dengan Konsulat Jenderal China Surabaya bertajuk “Jalan Sutra laut Surabaya-Tongkok”:
Salah satu rute kunjungan 4 Gus ke Tiongkok adalah Kota Quanzhou di Provinsi Fujian. Kota Quanzhou sangat populer di Tiongkok. Quanzhou menjadi salah satu kota yang berkembang pesat secara ekonomi. Bahkan Quanzhou pernah menjadi kota pelabuhan terbesar di Tiongkok atau China.
Baca Juga: Bakal Gelar Kongres Ke-18, Khofifah Bersama PP Muslimat NU Silaturahmi dengan Menag RI Nasaruddin
Quanzhou juga dikenal sebagai kota penuh sejarah dan budaya. Termasuk sejarah dan budaya Islam. Tak aneh, jika hotel-hotel bintang 5 di Quanzhou banyak bernuansa Islam. Diantaranya Quanzhou Hotel, tempat menginap para Gus.
Pantauan BANGSAONLINE, arsitektur hotel ini penuh nuansa budaya China. Namun di kamar-kamar hotel tersebut ada tanda arah kiblat. Ini sulit ditemukan di hotel-hotel kota lain di China. Ini juga berarti banyak tamu muslim menginap di hotel ini.
Baca Juga: Usung 2 Inovasi, Jatim Raih Penghargaan Provinsi Terinovatif di IGA 2024
Masjid Al Ashab tampak dari depan. Menurut Hong Yang, seorang petugas di Masjid Ashab, pintu masuk yang bangunannya tinggi itu tak asli alias hasil renovasi. Bangunan yang asli adalah tembok yang memanjang di sebelahnya yang juga terdapat beberapa jendela.
Quanzhou memang identik dengan budaya dan sejarah Islam. Banyak peninggalan budaya dan sejarah Islam. Diantaranya Masjid Ashab atau Qingjing. Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang juga ketua umum PBNU tiga periode, pernah datang ke masjid ini.
“Umat Islam di sekitar sini sekitar 2.000 orang,” tutur Hong Yang, pria yang bertugas di Masjid Ashab kepada BANGSAONLINE. “Tapi kalau keturunan Arab sekitar 50.000 orang,” tambahnya.
Baca Juga: Tiongkok Banjir Mobil Listrik
Masjid Ashab disebut-sebut sebagai masjid tertua di Tiongkok. Masjid Ashab dibangun pada tahun 1009, pada era dinasti Tong. Masjid ini berarsitektur Arab. Ini sekaligus menunjukkan bahwa persahabatan Arab-China sudah terjalin sejak jaman dulu.
Pintu masjid Al Ashab bagian dalam atau pintu kedua. Pintu ini, menurut Hong Yang, seorang petugas di Masjid Al Ashab merupakan pintu asli, belum tersentuh renovasi. Pintu ini merupakan pintu kedua dari pintu gerbang masjid Masjid Al Ashab. Foto: M Mas'ud Adnan/bangsaonline
Baca Juga: Jenazah Kiai Roziqi Disalatkan di Masjid Akbar, Khofifah 3 Kali Minta Kesaksian Jemaah
Namun kini masjid tersebut sudah tak ditempati salat, baik salat 5 waktu maupun salat Jumat. “Masjid ini sekarang menjadi cagar budaya level satu,” kata Mr. Wong, perwakilan Konsulat China Surabaya yang mendampingi para Gus dalam perjalanan ke China.
Otomatis masjid tersebut tak boleh direnovasi. Apalagi masjid tersebut tak ada atapnya. Begitu juga lantainya. Tertimbun tanah. Yang tersisa dinding dan tiang-tiang yang menancap secara kokoh.
“Lantainya ada di dalam tanah,” kata Hong Yang yang mengaku sudah 20 tahun bertugas di Masjid Ashab. Hong Yang bukan pemeluk Islam. Ia petugas pemerintah Tiongkok yang secara khusus mengurusi kebudayaan dan peninggalan sejarah.
Baca Juga: Makam Saad Bin Abi Waqas di China hanya Petilasan? Laporan BANGSAONLINE dari Tiongkok
Masjid kedua yang dibangun di lingkungan Masjid Al Ashab. Letak masjid ini sangat dekat dengan Masjid Al Ashab, sekitar 5 meter. Masjid inj cenderung berdampingan. Hanya saja posisi masjid ini lebih maju ke arah kiblat. Di sebelah kanan masjid ini ada toilet. Di toilet ini para gus mengambil air wudlu yang kemudian salah sunnah di masjid ini. Tampak Muhammad Ghofirin, Sekjen OPOP seusai salat sunnah. Foto: M Mas'ud Adnan/BANGSAONLINE.
Ketika BANGSAONLINE bertanya apakah petugas yang mengelola Masjid Ashab ada yang beragama Islam, dia menjawab ada. “Ya, campuran, imam salatnya beragama Islam,” katanya. Hanya saja kebanyakan pegawai yang mengelola masjid tersebut non muslim.
Baca Juga: Teater Kolosal Impresi Teh Menakjubkan, Untung 1 Yuan Dapat 1 Miliar, Laporan dari Tiongkok (2)
Tak jauh dari Masjid Ashab dibangun masjid baru. Tapi masih dalam satu kawasan. Masjid ini kecil. Kapasitasnya sekitar 50 orang. “Ini masjid baru,” kata Hong Yang.
Di masjid ini tampak lengkap. Ada sajadah berjejer rapi. Juga ada mimbar khutbah. Kaligrafi Arab mendominasi dinding masjid ini. Tampaknya masjid ini masih ditempati salat. Para Gus itu sempat salat sunnah di masjid kecil itu. Sementara para wisatawan menyaksikan dari luar masjid.
Baca Juga: CEO BANGSAONLINE Dicegat Pramugari dan Petugas Imigrasi di Bandara Fuzhou, Laporan dari Tiongkok
Inilah masjid baru yang konon dibangun Raja Oman. Letak masjid ini tak jauh dari Masjid Al Ashab. Berjarak hanya sekitar 15 atau 20 meter dari Masjid Al Ashab. Masjid inilah yang dipakai untuk salat sehari-hari. Foto: M Mas'ud Adnan/BANGSAONLINE .
Tak jauh dari dua masjid itu juga dibangun masjid lebih baru lagi. Juga masih dalam satu kawasan.
“Masjid ini dibangun Raja Oman,” tutur Hong Yang. Masjid ini cukup besar. Masjid inilah yang dipakai untuk salat, termasuk salat Jumat.
Baca Juga: Gubernur Khofifah Kirim 4 Gus ke Tiongkok, untuk Apa?
Masjid ini berkapasitas sekitar 350 orang. Jadi ada tiga masjid di kawasan itu. Namun masih dalam satu pekarangan.
Cukup banyak turis berkunjung ke masjid Ashab. Dan mereka harus beli tiket. Maklum, masjid Ashab sudah menjadi destinasi wisata. HARIAN BANGSA mencermati, turis itu beragam: lokal dan mancanegara, muslim dan non muslim.
“Tapi kalau pengunjung untuk salat di masjid tak perlu beli tiket,” tutur seseorang. (bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News