Sakit 30 Tahun, Sahabat Imran ibn Hashin Rela, Bagaimana dengan Ujian Kenikmatan?

Sakit 30 Tahun, Sahabat Imran ibn Hashin Rela, Bagaimana dengan Ujian Kenikmatan? Dr KH Ahmad Musta'in Syafi'ie. Foto: NU Online

Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie

Rubrik ini diasuh oleh pakar tafsir Dr KH A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir munpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.

Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa

Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Abiya: 34-35. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca ini:

UJIAN ENAK DAN UJIAN TIDAK ENAK

“Wanablukum bi al-syarr wa al-khair fitnah”. Kemudian Tuhan memberi ujian untuk dilihat hasil dan prestasi masing-masing. Mana nafs yang lulus dan mana yang gagal. Materi ujinya ada yang berupa “al-syarr”, hal yang tidak enak, yang buruk, yang menyengsarakan. Dan ada yang bersifat “al-khair”, yang enak-enak yang nyaman-nyaman, yang menyenangkan.

Baca Juga: Kedudukan Pers Sangat Tinggi dalam Undang-Undang, Wartawan Harus jaga Marwah Pers

Di antara hamba Tuhan ada yang diuji dengan kemiskinan, hidup sengsara bahkan ditakdir sakit berkepanjangan. Tapi mampu bersabar dan menerima ujian itu dengan suka hati. Dia tetap bersimpuh dan makin bersimpuh di hadapan Tuhan. Ingat Nabi Ayyub A.S. yag diuji kemiskinan dan penyakitan, tapi tetap tersenyum ikhlas di hadapan Tuhan.

Seperti seorang sahabat bernama Imran ibn Hashin yang diuji menderita sakit selama tiga puluh tahun, berbaring di atas ranjang, hingga kurus dan memilukan. Beberapa sahabat membezuk. Mereka meneteskan air mata.

Tapi  langsung menegur para sahabat yang membezuk itu. ”Kenapa kalian menangis. Jika Tuhan saya ini, maka saya juga rela. Janganlah air mata kalian mengganggu kerelaan saya kepada-Nya,” kata Sahabat Imran Ibn Hashin. 

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Nabi Daud Melahirkan Generasi Lebih Hebat, Bukan Memaksakan Jabatan

Manusia sabar macam ini, kelak surganya VVIP.

Ada yang diuji dengan kenikmatan, sehat, rejeki berlimpah, pangkat tinggi, terhormat di masyarakat. Wah, justeru ini yang lebih berbahaya. Ujian macam ini yang membuat kebanyakan orang terlena dan bahkan ada yang malah merasa disanjung Tuhan. Padahal, tujuan ujian ini agar manusia lebih bisa bersyukur.

Kebalikan dengan mereka yang diuji tidak enak, agar bersabar. Dan sudah menjadi rahasia umum, bahwa manusia lebih bisa bersabar dan banyak yang lulus ketika diuji Tuhan dengan ujian tidak enak, “bi al-syarr”.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: 70 Persen Hakim Masuk Neraka

Beberapa hamba-Nya malah mendekat dengan ujian in, malah meningkat kualitas taqwanya.

Tidak sama dengan mereka yang diuji dengan ujian enak, “al-khair”, umumnya tumbang dan tidak lulus. Tanda seseorang yang tidak lulus diuji enak, antara lain: apabila kekayaan tersebut dijadikannya aset pamor dan kebanggaan. Termasuk untuk membeli barang-barang mewah, mubadzir yang tidak ada manfaatnya menurut agama. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sensasi Naik Kapal Cepat ke Pulau Sabang, Perjalanan Jurnalistik CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO